Idul Adha 2023

2 Teks Khutbah Idul Adha 1444 H: Mengenai Hikmah Dzulhijjah dan Manusia Paling Bahagia

Kita bertakbir di hari yang mulia ini dengan memperbanyak mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Tribunjabar.id/Firman Suryaman
Solat gaib untuk Eril di Masjdi Agung Kota Tasikmalaya berlangsung khusyu. 

Kaum muslimin, siapapun berpeluang menjadi imam bagi generasi setelahnya. Terutama bagi anak keturunannya. Karena itulah, bagian dari doa ‘ibadurrahman;

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan[25]: 74)

Mujahid bin Jabar menafsirkan ayat ini. Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menjadi imam bagi orang yang bertakwa. Artinya adalah kita bermakmum kepada orang yang bertakwa sebelum kita, yaitu generasi orang-orang shalih sebelum kita. Dan seterusnya hingga sampai kepada sahabatnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Puncaknya adalah bermakmum kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Ketika orang bermakmum dengan orang-orang shalih yang sebelumnya, maka dia akan tertular menjadi shalih. Lalu nanti generasi setelahnya akan mengikutinya. Sehingga di saat itulah dia menjadi imam untu keshalihan bagi generasi setelahnya. Itulah makna dari doa di atas.

Saya, Anda, Bapak, dan Ibu semuanya memiliki peluang yang sama untuk menjadi imam bagi orang yang bertakwa dengan berusaha memperbaiki diri, meniru jejak para salafush shalih. Jejak para sahabat, tabi’in, dan ulama yang shalih. Dan dengan demikian kita akan menjadi shalih, lalu diikuti anak keturunan kita dalam keshalihan. Sehingga kita menjadi imam bagi orang yang bertakwa.

Dan tentu saja, dalam menempuh perjalanan yang semacam ini kita akan menjumpai banyak sekali ujian. Baik ujian di keluarga, lingkungan, dan termasuk ujian dari diri kita sendiri.

Mungkin ada sebagian dari kita yang tidak semangat dalam menjalankan sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Tidak semangat dalam beribadah. Sehingga ketika kita berusaha untuk melawan hawa nafsu kita, mengikuti apa yang diajarkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,di antara buahnya adalah nama kita akan dijadikan sebagai imam bagi para generasi setelah kita.

Jama’ah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala muliakan,

Pelajaran lain dari kondisi keluarga Nabi Ibrahim ‘alaihissalaam, banyak sekali rutinitas dan amalan yang beliau dan keluarganya lakukan, itu Allah Subhanahu wa Ta’ala abadikan agar kaum muslimin melaksanakannya sampai akhir zaman.

Anda bisa bayangkan, setiap orang yang melakukan sa’i, antara Shafa dan Marwah, yang jumlahnya jutaan bahkan tidak ada yang mengetahui jumlahnya kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka setiap orang yang sa’i, Ibunda Hajar Ummu Ismail Radhiyallahu ‘Anha turut mendapatkan pahalanya. Karena beliaulah yang pertama kali mempraktekkannya.

Sehingga siapapun yang mempraktekkan kebaikan lalu generasi masyarakat setelahnya mengikutinya, in syaa Allah pahala yang mereka laksanakan akan diberikan kepada orang yang pertama kali melakukannya.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْر أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ

“Barang siapa membuat satu sunnah (cara atau jalan) yang baik di dalam Islam maka dia mendapat pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya sesudahnya tanpa mengurangi pahalanya sedikit pun.” (HR. Muslim no. 1017)

Halaman
1234
Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved