Membumikan Budidaya Teripang Pasir Berbasis IMTA di Pesisir Pantura Jabar, Punya Harga Jual Tinggi

Sebagai negara maritim, Indonesia terkenal dengan kekayaan baharinya. Ada banyak biota laut yang hidup di sepanjang perairan Indonesia.

Penulis: Handhika Rahman | Editor: dedy herdiana
Tribuncirebon.com/Handhika Rahman
Petambak saat menunjukan teripang pasir hasil budidayanya di Desa/Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, Minggu (31/10/2021). 

Di tahun 2020, saat gelombang Covid-19 sedang mengganas dan sektor ekonomi melemah, Wati mengaku seperti mendapat angin segar.

Ia ditawari PT Kilang Pertamina Internasional Unit Balongan untuk membudidayakan teripang.

Harga jual tinggi hingga mencapai Rp 1 juta per kilogram untuk teripang kering dan Rp 500 ribu per kilogram untuk teripang basah membuatnya tertarik membudidayakan biota laut yang biasa hidup di dasar substrat pasir tersebut.

PT Kilang Pertamina Internasional Unit Balongan juga memberikan sejumlah bantuan sebagai penunjang budidaya.

"Saat itu dikasih bibit, ada 1.000 teripang yang didatangkan dari Bali, terus dikasih juga pembinaan bagaimana cara membudidayakannya," ujar dia.

Sempat Gagal dan Bangkit Kembali

Budidaya Teripang Pasir rupanya bukan hal yang mudah dilakukan, biota laut yang satu ini sangat sensitif terhadap perubahan cuaca.

Di tahun pertama budidaya, para petambak teripang harus menelan pil pahit, semua teripang pasir yang mereka budidayakan semuanya mati.

Teripang-teripang itu menggelembung dan perutnya pecah, dari dalam perut teripang itu juga keluar cairan kekuningan.

"Mati semua, padahal usianya sudah 3 bulan jalan, 3 bulan lagi siap panen," ujar dia.

Masih disampaikan Wati, matinya semua teripang karena cuaca ekstrem, selama 3 hari berturut-turut wilayah setempat diguyur hujan deras pada Februari 2021 kemarin.

Air hujan diketahui merusak salinitas atau kadar garam di empang, termasuk pH air hingga membuat semua teripang mati.

Untuk budidaya teripang pasir sendiri, kadar garam perairan atau tingkat salinitas harus dijaga dalam rentang 20-45 ppt, kisaran 30-34 ppt adalah yang paling optimal dalam mempercepat pertumbuhan.

Oleh karena itu, petambak di Desa Balongan harus rutin mengecek kadar garam, suhu, hingga pH air agar selalu terjaga, mereka menggunakan alat bernama Water quality meter.

"Waktu itu karena hujan jadi kadar garamnya turun drastis, belum sempat ditambah air laut lagi," ujar dia.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved