Sejarah Ponpes Buntet Cirebon

Menengok Sejarah Pondok Pesantren Tertua Buntet Cirebon di Momen Hari Santri Nasional 2025

Di Desa Mertapada Kulon, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, berdiri sebuah pesantren yang menjadi saksi perjalanan panjang

Penulis: Eki Yulianto | Editor: Dwi Yansetyo Nugroho
TribunCirebon.com/ Eki Yulianto
Sebuah asrama dan tajug yang menjadi iKON kawasan Ponpes Buntet Cirebon 

Akibatnya, pesantren pertama yang didirikan Mbah Muqoyyim di Kampung Kedung Malang dibakar habis oleh pasukan Belanda.

"Belanda membombardir pesantren karena menganggap gerakan ulama berbahaya. Namun Mbah Muqoyyim berhasil menyelamatkan diri,” ucap Rofahan.

Mbah Muqoyyim lalu melanjutkan perjuangan ke Desa Pesawahan Sindanglaut, sekitar 10 kilometer dari lokasi awal.

Di sana ia membangun kembali pesantren bersama sahabatnya, Kiai Ardi Sela.

Baca juga: 5 Fakta soal Pekerja Bangunan di Kuningan yang Tewas Usai Tertimpa Tembok, Dibobok Bagian Bawah


Namun, serangan Belanda terus berlanjut. 

Pesantren kembali hancur dan Muqoyyim pun berpindah-pindah hingga akhirnya menetap di Blok Manis, Depok Pesantren, Desa Mertapada Kulon, lokasi Buntet Pesantren sekarang.

Jejak pesantren lama masih bisa ditemukan di Kedung Malang, berupa makam santri yang dipercaya sebagai murid-murid Mbah Muqoyyim yang gugur pada masa penjajahan.

“Hingga kini, para santri baru masih berziarah ke makam itu untuk mengenal sejarah awal pesantren,” jelas dia.

Di Pesawahan, Mbah Muqoyyim bertemu Pangeran Muhammad, putra Sultan Keraton Kanoman yang kelak bergelar Sultan Chaeruddin II.

Baca juga: 4 Lokasi SIM Keliling di Indramayu Hari Ini 23 Oktober 2025: Perempatan Karangturi dan Desa Cemara


Sang pangeran datang bukan untuk berkuasa, melainkan untuk belajar agama kepada Mbah Muqoyyim.

“Saat menjadi santri, Pangeran Muhammad dikenal sebagai Pangeran Santri,” katanya. 

Namun, keberanian sang pangeran melawan kolonial membuat Belanda murka. 

Ia akhirnya ditangkap dan dibuang ke Ambon.

Sementara itu, Mbah Muqoyyim terus berpindah tempat untuk menghindari kejaran.

Baca juga: 5 Fakta soal Pekerja Bangunan di Kuningan yang Tewas Usai Tertimpa Tembok, Dibobok Bagian Bawah


Dari Pesawahan, ia menuju Sindanglaut, lalu ke Pemalang, dan akhirnya menetap di Beji, Jawa Tengah.

Di tempat-tempat itu, ia tetap mengajar, membangun tajug dan berdakwah.

Salah satu peninggalannya bahkan dipercaya sebagai tajug kecil di Aceh yang tidak rusak diterjang tsunami 2004, tanda karomah sang kiai.

Ratusan tahun berlalu, namun semangat Mbah Muqoyyim masih hidup di setiap sudut Buntet Pesantren.

Kini, lembaga ini menaungi puluhan pondok dengan sistem pengajaran yang telah berkembang.

Baca juga: 6 Lokasi SIM Keliling di Cirebon Hari Ini 23 Oktober 2025, Desa Tegalgubug Lor dan Pasar Pasalaran


Pada masa awal, seluruh santri belajar dalam satu kompleks besar yang mengelilingi masjid agung pesantren. 

Untuk membedakan asrama, digunakan huruf-huruf A hingga L.

Seiring waktu, para kiai mulai membuka pondok di rumah masing-masing.

Dari sinilah lahir lebih dari 50 asrama yang kini tersebar di kawasan pesantren.

Nama-nama pondok pun diambil dari para pendirinya.

Baca juga: 4 Lokasi SIM Keliling di Indramayu Hari Ini 23 Oktober 2025: Perempatan Karangturi dan Desa Cemara


Misalnya, Asrama Al-Muttaba diambil dari nama KH Mustamid Abbas, kini dikelola cucunya, Ustadz Fikri Mubarok.

Ada juga Asrama Al-Murtadlo, diambil dari nama KH Murtadho, kini dipimpin oleh Ustadz H Fahad Ahmad Syadad.

“Tradisi keilmuan dan silsilah pesantren ini tidak pernah putus. Dari kiai ke anak, dari anak ke cucu. Itulah kekuatan Buntet,” ujarnya.

Selain menjadi pusat ilmu agama, Buntet juga berkembang menjadi pusat kebudayaan.

Baca juga: PRAKIRAAN Cuaca Cirebon Kamis, 23 Oktober 2025: Hari Ini Didominasi Hujan Ringan dan Suhu Sejuk


Kegiatan seperti pengajian akbar, kirab santri, hingga lomba hadrah menjadi tradisi tahunan. 

Di setiap momentum Hari Santri, ribuan orang datang, tidak hanya santri, tapi juga masyarakat umum yang ingin mengenal lebih dekat kehidupan di pesantren tertua Cirebon itu.

Buntet Pesantren bukan sekadar lembaga pendidikan, melainkan rumah besar tempat nilai-nilai Islam, nasionalisme dan kebhinekaan tumbuh bersama.

Di sinilah, semangat Energizing Indonesia terasa, menghidupkan bangsa melalui pendidikan yang berakar pada kearifan lokal dan spiritualitas.

Baca juga: 4 Lokasi SIM Keliling di Indramayu Hari Ini 23 Oktober 2025: Perempatan Karangturi dan Desa Cemara


“Pesantren bukan hanya tempat belajar agama, tapi juga tempat membangun karakter dan peradaban bangsa,” ucap KH Mohammad Luthfi. 

Adapun, Buntet Pesantren beralamat di Desa Mertapada Kulon, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, sekitar 17 kilometer dari pusat Kota Cirebon. 

Lokasinya bisa ditempuh dalam waktu 25–30 menit menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. 
 
 
 

Sumber: Tribun Cirebon
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved