Berita Cirebon Hari Ini

Sejarah Masjid Mahar Syisidik Cirebon yang Nyaris Jatuh ke Sungai, Berdiri Sejak Tahun 1880

Masjid Mahar Syisidik di Blok Wanantara, Kabupaten Cirebon tetap menyimpan sejarah panjang dan filosofi mendalam

Penulis: Eki Yulianto | Editor: Mutiara Suci Erlanti
Tribuncirebon.com/Eki Yulianto
MASJID MAHAR SYISIDIK - Masjid Mahar Syisidik di Blok Wanantara, Desa Kubang, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon 


"Lalu ada tiang empat di dalam masjid, itu menunjukkan empat sahabat Kanjeng Nabi,” jelas dia.

Baca juga: Masjid Bersejarah Terancam Ambruk, Warga Wanantara Cirebon Minta Tanggul Pengaman Segera Dibangun


Tak hanya itu, pintu menuju ruang utama berjumlah sembilan sebagai penghormatan kepada Wali Songo, para penyebar Islam di Nusantara.

MASJID TERANCAM AMBRUK - Masjid Mahar Syisidik, rumah ibadah berusia lebih dari satu abad di Blok Wanantara, Desa Kubang, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, kini terancam ambruk. Bangunan bersejarah yang berdiri sejak 1880 itu hanya berjarak sekitar tidak lebih dari 1 meter dari bibir Sungai Cipager setelah tebing penopangnya ambles hingga 12 meter dan memanjang sekitar 40 meter
MASJID TERANCAM AMBRUK - Masjid Mahar Syisidik, rumah ibadah berusia lebih dari satu abad di Blok Wanantara, Desa Kubang, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, kini terancam ambruk. Bangunan bersejarah yang berdiri sejak 1880 itu hanya berjarak sekitar tidak lebih dari 1 meter dari bibir Sungai Cipager setelah tebing penopangnya ambles hingga 12 meter dan memanjang sekitar 40 meter (Tribuncirebon.com/Eki Yulianto)


“Dan masuk ke ruang masjid utama ada dua pilar besar, menunjukkan dua kalimat syahadat,” katanya.


Menurut Muhammad, filosofi tersebut menunjukkan, bahwa masjid ini dibangun sebagai pengingat akan perjalanan dakwah dari Rasulullah melalui para sahabat dan wali.


“Intinya, kapanpun dan dimanapun, kita harus ingat syahadat dan salat. Itulah filosofi awal masjid ini,” ujarnya.


Salah satu bagian unik dari Masjid Mahar Syisidik adalah keberadaan sebuah gua di bawah bangunan.


“Ya, tempat iktikaf. Para santri dulu, ulama dan kiai sering iktikaf di situ untuk mendekatkan diri kepada Allah,” ucap Muhammad.


Gua tersebut menjadi salah satu bukti bahwa masjid ini bukan hanya tempat salat, tetapi juga pusat spiritual masyarakat sejak zaman para leluhur.


Sebelumnya diberitakan, Masjid Mahar Syisidik yang berdiri lebih dari 150 tahun itu kini terancam jatuh ke Sungai Cipager setelah tebing di belakangnya ambles sejauh 12 meter dan memanjang hingga 40 meter.


Ketua RT 11 Blok Wanantara, Sulaeman menjelaskan, amblesnya tanah bermula dari banjir bandang pada 17 Februari 2025.


“Ya, sekitar jam 7 ba’da Isya itu. Tebing ambles setelah diterjang banjir bandang. Tanahnya tergerus habis,” ujarnya.


Kini jarak masjid ke bibir sungai tersisa kurang dari satu meter.


Bahkan di beberapa titik, bangunan sudah benar-benar menempel dengan jurang.


“Coba dilihat sendiri keadaannya begini nih. Mengkhawatirkan,” katanya.


Warga dan pengurus masjid telah berulang kali mengajukan pembangunan tanggul, tetapi hingga kini belum ada tindak lanjut dari pihak terkait.


“Harapan kami pemerintah cepat bangun pengaman masjid ini. Biar kami ibadah merasa aman,” ucapnya.


Warga khawatir, jika hujan besar kembali turun, longsoran dapat melebar dan masjid bisa runtuh dalam sekejap.

 

Sumber: Tribun Cirebon
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved