Sulit Dapat Gabah, Pemilik Penggilingan di Cirebon Pilih Beli dari Jateng Dengan Harga Tinggi

Sejumlah penggilingan padi di Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, terpaksa mendatangkan gabah dari luar daerah

Penulis: Eki Yulianto | Editor: Mutiara Suci Erlanti
Tribuncirebon.com/Eki Yulianto
PENGGILINGAN DI CIREBON Para kuli panggul di pabrik penggilingan milik H Arjo di Desa Gegesik Kidul, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon saat sedang membongkar muatan pengiriman gabah basah dari wilayah Jawa Tengah 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto


TRIBUNCIREBON.COM, CIREBON- Sejumlah penggilingan padi di Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, terpaksa mendatangkan gabah dari luar daerah karena pasokan lokal yang semakin langka dan kualitasnya dinilai menurun. 


Kondisi ini membuat biaya produksi membengkak dan sebagian penggilingan bahkan memilih untuk berhenti beroperasi.


Di Desa Gegesik Kidul, salah satu pemilik penggilingan padi, H Arjo, sedang sibuk membongkar muatan gabah basah yang baru tiba dari Purwodadi dan Demak, Jawa Tengah. 

Baca juga: Panen Malah Bikin Tekor, Petani di Gegesik Cirebon Rugi Hingga 70 Persen, Ini Penyebabnya


Ia mengaku, pengambilan gabah dari luar kota menjadi solusi di tengah sulitnya memperoleh bahan baku berkualitas dari wilayah sendiri.


"Ya, saat ini sedang ada bongkaran pengiriman gabah basah yang saya beli dari Purwodadi dan Demak," ujar H Arjo saat ditemui di lokasi, Selasa (22/7/2025).


Menurutnya, gabah dari wilayah Cirebon sulit didapat dan jika pun ada, kualitasnya tidak sesuai dengan kebutuhan pasar dan harganya naik drastis. 


"Kalau dari Cirebon itu gabahnya berebut, kondisinya juga kurang bagus."


"Gabah jenis IR 32 atau kebo borang itu kurang enak nasinya, jadi pasaran juga kurang bagus."


"Kita nyari padi yang IR biar enak dimakannya, terus kualitasnya juga bagus," ucapnya.


Ia mengungkapkan bahwa dalam dua bulan terakhir, harga gabah terus melonjak.


Gabah basah kini bisa dibeli hingga Rp 7.750 per kilogram, belum termasuk ongkos angkut yang mencapai Rp 2,2 juta per muatan.


"Biasanya harga gabah basah itu Rp 5.600 sampai Rp 6.000 per kilo, sekarang bisa sampai Rp 8.000-an kalau sama ongkosnya. Ya pasti ngeluh dengan kondisi kaya gini," keluh dia. 

Baca juga: Kades di Majalengka Protes Data Penerima Bansos Tak Sesuai, Tolak Penyaluran Bantuan Beras


Arjo juga menyoroti ketatnya persaingan di lapangan, yang membuat penggilingan kecil seperti miliknya makin sulit bersaing.


"Barang juga sekarang susah, berebut. Berebutnya dengan siapa kita enggak tahu, mungkin sama perusahaan besar. Yang jelas kami di lapangan kesulitan barang," katanya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved