Blok Tarikolot, Desa Sidamukti, Kecamatan/Kabupaten Majalengka yang sudah ditinggal oleh para pemilik rumahnya. Kini kesan kumuh dan angker menghinggapi Kampung yang terdapat 30 rumah itu, Sabtu (30/1/2021).
Di kalangan masyarakat, sebutan 'kampung mati' di Blok Tarikolot sering menjadi perbincangan.
Namun, sebenarnya hal itu juga bisa dikatakan tidak benar.
Sebab, ternyata ada juga yang masih tinggal di area tersebut meski para tetangganya telah pindah ke lokasi yang dianggap lebih aman.
//Rusdiyana (54) warga yang empat bulan terakhir telah kembali tinggal di perkampungan tersebut menceritakan tidak memiliki biaya menjadi alasan dirinya beserta istri terpaksa kembali ke Blok Tarikolot.
Ia juga mengaku, tidak memiliki kerabat atau saudara yang ingin menampung dirinya.
"Ya gimana ya, mau pindah sebenarnya. Tapi tidak punya biaya untuk membeli rumah atau sewa," ujar Rusdiyana saat ditemui Tribuncirebon.com, Sabtu (30/1/2021).
Soal adanya bencana pergerakan tanah, ia beralasan, rumahnya juga berada di tempat datar.
Tidak seperti rumah tetangganya yang berada lebih atas atau dekat dengan tebing.
“Ini rumah saya. Lagi pula rumah ini berada di tempat datar, tak seperti rumah lainnya yang berada di tanah miring,” ucapnya.
Dalam penuturannya, Rusdiyana bersama sang istri baru menempati rumah tersebut empat bulan yang lalu.
Hanya saja mereka berdua, enggan menjelaskan ihwal detail maupun kronologi alasan menempati rumah itu.
“Kalau yang lain sudah pada pindah ke tempat relokasi di Blok Awi Lega,” jelas dia.
Blok Tarikolot, Desa Sidamukti, Kecamatan/Kabupaten Majalengka yang sudah ditinggal oleh para pemilik rumahnya. Kini kesan kumuh dan angker menghinggapi Kampung yang terdapat 30 rumah itu. (TribunCirebon.com/Eki Yulianto)
Lima puluh meter dari rumah Rusdiyana, tampak sejumlah warga lain yang mayoritas ibu-ibu sudah sepuh sedang beraktivitas.
Dua perempuan paruh baya itu terlihat tengah beraktivitas menjemur kacang tanah. Saat ini memang tengah musimnya panen kacang.
Biji-bijian itu biasa dijadikan bahan utama membuat sambal karedok dan sambal pecel.
“Mungkin saat ini hanya ada sekitar 30 rumah-an. Kami bertahan, karena masih aman. Yang lain pindah, karena rumah mereka berada di tanah miring yang rawan longsor,” ujar Karmidi (65), warga lainnya yang juga masih menempati kampung tersebut.
Menurut Karmidi, ia telah tinggal di kampung Tarikolot Sidamukti itu sudah 36 tahun.
Ia pertama kali menempati kampung itu ketika dibawa oleh mendiang istrinya.
“Sejak saya menikah dengan istri, saya tinggal di kampung ini. Sekarang saya tinggal sendirian, istri saya sudah tiada,” ungkapnya.
Pergerakan tanah di Blok Tarikolot, Desa Sidamukti, Kecamatan/Kabupaten Majalengka semakin parah, Senin (25/1/2021). (TribunCirebon.com/Eki Yulianto)
Sepengetahuan Karmidi, di kampung itu tadinya ada 100 rumah yang dihuni dan ditempati.
Namun, sejak ada pergerakan tanah dan longsor yang menimpa Blok Tarikolot, berangsur-angsur warga mulai berpindah ke tempat yang lebih aman.
“Saat ini saja, jalan ke sini dekat jembatan sudah rusak lagi, karena longsor dan tanahnya bergerak. Tapi di rumah saya masih aman. Makanya saya bertahan, kebun saya juga dekat sini,” katanya. (*)