Keraton di Cirebon
Masjid Merah Panjunan Cirebon, Jejak Syiar Syekh dari Bagdad yang Dipercaya Pangeran Cakrabuana
Masjid Merah Panjunan didirikan sekitar 500 tahun yang lalu oleh seorang syekh dari Bagdad, negeri yang berjuluk negeri kisah 1001 malam.
Masjid Merah Panjunan disangga oleh 17 pilar kayu jati, yang mengandung filosofis 17 rakaat salat wajib yang ditunaikan umat muslim dalam sehari. Selain itu, terdapat satu inskripsi beraksara Arab menghiasi salah satu palang kayu.
Baca juga: CERITA Terbakarnya Masjid Agung Sang Cipta Rasa di Keraton Kasepuhan, Momolo -nya Terbang ke Banten
Dahulu terdapat satu menara di samping masjid. Namun saat dilakukan renovasi, menara itu dihilangkan.
Di sisi kiri masjid terdapat bentuk makam yang dinyakini sebagai patilasan. Sementara di sisi kanan terdapat tempat wudhu dengan air yang tak berhenti mengalir dari sumur tua yang sudah ada sejak berdirinya masjid ini.
Beberapa pintu berukuran kecil terdapat di masjid ini. Untuk masuk pintu tersebut kita harus menunduk. Mengandung makna bahwa siapapun kita, apapun posisi kita di dunia ini adalah mahluk kecil, yang tetap harus tunduk di hadapan Allah.
Sementara itu, di dalam Masjid terdapat mihrab (pengimaman) berupa tembok putih. Ceruk pengimaman berukir menyerupai bunga dengan cungkup di atasnya. Hiasan keramik Cina dan beberapa keramik nuansa Eropa menambah keindahan dinding mihrab bernuansa putih.

Cerita dari Keramik- keramik
Memandang keramik-keramik yang menghiasi mihrab Masjid Merah Panjunan melahirkan ketertarikan tersendiri.
Sebagian besar keramik memiliki motif dan ragam hias khas Cina. Di antaranya adalah piring keramik motif Qilin, naga dan burung hong (phoenik) yang merupakan mahluk mitologi Cina.
Ada pula keramik bermotif bunga, dan keramik bermotifkan pemandangan di negeri Tiongkok. Keramik-keramik ini adalah hadiah dari putri Ong Tien, seorang putri Cina, yang diperistri oleh Sunan Gunung Jati.
Beberapa keramik lainnya menggambarkan cerita pertemuan antara orang Eropa dan Bangsawan Cina.
Ada pula keramik bernuansa biru yang mengambarkan pemandangan di Eropa.
Bagaimana keramik bernuansa Eropa ada di sini. Hal itu mungkin bisa terjadi karena sebagai kota Bandar, Cirebon sarat akan komoditi dagang.
Memandang keramik-keramik ini saja menggugah imajinasi ini betapa berwarnanya kehidupan budaya Cirebon saat itu.
Baca juga: Kisah Pohon Jati Raksasa Untuk Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Tunggulnya Dikeramatkan di Indramayu
Ada ruang tertutup di balik Mihrab
Satu ruangan tertutup ada di balik Mihrab. Ruangan ini hanya dibuka pada saat Idul Fitri dan Idul Adha.