Ketika Napi di Lapas Majalengka Berlomba-lomba Belajar Membaca Alquran
Walaupun berada di balik jeruji besi, narapidana di Lapas Kelas II B Majalengka terus mengasah ilmu keagamaan dalam hal belajar membaca Alquran
Penulis: Eki Yulianto | Editor: Machmud Mubarok
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto
TRIBUNCIREBON.COM, MAJALENGKA - Walaupun berada di balik jeruji besi, tidak membuat narapidana di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Majalengka menjadi mati suri.
Mereka terus mengasah ilmu keagamaan dalam hal belajar membaca Alquran.
Para napi yang berjumlah 100 orang itu dikumpulkan di Masjid Al-Awabin dan Aula Lapas Majalengka.
Mereka dibagi menjadi empat kelompok, di mana masing-masing kelompok berjumlah 25 orang.
Masing-masing kelompok diajarkan membaca Alquran yang dilaksanakan dengan metode Tahrir yang mana menjadikan napi dapat membaca Alquran dengan baik dan cepat dalam waktu 1 hari.
Baca juga: Jelang HUT RI ke-77, Puluhan Napi Teroris Ucap Ikrar Setia kepada NKRI, Ini Kata Boy Rafli Amar
Baca juga: Ratusan Napi Lapas Majalengka Diperiksa Penyakit Menular Seksual, Ada Apa ya?
Kepala Lapas Majalengka, Suparman mengatakan, kegiatan pembelajaran membaca Alquran ini digelar dalam program Indonesia Bisa Baca Quran atau IBBQ.
Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka pembinaan kepribadian sesuai dengan Pasal 3 PP nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.
"Serta menindaklanjuti Perjanjian Kerjasama Lapas Kelas II B Majalengka bersama Yayasan Cinta Quran Foundation melalui Program Indonesia Bisa Baca Quran Bogor Nomor 057/CQF/IBBQ/MOU tanggal 20 September 2021 lalu," ujar Suparman kepada Tribun, Rabu (28/9/2022).
Disampaikan dia, kegiatan digelar selama dua hari, yakni 27-28 September 2022.
Tujuannya, selain bekal agama, para napi juga diberikan pemahaman terkait ilmu-ilmu tajwid dalam membaca Alquran.
Adapun, kegiatan tersebut juga selama tiga tahun terakhir dilaksanakan secara daring, baru tahun ini bisa terlaksana secara langsung setelah keluar edaran kunjungan dan pembinaan tatap muka terbatas.
"Ini juga untuk mengurangi niat jahat dan membekali narapidana," ucapnya.
Suparman menyampaikan, untuk guru pengajarnya sendiri, kali ini dipimpin langsung oleh Ustadz Abdulrahman Ramli.
Selain itu, bagi mereka yang sudah bisa membaca ayat suci Alquran serta iqra bisa mengajari temannya yang belum pandai membaca Alquran.
"Baik tahanan maupun narapidana, bagi yang muslim dituntun untuk bisa mengaji, karena itu mereka yang belum bisa membaca Alquran kita bimbing untuk membaca Alquran,” jelas dia.
Kalapas juga berharap kepada masyarakat umum untuk bisa merangkul mantan napi yang telah menyelesaikan masa hukumannya.
Agar para mantan napi tersebut bisa berbaur kembali ditengah-tengah lingkungan masyarkat dengan baik.
“Harapannya masyarakat dapat menerima mereka, hilangkan stigma negatif terhadap mantan napi, agar mereka tidak kembali berbuat kesalahan,” katanya.
Salah satu napi, Waskim (45) menjelaskan, selama didalam lapas dirinya banyak mengalami perubahan, bisa lebih dekat kepada Tuhan.
Napi yang akan bebas sebentar lagi ini berjanji tidak akan mengulangi lagi kesalahannya.
“Saya sangat bersyukur karena Lapas bisa di sulap menjadi tempat yang nuansanya sangat Islami, saya berharap bisa belajar baca Alquran dan lebih mendekatkan diri pada Allah SWT dan setelah bebas bisa menjadi imam yang baik bagi keluarga dan contoh yang baik bagi masyarakat,” ujar Waskim. (*)