Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, Ini Jejak Sang Smiling General di Majalengka

Soeharto saat menjadi Presiden Indonesia sempat mengunjungi Majalengka, tepatnya ke Jatitujuh.

Penulis: Adhim Mugni Mubaroq | Editor: taufik ismail
Tribuncirebon.com/Eki Yulianto
PG Rajawali II Jatitujuh, Majalengka. Pabrik ini diresmikan oleh Soeharto kala menjadi Presiden Republik Indonesia. 

Laporan Adim Mubaroq

TRIBUNCIREBON.COM, MAJALENGKA - Presiden ke-2 Republik Indonesia, Jenderal (Purn) Soeharto, resmi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Prabowo Subianto pada 10 November 2025.

Di balik pengakuan itu, masyarakat Majalengka mengenang kembali jejak Soeharto yang pernah menorehkan sejarah penting di daerah tersebut.

Ketua DPD Partai Golkar Majalengka, Asep Eka Mulyana, menyebut Soeharto memiliki hubungan historis dengan Majalengka, salah satunya saat meresmikan Pabrik Gula Jatitujuh pada 5 September 1980.

“Sebagai warga Majalengka, kami mengingat beliau sebagai sosok yang dekat dengan rakyat."

"Beliau sering turun ke daerah, melihat langsung kebutuhan masyarakat. Semangat itulah yang perlu diteladani pemimpin masa kini,” ujar Asep, Kamis (13/11/2025).

Asep menilai, penetapan Soeharto sebagai pahlawan nasional menjadi momen refleksi bagi bangsa.

Menurutnya, di masa kepemimpinannya, Soeharto dikenal sebagai tokoh yang rajin turun ke lapangan, menyerap aspirasi rakyat, dan memastikan pembangunan berjalan hingga ke pelosok.

Soeharto
Soeharto ((Kolase Kolase IST dan Kompas.com))

Mengenai pro-kontra gelar pahlawan nasional untuk Soeharto, Asep menilai hal itu sebagai bagian dari dinamika sejarah. 

“Dalam setiap kebesaran tokoh bangsa, pasti ada pro dan kontra. Tapi faktanya, pemerintahan saat ini telah menilai beliau layak. Dan kami menghormati keputusan itu sebagai bentuk penghargaan terhadap jasa pembangunan beliau,” ucapnya.

Menurut Asep, Soeharto bukan hanya milik Partai Golkar, tapi milik bangsa.

“Sebagai negarawan, beliau menunjukkan sikap sabar dan berjiwa besar saat menyerahkan kekuasaan pada 1998. Tidak ada pertumpahan darah, tidak ada revolusi. Itu bukti kenegarawanannya,” ujarnya.

Asep menegaskan, teladan Soeharto dalam membangun Indonesia modern masih relevan hingga kini.

“Semangat turun ke bawah, menjaga stabilitas, dan membangun dari desa ke kota, itulah warisan yang harus dijaga,” ujarnya.

Baca juga: Nasib Letkol Untung Dalang G30S/PKI di Awal Pemerintahan Presiden Soeharto yang Dieksekusi di Cimahi

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved