Teror Macan di Kuningan Selatan, Bupati Acep Purnama Siapkan Anjing Untuk Duel Sama Macan

Keberadaan macan yang menjadi ancaman keselamatan nyawa dan kenyamanan warga di Kuningan selatan, mendapat tanggapan Bupati Kuningan H Acep Purnama.

Penulis: Ahmad Ripai | Editor: dedy herdiana
Tribuncirebon.com/Ahmad Ripai
Bupati Kuningan H Acep Purnama 

"Soal pekerjaan rumah bagi kami. Dalam pemberdayaan masih disesuaikan dengan kegiatan sosial di lingkungan. Yang penting mereka bisa bertahan dan bisa menutupi kebutuhan hajat hidup keluarganya," katanya. 

Diberitakan sebelumnya, kemunculan hewan buas liar di kawasan lahan perhutani di Kabupaten Kuningan, sontak menjadi teror sekaligus ancaman bagi sejumlah petani di daerah. Terutama dengan penampakan kucing besar alias macan yang sempat diketahui sejumlah petani saat beraktivitas di lahan garapan.

"Teror macan atau hewan buas, itu dirasakan oleh sejumlah petani, termasuk warga kami saat beraktivitas di lahan garapan yang berada di kawasan lahan perhutani," kata Didi yang juga Kepala Desa Selajambe, Kecamatan Selajambe saat memberikan keterangan ancaman lingkungan tersebut, Kamis (12/1/2023).

Didi menyebut, ancaman macan yang pencahayaan tubuh cerah dan bermotif belang itu sering menampakkan, dan terjadi di beberapa titik di kawasan lahan perhutani di  wilayah Kuningan selatan.

"Cerita sering terjadi penampakan macan di titik tertentu. Begini, ketika warga kami (petani) biasa beraktivitas di lahan garapan di pasir (bukit) itu melihat lebih dari satu ekor macan itu seperti bermain," kata Didi.

Lokasi bermain macan itu biasanya, kata Didi mengemuka, bahwa macan punya kebiasaan berkumpul di lahan bebatuan dan lokasi itu menjadi titik kumpul kucing ganas dalam waktu tertentu.

"Lokasi bebatuan itu biasanya di jadikan tempat kenyamanan macan. Ciri bahwa lokasi bebatuan itu paulinan macan, ini bisa terlihat dengan mengkilapnya batu tersebut. Sebab batu itu media saat tubuh macan menggesekkan secara berulang," ujarnya.

Mendalami kasus ancaman lingkungan terhadap sosial masyarakat, Didi mengungkap bahwa teror terjadi itu memiliki banyak alasan sebagai penyebab.

Terlebih dengan tingkah orang tidak bertanggungjawab hingga menimbulkan kerusakan habibat hewan yang berada di lahan perhutani di wilayah Kuningan selatan.

"Memahami kejadian ancaman lingkungan terhadap sosial masyarakat. Ini jelas memiliki beberapa faktor penyebab dan harus mendapat perhatian dari semua lapisan masyarakat," katanya.

Beberapa faktor penyebab teror hewan buas, kata Didi menambahkan, pembuktian ini kuat dugaan akibat kerusakan pada ekosistem atau rantai makan di kawasan lahan perhutani tersebut.

"Salah satu contoh saja, rusa atau kancil yang biasa menjadi santapan macan atau binatang buas pada umumnya.

Kini populasi rusa atau kancil ini sepertinya berkurang, sebab hewan itu sering turun ke permukiman untuk mencari makan. Kajian itu yang terjadi secara alami dan terbukti di lingkungan bisa menjadi dasar," katanya.

Permasalahan sosial lingkungan, kata Didi berharap pemerintah bisa melakukan pendampingan dan perhatian terhadap masyarakat terdampak tersebut.

"Kami hanya masyarakat di perhatikan. Sebab ancaman lingkungan alam dari hewan buas, bukan pertama kali dirasakan warga kami. Seperti pernah sebelumnya, petugas BKSDA sempat turun dan pasang jebakan untuk menangkap macan hingga akhir tak berhasil," katanya. (*)

Baca juga: Siapa Riska? Trending di Twitter, Ternyata Alami Kisah Getir sebagai Mahasiswa, Kini Sudah Meninggal

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved