Sejarah Ponpes Buntet Cirebon

Menengok Sejarah Pondok Pesantren Tertua Buntet Cirebon di Momen Hari Santri Nasional 2025

Di Desa Mertapada Kulon, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, berdiri sebuah pesantren yang menjadi saksi perjalanan panjang

Penulis: Eki Yulianto | Editor: Dwi Yansetyo Nugroho
TribunCirebon.com/ Eki Yulianto
Sebuah asrama dan tajug yang menjadi iKON kawasan Ponpes Buntet Cirebon 

“Kami berterima kasih kepada pemerintah yang telah menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Itu bentuk penghargaan atas peran santri dalam sejarah negeri ini,” jelas dia.

Sebagai bentuk penghormatan, setiap tahun seluruh lembaga pendidikan di lingkungan Buntet Pesantren diliburkan.

Dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, kegiatan belajar-mengajar dihentikan sejenak agar santri dapat memperingati hari bersejarah itu.

Baca juga: 5 Fakta soal Pekerja Bangunan di Kuningan yang Tewas Usai Tertimpa Tembok, Dibobok Bagian Bawah


“Setiap tahun semua lembaga pendidikan di Buntet kami liburkan untuk menghormati Hari Santri,” katanya. 

Kini, di lahan seluas 33 hektare itu, berdiri 71 pondok pesantren dengan sekitar 8.000 santri mukim dan 2.000 santri kalong.

Meski jumlahnya besar, kehidupan di dalam pesantren berjalan dalam harmoni.

Tidak ada pagar tinggi yang membatasi antar pondok.

Semuanya terbuka, saling menyapa dan hidup berdampingan dengan masyarakat sekitar.

Baca juga: 6 Lokasi SIM Keliling di Cirebon Hari Ini 23 Oktober 2025, Desa Tegalgubug Lor dan Pasar Pasalaran


"Di sini tidak ada gerbang besar yang membatasi antar pondok. Semuanya menyatu, hidup berdampingan,” ujarnya. 

Ia menjelaskan, sejak awal berdirinya, Buntet Pesantren mengusung karakter inklusif, terbuka bagi siapa pun tanpa memandang latar belakang sosial, budaya atau ekonomi.

Konsep itu tercermin dari keseharian para santri dan kiai yang hidup berdampingan tanpa sekat.

“Inklusivitas menjadi keistimewaan pesantren ini. Semua pondok hidup berdampingan dan berbaur dengan masyarakat setempat,” ucap Luthfi.

Buntet Pesantren lahir pada tahun 1750 Masehi, didirikan oleh seorang ulama besar bernama Mbah Muqoyyim.

Baca juga: PRAKIRAAN Cuaca Cirebon Kamis, 23 Oktober 2025: Hari Ini Didominasi Hujan Ringan dan Suhu Sejuk


Sosok ini bukan hanya pendiri pesantren, melainkan juga tokoh yang menolak tunduk pada kekuasaan kolonial.

Pemerhati sejarah pesantren Cirebon sekaligus putra dari salah satu pengasuh Buntet, Akhmad Rofahan menjelaskan, bahwa pendirian pesantren ini bermula dari kekecewaan Mbah Muqoyyim terhadap Keraton Kanoman, tempat ia dulu menjabat sebagai penghulu.

Sumber: Tribun Cirebon
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved