Berita Cirebon Hari Ini

Dari Jeratan Pinjol ke Tabungan Aman: Perajin Emping Karangtawang Rasakan Manfaat Keuangan OJK

Dari Jeratan Pinjol ke Tabungan Aman: Perajin Emping Karangtawang Merasakan Manfaat Edukasi Keuangan OJK

Penulis: Eki Yulianto | Editor: Dwi Yansetyo Nugroho
TribunCirebon.com/ Eki Yulianto
Potret OJK Cirebon saat menggelar onboarding UMKM Desa Ekosistem Keuangan Inklusif (EKI) di Desa Karangtawang, Kecamatan/Kabupaten Kuningan, tahun 2024 lalu.  


“Pemerintah daerah akan terus mendukung, terutama dalam pelatihan lanjutan dan digitalisasi pemasaran produk UMKM," kata Elon.

Elon juga menekankan pentingnya pendampingan berkelanjutan agar literasi keuangan tidak berhenti di tahap pelatihan, tetapi menjadi budaya baru dalam pengelolaan usaha rakyat.

Program inklusi keuangan di Karangtawang juga menjadi bukti nyata bagaimana OJK menjalankan mandat pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan (SJK) secara terintegrasi.

Tak hanya mendorong akses, OJK juga aktif memberi peringatan tentang investasi bodong, pinjol ilegal, dan perjudian daring yang kerap menjerat masyarakat desa.

Baca juga: Cirebon Tetapkan Status Siaga Bencana Banjir hingga Maret 2026, Bentuk 12 Kelurahan Tangguh


"Edukasi, pengawasan, dan perlindungan berjalan beriringan."

“Tujuannya agar kebijakan di tingkat nasional benar-benar dirasakan sampai ke lapisan paling bawah," ujar Agus.

Selama 14 tahun berdiri, OJK telah mengawal stabilitas SJK nasional dengan berfokus pada tiga hal: pengawasan terpadu, perlindungan konsumen dan peningkatan literasi keuangan.

Langkah ini menjadi pondasi agar masyarakat tidak hanya memiliki akses terhadap produk keuangan, tapi juga memahami risikonya.

Baca juga: PRAKIRAAN Cuaca Cirebon Jumat 31 Oktober 2025: Berawan Sepanjang Hari, Suhu Maksimum 28 Derajat


Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024 yang dilakukan OJK bersama BPS, indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia mencapai 65,43 persen, sedangkan indeks inklusinya sebesar 75,02 persen.

Setahun kemudian, pada 2025, angka itu meningkat menjadi 66,46 persen untuk literasi dan 80,51 persen untuk inklusi keuangan.

Namun, kesenjangan antara kota dan desa masih terasa, di mana di perdesaan, indeks literasi hanya 59,25 persen, jauh di bawah angka perkotaan yang mencapai hampir 70 persen.

Data ini menjelaskan mengapa program seperti EKI sangat relevan.

Baca juga: NASKAH Khutbah Jumat Hari Ini 31 Oktober 2025, Jalan Menuju Surga dengan Budi Pekerti Luhur


Ia menjadi jembatan nyata agar masyarakat desa tak lagi menjadi sasaran empuk pinjaman ilegal, melainkan bagian dari sistem keuangan yang sehat dan terlindungi.

Kini, Desa Karangtawang berubah.

Spanduk bertuliskan “Bijak Kelola Uang, Hindari Pinjol Ilegal” masih tergantung di balai desa sebagai pengingat masa lalu.

Pemuda-pemudi desa mulai menata stan produk UMKM setiap akhir pekan.

Emping, keripik.dan dodol melinjo dikemas lebih menarik.

Baca juga: Menteri PKP Maruarar Sirait Terharu, Petani dan Buruh di Cirebon Kini Punya Rumah Sendiri 


Pembayaran tak lagi tunai, melainkan menggunakan QRIS.

Generasi muda yang dulu enggan melanjutkan usaha keluarga, kini kembali percaya diri.

Mereka melihat bahwa ekonomi desa bisa tumbuh tanpa harus tergantung pada rentenir.

“Sekarang kalau butuh modal, saya tahu harus ke mana,” ujar Iroh, sambil menata emping di meja bambu.

Perjalanan OJK selama 14 tahun bukan sekadar deretan kebijakan. 

Baca juga: NASKAH Teks Khutbah Jumat Hari Ini 31 Oktober 2025, Enam Penyebab Hati Menjadi Keras dan Gelap


Ia adalah kisah nyata tentang bagaimana regulasi bisa menyentuh dapur rakyat kecil.

Dari pengawasan lembaga keuangan hingga pemberdayaan ekonomi desa, semua bermuara pada satu hal, yakni keadilan dan perlindungan finansial bagi masyarakat.

Agus Muntholib menegaskan, OJK akan terus memperluas jangkauan inklusi keuangan di wilayah pedesaan.

“Kami ingin masyarakat memahami bahwa keuangan yang sehat dimulai dari literasi,” katanya.

Sementara itu, di bawah langit biru Karangtawang, riuh daun melinjo berayun pelan tertiup angin.

Baca juga: Segini UMK Kabupaten Purwakarta Jika Resmi Naik 10,5 Persen, dari Rp4.792.252 menjadi Rp5.295.430


Bagi Iroh Rosinah, keberanian untuk belajar mengelola uang adalah bentuk kemerdekaan paling nyata, di mana ebuah kebebasan dari ketakutan, dari utang, dan dari kebodohan finansial.

Dan di sanalah arti sejati dari inklusi keuangan menemukan maknanya, dari kebijakan, menjadi kehidupan.

 
 

Sumber: Tribun Cirebon
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved