Teror Macan di Kuningan Selatan, Bupati Acep Purnama Siapkan Anjing Untuk Duel Sama Macan

Keberadaan macan yang menjadi ancaman keselamatan nyawa dan kenyamanan warga di Kuningan selatan, mendapat tanggapan Bupati Kuningan H Acep Purnama.

Penulis: Ahmad Ripai | Editor: dedy herdiana
Tribuncirebon.com/Ahmad Ripai
Bupati Kuningan H Acep Purnama 

Laporan Kontributor Kuningan, Ahmad Ripai

TRIBUNCIREBON.COM, KUNINGAN - Keberadaan macan yang dianggap menjadi ancaman keselamatan nyawa dan kenyamanan warga di Kuningan selatan, mendapat tanggapan dari Bupati Kuningan H Acep Purnama.

"Ah, mana ada macan muncul hingga meneror warga sih," kata Bupati Acep saat berbincang dengan TribunCirebon.com, di sela diskusi bareng wartawan awal tahun 2023 di Objek Wisata Side Land, di Desa Kaduela, Kecamata Pasawahan, Kamis (12/1/2023).

Tidak hanya itu, orang nomor satu di Kuningan ini bersikap keras, bahwa teror macan atau binatang buas itu tidak ada. "Ah, teror macan itu tidak ada. Saya belum lihat dan jika benar, mana buktinya," katanya.

Jika benar muncul teror macan di lingkungan masyarakat di Kuningan, Acep mengatakan, telah menyiapkan sejumlah anjing untuk mengusir atau melawan aksi teror macan tersebut.

"Jika benar ada macan, saya punya anjing dan punya Pamor (paguyuban tukang moro). Nanti saya adukan dengan macan, sekali - sekali jangan lawan atau mengusir hama babi saja," katanya.

Foto tangkapan video macan tutul di atas pohon di Kuningan, Kamis (18/11/2021).
Ilustrasi Foto tangkapan video macan tutul di atas pohon di Kuningan, Kamis (18/11/2021). (Ist/tangkapan video WAG)

Baca juga: Macan Teror Warga Kuningan Selatan, Sering Terlihat Bermain di Lahan Bebatuan, Lebih dari Satu

Informasi sebelumnya, usai melihat wujud macan di kawasan lahan perhutani wilayah Kuningan selatan. Sejumlah petani kopi memilih berhenti melakukan aktivitas dan penggarapan di lahan yang biasa di kelola pribadinya.

"Kabar petani kopi dan palawija pilih berhenti dan tidak melakukan penggarapan lahan yang di kelolaannya, itu benar dan menimpa pada warga desa kami yang berdomisili di Kampung Ciawi," ungkap Kepala Desa Selajambe, Didi saat memberikan keterangan kepada TribunCirebon.com, Kamis (12/1/2023).

Didi mengungkap, tidak banyak petani yang terlibat langsung mengelola lahan di perhutani sebagai penggarapan tanaman kopi dan palawija. Namun, hal ini jelas menjadi dampak dan menjadi pekerjaan rumah pemerintah desa sebagai pelayan masyarakat.

"Ya, dengan adanya petani yang pilih berhenti menggarap lahan pertanian di lahan perhutani. Tentu menjadi pekerjaan rumah besar bagi kami sebagai penyelenggara pemerintahan. Bayangkan saja, petani biasa mendapat keuntungan dari hasil tanaman yang di olahannya, kini mereka berhenti karena takut ancaman macan tersebut," ujarnya.

Aksi terpaksa berhenti dari profesi sebagai petani penggarap, Didi menyebut bahwa ini berdasarkan pengalaman petani yang telah melihat langsung sosok macan di beberapa titik bebatuan di lahan perhutani tersebut.

"Jadi menurut petani yang sudah melihat sosok macan saat di lahan garapan. Sekarang dia, seperti ketakutan dan sangat depresi hingga sering menghabiskan waktu di sekitaran tempat tinggalnya saja," katanya.

Baca juga: Usai Melihat Wujud Macan Sebesar Domba Adu, Petani Kopi di Kuningan Pilih Berhenti Menggarap Lahan

Sebab, masih kata Didi mengungkap, saat melihat sosok kucing buas itu postur tubuh macan hampir sebesar domba tangkas ukuran dewasa. Jumlah macan besar dengan postur besar itu ada sebanyak 4 ekor dan lebih dari 5 anakan macan berada di sekitarnya.

"Kata petani yang cerita ke saya, saat dia melihat macan itu posturnya gede, ukirannya lebih besar dari domba tangkas. Tinggi badannya diatas satu meter dan panjang hampir dua meter, belum termasuk ekornya," ujarnya.

Menyinggung soal pekerja rumah bagi pemerintah, kata Didi mengungkap, hingga kini belum menyiapkan bentuk pekerjaan apa yang biasa dijadikan pengganti dari kebiasaannya sebagai petani kopi atau palawija.

"Soal pekerjaan rumah bagi kami. Dalam pemberdayaan masih disesuaikan dengan kegiatan sosial di lingkungan. Yang penting mereka bisa bertahan dan bisa menutupi kebutuhan hajat hidup keluarganya," katanya. 

Diberitakan sebelumnya, kemunculan hewan buas liar di kawasan lahan perhutani di Kabupaten Kuningan, sontak menjadi teror sekaligus ancaman bagi sejumlah petani di daerah. Terutama dengan penampakan kucing besar alias macan yang sempat diketahui sejumlah petani saat beraktivitas di lahan garapan.

"Teror macan atau hewan buas, itu dirasakan oleh sejumlah petani, termasuk warga kami saat beraktivitas di lahan garapan yang berada di kawasan lahan perhutani," kata Didi yang juga Kepala Desa Selajambe, Kecamatan Selajambe saat memberikan keterangan ancaman lingkungan tersebut, Kamis (12/1/2023).

Didi menyebut, ancaman macan yang pencahayaan tubuh cerah dan bermotif belang itu sering menampakkan, dan terjadi di beberapa titik di kawasan lahan perhutani di  wilayah Kuningan selatan.

"Cerita sering terjadi penampakan macan di titik tertentu. Begini, ketika warga kami (petani) biasa beraktivitas di lahan garapan di pasir (bukit) itu melihat lebih dari satu ekor macan itu seperti bermain," kata Didi.

Lokasi bermain macan itu biasanya, kata Didi mengemuka, bahwa macan punya kebiasaan berkumpul di lahan bebatuan dan lokasi itu menjadi titik kumpul kucing ganas dalam waktu tertentu.

"Lokasi bebatuan itu biasanya di jadikan tempat kenyamanan macan. Ciri bahwa lokasi bebatuan itu paulinan macan, ini bisa terlihat dengan mengkilapnya batu tersebut. Sebab batu itu media saat tubuh macan menggesekkan secara berulang," ujarnya.

Mendalami kasus ancaman lingkungan terhadap sosial masyarakat, Didi mengungkap bahwa teror terjadi itu memiliki banyak alasan sebagai penyebab.

Terlebih dengan tingkah orang tidak bertanggungjawab hingga menimbulkan kerusakan habibat hewan yang berada di lahan perhutani di wilayah Kuningan selatan.

"Memahami kejadian ancaman lingkungan terhadap sosial masyarakat. Ini jelas memiliki beberapa faktor penyebab dan harus mendapat perhatian dari semua lapisan masyarakat," katanya.

Beberapa faktor penyebab teror hewan buas, kata Didi menambahkan, pembuktian ini kuat dugaan akibat kerusakan pada ekosistem atau rantai makan di kawasan lahan perhutani tersebut.

"Salah satu contoh saja, rusa atau kancil yang biasa menjadi santapan macan atau binatang buas pada umumnya.

Kini populasi rusa atau kancil ini sepertinya berkurang, sebab hewan itu sering turun ke permukiman untuk mencari makan. Kajian itu yang terjadi secara alami dan terbukti di lingkungan bisa menjadi dasar," katanya.

Permasalahan sosial lingkungan, kata Didi berharap pemerintah bisa melakukan pendampingan dan perhatian terhadap masyarakat terdampak tersebut.

"Kami hanya masyarakat di perhatikan. Sebab ancaman lingkungan alam dari hewan buas, bukan pertama kali dirasakan warga kami. Seperti pernah sebelumnya, petugas BKSDA sempat turun dan pasang jebakan untuk menangkap macan hingga akhir tak berhasil," katanya. (*)

Baca juga: Siapa Riska? Trending di Twitter, Ternyata Alami Kisah Getir sebagai Mahasiswa, Kini Sudah Meninggal

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved