Menurutnya, peristiwa pergerakan tanah ini awal mulanya sudah terjadi sejak tahun 2018 lalu.
Setiap tahunnya bencana itu terus meneror warga dan puncaknya terjadi pada Minggu kemarin.
"Kalau kemarin yang didata mah ada 50 rumah yang terdampak, kalau yang termasuk rusak sedang hingga berat kemungkinan ada 10 rumah," ucapnya.
Akibat peristiwa itu, kata Mumu, sedikitnya ada 2 Kepala Keluarga (KK) yang mengungsi dikarenakan rumahnya mengalami kerusakan cukup parah akibat pergerakan tanah.
Mereka kebanyakan mengungsi ke sanak saudaranya.
"Sebagian warga yang rumahnya memang rusak berat sudah mengungsi, kurang lebih ada 2 KK ke rumah saudaranya, orang tuanya dan anaknya."
"Warga diminta selalu waspada, terutama jika hujan deras terjadi dan bisa menyelamatkan diri."
"Kami juga telah meminta kepada BPBD untuk adanya pengadaan alat pendeteksi dini adanya pergerakan tanah yang bisa kemudian menjadi langkah antisipasi warga untuk menyelamatkan diri," jelas dia.
Mumuh menambahkan, bahwa Desa Cisalak sendiri menjadi salah satu desa yang masuk ke dalam daerah rawan bencana pergerakan tanah.
Sementara di Lemahsugih, ada 7 desa yang masuk ke daerah rawan bencana serupa.
"Di Lemahsugih ada 7 desa yang rawan bencana pergerakan tanah, di antaranya Mekarwangi, Kepuh, Sukajadi, Padarek, Sukamaju, Mekarmulya dan Cisalak itu sendiri," katanya.