Berita Majalengka

Kampung Unik di Majalengka, Dihuni Warga Bisa Bicara Berbagai Bahasa, Wajib ke Sini Cobain Ngobrol

Kampung unik di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat sangat menarik untuk dikunjungi.

Penulis: Eki Yulianto | Editor: dedy herdiana
Tribuncirebon.com/Eki Yulianto
Suasana kampung di depan Kantor Balai Desa Putridalem, Majalengka, Sabtu (14/1/2023). 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto

TRIBUNCIREBON.COM, MAJALENGKA- Ada kampung unik di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat sangat menarik untuk dikunjungi.

Apalagi jika singgah ke kawasan Kampung Kaputren, salah satu blok di Desa Putridalem, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka.

Di sana, banyak warganya yang fasih berbahasa asing, seperti Arab, Inggris, Malaysia, Jepang, Taiwan dan lain sebagainya.

Banyaknya warga khususnya wanita yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) ke berbagai negara di Asia maupun Eropa menjadi latar belakang desanya dikenal dengan sebutan 'Kampung Bahasa Asing' atau 'Kampung TKW'.

Susana kampung di depan Kantor Balai Desa Putridalem, Majalengka, Sabtu (14/1/2023).
Susana kampung di depan Kantor Balai Desa Putridalem, Majalengka, Sabtu (14/1/2023). (Tribuncirebon.com/Eki Yulianto)

Tokoh masyarakat Kampung Kaputren Majalengka, Amin Halimi mengatakan, dikenalnya 'Kampung TKW' di wilayahnya berawal pada tahun 90-an lalu.

Yang mana, banyak warga khususnya kaum perempuan meninggalkan rumah untuk bekerja ke luar negeri sebagai PRT (Pekerja Rumah Tangga).

"Dari awal tahun 90-an perempuan-perempuan di sini bekerja ke luar negeri, mereka terpaksa meninggalkan rumah, orang tua bahkan suami-anak untuk bisa mendapatkan uang," ujar Amin kepada Tribun, Sabtu (14/1/2023).

Menurutnya, perekenomian yang masih lemah di desanya saat itu, menjadi salah satu faktor.

Selain itu, terpengaruh dari banyaknya warga yang bekerja lebih dulu ke luar negeri menjadi faktor lain.

"Pertama, akibat kebutuhan perekonomian di desa yang kurang begitu maksimal, akhirnya warga hampir 70-80 persen itu berangkat ke luar negeri untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dalam meningkatkan perekonomian warga," ucapnya.

Kebanyakan dari mereka, jelas dia, bekerja di negara Asia.

Namun tidak sedikit juga, yang bekerja di negara Eropa, seperti Jerman.

"Ada beberapa TKI atau TKW yang pergi ke luar negeri itu ke beberapa negara, seperti Malaysia, Arab Saudi, Taiwan, Korea, Jepang, Brunei Darussalam, bahkan ada yang beberapa warga Kampung Kaputren juga ke Jerman," jelas dia.

Jika dihitung dari mulai awal hingga sekarang, disebut Amin, jumlahnya mencapai ribuan.

Bahkan di antaranya mereka juga masih ada yang berkeinginan berangkat kembali atau warga yang mencoba peruntungan untuk bekerja ke luar negeri.

"Dari penduduk desa itu 70-80 persen bekerja di luar negeri atau sekitar 1.500 orang."

"Sekarang masih berjalan, ada yang sudah pulang atau pensiun, ada juga yang mau berangkat lagi juga ada dan memang kebanyakan tahun ini tujuannya ke Jepang atau Korea," katanya.

Kondisi seperti itu, membuat kampungnya kini tak hanya dikenal dengan sebutan Kampung TKW, melainkan Kampung Bahasa Asing.

Yang mana, sesama eks pekerja migran yang sudah pulang kampung kerap menggunakan bahasa asing untuk berkomunikasi.

"Keseharian kalau ke sesama eks itu pasti bicaranya bahasa sehari-hari mereka bekerja di sana, untuk nostalgia juga," ujarnya.

Kondisi seperti itu juga, membuat Amin merasa bangga.

Bukan karena banyaknya warga yang bekerja di luar negeri, melainkan hasil dari bekerjanya membuat masyarakat Kampung Kaputren kini bisa menguasai berbagai bahasa asing.

Bahkan, hingga mencapai 11 bahasa.

"Saya selalu warga sini, ada kebanggaan tersendiri karena mungkin di daerah lain hanya dikenal dengan satu bahasa, seperti kampung bahasa Inggris, atau kampung bahasa Melayu."

"Tapi di sini, hampir 70-80 persen warga perempuannya mampu berbicara berbagai bahasa asing akibat bekerja di luar negeri tadi."

"Selain itu, hasil mereka bekerja juga membuahkan hasil, ada yang sebagian kini buka usaha di rumah, beli tanah, ada juga yang sekarang punya beberapa rumah, kendaraan yang mana intinya memang kebanyakan sukses dan bisa meningkatkan perekonomian keluarganya," ucap Amin.

Sah satu eks TKW, Yayah (40) mengaku, ia kerap menggunakan bahasa asing Arab Saudi untuk berkomunikasi dengan sesama eks pekerja migran di negara timur tengah tersebut.

Menurutnya, bernostalgia menjadi alasan ia lebih senang menggunakan bahasa asing untuk berkomunikasi dengan sesama tetangga yang bekerja di negara yang sama.

"Saya lebih suka pakai bahasa Arab, gak tahu ya. Sekarang juga masih suka nonton film Arab, apalagi saya ngobrol langsung sama orang Arabnya pasti lancar banget," jelas Yayah.

Selain Arab, ia juga sudah menguasai bahasa asing lainnya, berkat bekerja di luar negeri.

Qatar, menjadi salah satu bahasa yang dikuasainya.

"Meski di Arab, kan sama-sama negara timur utuh, saya juga bisa bahasa Qatar atau Inggris. Jadi selain meningkatkan ekonomi keluarga saya selama 10 tahun bekerja di Arab, saya juga jadi bisa berbagai bahasa," katanya.

 

Baca berita Tribuncirebon.com lainnya di GoogleNews

Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved