Mata Air Pantan Warisan Belanda Hadiah buat Ratu Wilhelmina Ada di Majalengka, Airnya Jernih & Sejuk
Nama Majalengka makin ramai diperbincangkan saat Bandara Internasional Jawa Barat resmi beroperasi.
Penulis: Eki Yulianto | Editor: dedy herdiana
"Pernah ada yang masuk ke lobang air itu dan keluarnya ternyata dari Situ Sangiang. Padahal jaraknya jauh belasan kilometer kalau menurut logika mah gak masuk," ucapnya.
Meski di musim kemarau, mata air Pantan tidak pernah surut.
Bahkan debit air yang dikeluarkan tak pernah menyusut.
Saat ini, mata air Pantan dimanfaatkan masyarakat yang mengaliri berbagai desa di Kecamatan Talaga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Seperti, untuk pertanian dan juga air minum.
"Air disitu untuk warga Desa Talaga Kulon, Wetan, Ganeas, Genteng, Salado, Cicanir berikut Argasari. Ada yang untuk pertanian ada yang untuk air minum," jelas dia.
Sementara, menurut pemerhati sejarah Grup Majalengka Baheula (Grumala), Nana Rohmana, saluran air Pantan dibangun sekitar tahun 1930-an, atau pada era R.M.A Suriatanudibrata (1922-1944).
R.M.A Suriatanudibrata sendiri merupakan Bupati Majalengka pada waktu itu.
"Mata air ini dibangun Belanda untuk dihadiahkan kepada Ratu Wilhelmina di hari ulang tahunnya. Bukan hanya itu, di Pantan juga terdapat terowongan air bawah tanah yang panjangnya mencapai 150 meter dan dibangun karena longsornya bukit sekitar mata air Pantan," kata Naro biasa disapa.
Kini, setiap harinya ada saja pengunjung yang datang untuk sekadar menikmati jernihnya mata air Pantan.
Tak perlu membayar tiket masuk, pengunjung hanya perlu membayar uang parkir di halaman rumah warga yang sengaja didesain untuk parkir kendaraan.