Pertamina Wujudkan Mimpi Disabilitas Tunarungu Indramayu Dapat Pekerjaan Layak di Teman Istimewa

Teman Istimewa Cofffee memperkerjakan delapan barista penyandang disabilitas tunarungu.

Penulis: Handhika Rahman | Editor: taufik ismail
Tribuncirebon.com/Handhika Rahman
Nur (kiri), barista tunarungu yang bekerja di Kafe Teman Istimewa Coffee, Sabtu (7/9/2024). 

Kisah Hidup Nur

Saat senggang, Nur sedikit bercerita soal kehidupannya. Keterbatasan mendengar dan berbicara ternyata sudah ia derita sejak lahir.

Masih dengan menggunakan bahasa isyarat, Nur juga mengakui sejak kecil dirinya kerap dikucilkan, kondisi tersebut terus berulang bahkan sampai ia dewasa. 

Olok-olok hingga dijahili, kata dia sudah menjadi sarapan sehari-hari. Nur tersenyum kecil, ia memahami betul rasanya menjadi kaum minoritas yang kerap dipandang sebelah mata.

Cerita Nur berlanjut saat ia beranjak dewasa. Nur sempat menikah, tapi bahtera rumah tangganya hancur. Ia tidak bercerita lebih lanjut soal mantan suaminya, mungkin karena terlalu sakit untuk dikenang.

Tapi ia bercerita, dari pernikahan pertamanya, ia belum dikaruniai anak. Setelah ditinggalkan suaminya, Nur pun resmi menyandang status sebagai seorang janda.

Beberapa tahun kemudian, Nur bertemu dengan cinta sejati yang kini jadi suaminya. Pernikahan Nur kali ini cukup unik, suaminya terlampau lebih muda karena baru berusia 25 tahun, namanya Rasmadi.

Kata Nur, kurang lebih mereka dipertemukan oleh takdir karena Rasmadi juga sama-sama disabilitas tunarungu. Takdir lainnya, Rasmadi juga seorang duda tapi punya satu orang anak.

Rasmadi juga sosok suami yang pekerja keras, ia sering ikut melaut menjadi anak buah kapal (ABK). Namun untuk saat ini, ia diterima bekerja di sebuah tempat cukur.

Nur mengaku menemukan kebahagiaan di pernikahannya kali ini. Selang beberapa waktu setelah menikah, Nur hamil anak pertamanya. 

Setelah 9 bulan mengandung, anak Nur lahir kedunia, ia pun akhirnya bisa merasakan bagaimana menjadi seorang ibu. 

Hanya saja, kebahagiaan yang ia rasakan hanya berlangsung sesaat, bayi Nur meninggal dunia saat menginjak usia 6 bulan, kata Nur, anaknya itu sakit, badannya demam tinggi.

Sebagai seorang ibu, kondisi tersebut tentu membuat Nur sangat terpukul. Andai saja punya uang lebih, kata Nur, ia saat itu ingin sekali membawa anaknya berobat ke rumah sakit dengan fasilitas terbaik.

Wanita 32 tahun itu masih berusaha terlihat tegar, walau sedih, kata Nur, ia masih memiliki anak sambung dari suaminya. Namanya Atin, usianya 13 tahun dan kini duduk dibangku SMP.

Walau bukan anak kandung, Nur sangat menyayangi Atin. Ia berharap kelak saat dewasa anak sambungnya itu bisa menjadi orang yang sukses dan jadi kebanggaan orang tua.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved