Kisah Makam Keramat di Gunung Batu Lembang, Diceritakan Juru Kunci yang Sudah Enam Generasi
Keberadaan makam di atas Gunung Batu, Lembang, Kabupaten Bandung Barat dipercaya masyarakat sebagai makam para sesepuh yang dulu menjaga Lembang
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Syarif Pulloh Anwari
TRIBUNCIREBON.COM, BANDUNG BARAT - Keberadaan makam di atas Gunung Batu, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat dipercaya masyarakat sebagai makam para sesepuh yang dulu menjaga wilayah Lembang.
Karenanya masyarakat menganggap makam tersebut sebagai makam keramat.
Makam tersebut berada di sebuah ruangan dengan konstruksi, setengah bangunannya terbuat dari batu bata dan setengah bangunannya hanya dipagari ram kawat.
Baca juga: Jenazah Kapten Afwan Dibawa ke Bogor, Tangis Keluarga Pun Pecah, Semasa Hidup Sering Jadi Imam
Baca juga: Suami Tinggal dengan Istri Pertama, Istri Kedua Berbuat Vulgar Nodai Anak Sendiri dan Merekamnya
Atapnya ditutupi asbes, sementara di dalam ruangannya terdapat dua makam yang ditembok menggunakan keramik warna biru.
Kedua makam tersebut ditulisi Kramat Embah Mangkunagara Gunung Batu dan makam Kramat Embah Jambrong Gunung Batu.
Pada kedua makam tersebut juga terdapat kendi yang terbut dari tanah liat.
Kedua makam tersebut kini dijaga oleh seorang warga setempat bernama Ujang (52).
Ujang merupakan juru kunci makam kramat Gunung Batu Lembang generasi keenam.
Ujang menceritakan dulu kondisi di Gunung Batu masih hutan belantara dan masih jarang dijamah oleh warga.
Kebaradaan makam Embah Mangkunagara dan Embah Jambrong diceritakan sosok yang diagungkan.
Di sinilah tempat berkumpulnya orang-orang yang penting seperti orang yang memiliki jabatan, para wali, para priayi dan para pembesar.
"Dulu tempat berkumpulan para pangagung Nagara disebut para dalem, kalau sekarang seperti Gubernur Bupati, dan camat, " ujar Ujang kepada Tribun Jabar, Sabtu (30/1/2021).
Ujang mengungkapkan sosok Embah Mangkunagara merupakan pemilik kekuasaan, sementara Embah Jambrong merupakan wakilnya.
Di lokasi juga terdapat batu besar yang oleh Ujang dibuat pembatas, sebab dari cerita turun temurun, di atas Puncak Gunung Batu merupakan tempat ibadah dan sebagai tempat zikir.