Sulit Dapat Gabah, Pemilik Penggilingan di Cirebon Pilih Beli dari Jateng Dengan Harga Tinggi

Sejumlah penggilingan padi di Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, terpaksa mendatangkan gabah dari luar daerah

Penulis: Eki Yulianto | Editor: Mutiara Suci Erlanti
Tribuncirebon.com/Eki Yulianto
PENGGILINGAN DI CIREBON Para kuli panggul di pabrik penggilingan milik H Arjo di Desa Gegesik Kidul, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon saat sedang membongkar muatan pengiriman gabah basah dari wilayah Jawa Tengah 


Dalam sehari, penggilingan miliknya bisa memproduksi 10 ton beras, namun kenaikan biaya bahan baku menekan margin keuntungan.


Ia juga membantah adanya praktik pengoplosan beras yang kerap dikaitkan dengan penggilingan.


"Kalau soal beras oplosan, kami tidak pernah dan tidak akan lakukan itu. Isu-isu begitu malah merugikan penggilingan."


"Imbasnya kita dituding macam-macam, padahal kita apa adanya," ujarnya.


Sementara itu, berbeda dengan Arjo yang memilih bertahan dengan mendatangkan gabah dari luar daerah, penggilingan lainnya di Desa Gegesik Lor justru memilih menghentikan produksi karena tidak sanggup bersaing dalam membeli gabah dengan harga tinggi.


Pemilik penggilingan, Surnita Sandi Winata menyampaikan, bahwa pabriknya sudah tidak beroperasi selama hampir tiga minggu terakhir.


"Ya, saat ini memang penggilingan tidak jalan, karena memang kita kekurangan bahan baku, terutama gabah," ucap Sandi.


Ia menjelaskan, kelangkaan gabah disebabkan oleh gagal panen di wilayah Gegesik akibat serangan hama seperti belut dan tikus.


"Panennya tidak menghasilkan gabah, itu yang jadi bahan baku kita."


"Sekarang kita enggak dapat barang sama sekali," imbuh dia.


Tak hanya soal pasokan, persaingan harga di lapangan pun disebut semakin ketat.


Banyak pembeli besar yang mengincar gabah tanpa memperhatikan kualitas, membuat harga melonjak hingga Rp 6.500 per kilogram.


"Kalau kita ikut beli dengan harga segitu, kita rugi. Karena pas beras jadi, harga jualnya tidak menutup biaya produksi."


"Mending kami stop dulu daripada memaksakan produksi tapi merugi," katanya.


Dari pantauan di lokasi, aktivitas penggilingan benar-benar lumpuh.

Halaman
123
Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved