Mata Ayah Berkaca-kaca Saat Antar Anaknya Masuk Penjara karena Melanggar PPKM Darurat, Ini Katanya

Asep Lutpi Suparman (23), anak kandung Agus, lebih memilih dikurung tiga hari di penjara ketimbang bayar denda Rp 5 juta karena tak punya uang.

Editor: Mumu Mujahidin
Tribunjabar.id/Firman Suryaman
Agus Suparman (56), ayah kandung Asep Lutpi Suparman (23). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Firman Suryaman

TRIBUNCIREBON.COM, TASIKMALAYA - Mata Agus Suparman (56) berkaca-kaca saat mengiringi anaknya masuk penjara Lapas Kelas II B Tasikmalaya karena melanggar aturan PPKM Darurat.

Asep Lutpi Suparman (23), anak kandung Agus, lebih memilih dikurung tiga hari di penjara ketimbang bayar denda Rp 5 juta karena tak punya uang sebesar itu.

"Saya sedih, prihatin tapi sekaligus bangga dengan sikap Asep. Bertanggungjawab mengakui kesalahan dan memilih dikurung," kata Agus yang ditemui di depan Lapas Tasikmalaya, Kamis (15/7).

Agus mengungkapkan, begitu mengetahui anaknya memilih dikurung ketimbang bayar denda, sempat terkejut.

Asep (23), didampingi ayah kandungnya, Agus Suparman (56), sat menunggu masuk Lapas Kelas II B Tasikmalaya, Kamis (15/7).
Asep (23), didampingi ayah kandungnya, Agus Suparman (56), sat menunggu masuk Lapas Kelas II B Tasikmalaya, Kamis (15/7). (Tribun Jabar/firman suryaman)

"Tapi setelah mendengar penjelasan dia, saya dan ibunya Asep akhirnya memaklumi. Uang Rp 5 juta di mata anak saya tergolong besar dan dari mana mau mencarinya," kata Agus.

Agus pun sempat mengemukakan keterkejutannya, pelanggar tiriping yang memilih dikurung malah dikurung di lapas.

"Saya mengira mau dikurung di polsek. Ini ternyata di lapas, seperti diperlakukan seperti pelaku pidana biasa," ujar Agus.

Agus berharap ada perbedaan perlakuan antara pelanggar tipiring dengan penjahat biasa di lapas.

Pilih Dipenjara

Asep Lutpi Suparman (23), pemilik kafe yang melanggar aturan PPKM Darurat di Kota Tasikmalaya, rencananya mulai menjalani hukuman tiga hari di Lapas Kelas II B Tasikmalaya, Kamis (15/7/2021) ini.

Kepala Kejaksaan Negeri Kota Tasikmalaya, Fajaruddin, mengatakan, Acep bersikukuh memilih sanksi kurngan, sehingga mulai Kamis ini akan mulai menjalaninya.

"Sudah kami beri kesempatan mau bayar denda kapan. Tapi dia bersikukuh mau menjalani hukumn kurungan tiga hari," kata Fajaruddin, di sela sidang tipiring pelanggar PPKM darurat di samping Taman Kota, Kamis (15/7).

Seperti diketahui Asep yang terjaring razia PPKM darurat beberapa hari lalu menjalani sidang tipiring, Selasa (13/7), dan divonis denda Rp 5 juta subsider kurungan tiga hari.

Saat tim Satgas Penanganan Covid-19 Kota Tasikmalaya datang ke kafe milik Acep di Jalan Riung Asih, Kecamatan Cihideung, ia buka melebihi batas waktu maksimal pukul 20.00.

Baca juga: Tak Sudi Bayar Denda, Pelanggar PPKM di Tasikmalaya Lebih Ikhlas Dipenjara

Baca juga: Warung Kopi yang Viral Milik Wanita Hamil di Purwakarta Ini Didenda Tipiring Rp150.000

Fajaruddin mengatakan, Asep sudah menjalani swab antigen sebagai salah satu syarat menjalani kurungan.

"Hasilnya negatif. Makanya dia hari ini akan mulai menjalani hukuman kurungan sesuai pilihannya," ujar Fajarudin.

Asep Lutpi Suparman (23), pemilik kafe Lookup, Kota Tasikmalaya, akhirnya datang ke Lapas Kelas II B Tasikmalaya untuk menjalani kurungan, Kamis (15/7).
Dua hari lalu Asep divonis sidang tipiring pelanggaran PPKM darurat dengan denda Rp 5 juta subsider kurungan selama tiga hari.
Kafe miliknya di Jalan Riung Asih, Kecamatan Cihideung, terjaring razia PPKM darurat karena buka melebihi batas waktu pukul 20.00.
Asep datang ke Lapas di Jalan Otista, sekitar pukul 11.30, didampingi ayah kandungnya, Agus Suparman (56), serta Jaksa Fungsional Kejaksaan Negeri Kota Tasikmalaya, Ahmad Siddiq.
Mengenakan kaus putih celana, sweeter abu dan celana gelap, Asep sempat menunggu di pintu masuk Lapas. 
Ayah kandungnya, Agus Suparman, tampak selalu mendampinginya. Sesekali Agus berbicara kepada Asep.
Tak lama pintu Lapas terbuka dan petugas Lapas mempersilakan Asep masuk didampingi Ahmad. Sementara Agus tak diperbolehkan masuk.
Ahmad mengatakan, pihaknya sebenarnya sudah memberi waktu selama dua minggu terhadap Asep untuk fikir-fikir.
"Namun ternyata sejak awal dia sudah bulat memilih sanksi kurungan tiga hari. Ya itu sudah pilihannya," ujar Ahmad.

Sebelumnya, tukang bubur di Tasikmalaya juga didenda Rp 5 juta.

Sanksi denda mulai diberlakukan terhadap pelanggar PPKM Darurat di Kota Tasikmalaya.

Endang (40), tukang bubur kaki lima di simpang Jalan Galunggung-Jalan Gunung Sabeulah, terpaksa membayar denda Rp 5 juta.

Tim Satgas Penanganan Covid-19 Kota Tasikmalaya merazia kedai bubur milik Endang yang merupakan salah satu tempat kuliner terkenal di Kota Tasikmalaya.

Selain karena melebihi batas waktu yang telah ditentukan, juga kedapatan melayani pembeli makan di tempat.

Tangkapan layar: Sidang tipiring pelanggar PPKM darurat secara virtual di Taman Kota, Kota Tasikmalaya, Selasa (6/7). ()
Tangkapan layar: Sidang tipiring pelanggar PPKM darurat secara virtual di Taman Kota, Kota Tasikmalaya, Selasa (6/7). () (tribun jabar/firman suryaman)

Endang pun diwajibkan mengikuti persidangan tindak pidana ringan (tipiring) di Taman Kota, Selasa (6/7).

Sidang secara virtual dipimpin Hakim Pengadilan Negeri Tasikmalaya, Abdul Gofur.

Dalam tanya jawab antara hakim dan Endang, terungkap terjadi pelanggaran aturan PPKM Darurat Endang pun mengakuinya.

Abdul Gofur akhirnya memvonis Endang dengan hukuman denda Rp 5 juta atau kurungan selama lima hari.

Baca juga: Ini Persyaratan Naik Kereta Api Jarak Jauh di Wilayah PT KAI Daop 3 Cirebon Selama PPKM Darurat

Hukuman tersebut berdasarkan Perda Pemprov Jabar nomor 5 tahun 2021 tentang ketentraman, ketertiban dan perlindungan masyarakat.

Kapolres Tasikmalaya Kota, AKBP Doni Hermawan, meminta warga kota mematuhi aturan dalam PPKM Darurat.

"Yang melanggar ternyata didenda cukup tinggi. Ini harus menjadi perhatian warga kota. Patuhilah aturan PPKM Darurat," ujar Doni.

Diantaranya memakai masker saat berada di luar, jaga jarak, hindari kerumunan serta berjualan tidak melebihi batas waktu serta tidak melayani makan di tempat.

Baca juga: Satpol PP Kota Bandung Usulkan Denda Uang Lebih Besar Lagi untuk Pelanggar PPKM Darurat

Denda di Bandung

Pelanggaran terhadap protokol kesehatan masih terus terjadi di masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyatakat atau PPKM Darurat di Kota Bandung.

"Pelanggar di Kota Bandung masih banyak, selain belum disiplin mungkin karena denda masih rendah," ujar 
Kepala Bidang Penegakkan Produk Hukum Daerah (PPHD) Satpol PP Kota Bandung, Idris Kuswandi, saat Bandung Menjawab secara virtual , Selasa (6/7/2021).

Menurutnya, denda yang dijatuhkan kepada pelanggar karena tak memakai masker paling besar Rp 100 ribu dan kepada pengusaha yang melanggar aturan Rp 500 ribu.

"Kami ingin mengusulkan lebih besar lagi khususnya untuk pengusaha tapi tak bisa karena aturan dari gubernur paling tinggi hanya Rp 500 ribu," ujar Idris.

Idris mengatakan, denda bukan prioritas, tapi kami ingin masyarakat patuh aturan karena kasus Covid-19 sudah darurat.

Baca juga: Dalam Sebulan Terakhir, Hampir 90 Ribu Tambahan Kasus Covid-19 di Jawa Barat

Idris mengatakan ,setiap harinya petugas dibagi tiga tim pagi, siang, dan malam untuk edukasi, woro-woro, sampai tindakan. 

Dalam bertindak untuk masyarakat pelanggar yang tak memakai masker sebagian besar dijatuhi sanksi sosial karena mempertimbangkan orang yang ke pasar pasar bawa uang untuk makan, tidak cukup untuk bayar denda.

Perusahaan yang melanggar cukup banyak, tetapi uang denda minim dari Januari sampai Juli ini baru terkumpul uang denda Rp 103 juta.

Untuk masa PPKM Darurat akan digelar sidang di tempat di wilayah timur, barat, selatan dan tengah, berlaku untuk semua baik pelanggar perorangan maupun perusahaan.

Tukang Cukur Didenda Rp 400 Ribu

Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Garut melaksanakan sidang terhadap para pedagang yang melanggar di masa PPKM Darurat.

Persidangan ini dilakukan di Bunderan Simpang Lima Garut, Selasa (6/7/2021).

Diketahui ada tujuh pedagang yang melakukan sidang di tempat yakni para pedagang yang berjualan di pusat perbelanjaan Garut Kota.

Pantauan Tribunjabar.id, majelis hakim terlebih dulu menanyakan terdakwa kronologi kejadian pelanggaran yang dilakukan pedagang.

Kemudian hakim menghadirkan saksi dan ditanyai perihal kronologi pelanggaran yang dilakukan terdakwa.

"Saksi apakah saksi mengetahui perihal perkara ini?," Tanya hakim kepada saksi yang sekaligus pemilik usaha.

Baca juga: ALHAMDULILLAH Hari ke-3 Penerapan PPKM Mikro Darurat Kasus Covid-19 di Majalengka Menurun

Baca juga: Tak Main-main Jika Masyarakat Tak Patuh Aturan PPKM Darurat, Akses Keluar Masuk Lembang Akan Ditutup

"Ya saya belum tau, karena mungkin wawasan saya kurang menyerap imbauan pemerintah, tapi saya sudah mengintruksikan karyawan saya untuk harus tutup," ungkap saksi.

Saksi mengatakan tempat usahanya tetap buka karena dirinya mempertahankan hak hidup yang sudah diatur dalam undang-undang.

Saksi yang mempunyai tempat usaha cukur menjelaskan dirinya tidak bisa mengatur waktu saat hendak tutup.

"Saya bingung yang mulia, jadi kejadiannya ketika karyawan saya mencukur pelanggan, saat itu belum selesai, sementara batas buka sudah habis," ungkapnya.

Majelis hakim kemudian memberikan nasihat agar pelanggaran tersebut tidak terulang kembali.

Baca juga: Bertambah Hampir 90 Ribu Kasus Baru Covid-19 di Jabar, 70 Ribu Orang Masih Dirawat dan Jalani Isoman

Baca juga: Kabar Baik, 46 Ribu Warga Garut akan Terima Bantuan Sebesar Rp 600 Ribu, Cair Mulai Minggu Depan

Terdakwa kemudian mengakui kesalahannya dan divonis dengan Pasal 21 ayat 2 Jo Pasal 34 ayat 1 Perda Nomor 5 tahun 2021 dengan denda sebesar Rp 400 ribu atau tujuh hari kurungan.

Kepala Kejaksaan Negeri Garut, Sugeng Hariadi mengatakan ada tujuh pelanggar PPKM Darurat yang disidangkan secara terbuka dengan vonis denda.

"Ada total 7 orang, dendanya beragam ada yang Rp.150 ribu hingga Rp. 3 juta, yang paling tinggi itu klinik kecantikan," ucapnya.(*)

(firman suryaman)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved