Fakta-Fakta Kasus Penyerangan Gus Farid di Indramayu Versi GP Ansor, Ada Dugaan Terorisme?
PC GP Ansor Indramayu membeberkan sejumlah fakta mengapa kasus insiden penyerangan KH Farid Ashr Waddahr atau yang akrab disapa Gus Farid
Penulis: Handhika Rahman | Editor: Machmud Mubarok
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - PC GP Ansor Indramayu membeberkan sejumlah fakta mengapa kasus insiden penyerangan KH Farid Ashr Waddahr atau yang akrab disapa Gus Farid mesti dilakukan penyelidikan lebih lanjut oleh pihak kepolisian.
Seperti diketahui, S (33), pelaku pembacokan tersebut kini sudah diamankan polisi, motifnya melakukan penyerangan karena memiliki paham yang berbeda dengan korban.
Yakni, pelaku tidak senang dengan aktivitas zikir atau wirid berjamaah yang dilakukan Gus Farid.
Baca juga: Pembacok Gus Farid Masih Waras, Motif Penyerangan ke Kiai Muda Indramayu Itu Terungkap
Baca juga: Motif Pelaku Penyerangan Gus Farid Kiai Muda di Indramayu, Sebut Ada Pesugihan, Ini Kronologinya

Ketua PC GP Ansor Indramayu, Edi Fauzi mengatakan, pihaknya khawatir, pelaku tersebut masuk dalam salah satu jaringan terorisme.
"Dugaan ini muncul karena sebelumnya sudah ada fakta soal teroris di Indramayu, khususnya di wilayah Krangkeng," ujar dia kepada Tribuncirebon.com, Jumat (11/3/2022).
Edi Fauzi menyebut, pelaku teroris yang terjadi di Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta pusat pada 2016 lalu diketahui merupakan warga dari Kecamatan Krangkeng, Indramayu.
Lanjut dia, fakta lainnya, sejumlah pelaku yang diduga teroris bahkan tidak sedikit yang ditangkap di Kabupaten Indramayu.
Hal inilah yang menjadi kekhawatiran masyarakat, mereka khawatir, pemahaman terorisme tersebut masih mengakar pada segelintir orang sampai dengan saat ini.
"Untuk antisipasi, kita minta kepolisian menyelidiki lebih dalam soal jaringan pelaku," ujar dia.

Di sisi lain, Edi Fauzi bakal mengintruksikan para anggota PC GP Ansor Indramayu untuk lebih giat lagi dalam mengkampanyekan toleransi beragama kepada seluruh lapisan masyarakat.
Agar, kekerasan yang mengatasnamakan agama tidak kembali terulang.
Insiden yang menimpa Gus Farid di Ponpes An-Nur di Desa Tegalmulya, Kecamatan Krangkeng pun mesti menjadi bahan evaluasi untuk lebih meningkatkan keamanan.
"Kaitan dengan ini kita intruksikan, agar lebih getol lagi kampanye toleransi agama dengan harapan kekerasan atas nama agama tidak terjadi lagi, minimal bisa diminimalisir," ujar dia.