Di Tangan Emak-emak Desa Jatiserang Majalengka, Sampah Plastik Jadi Bernilai Ekonomi

Limbah plastik tersebut disulap menjadi barang yang cantik, seperti tas, dompet, tikar serta berbagai barang lainnya.

Penulis: Eki Yulianto | Editor: Machmud Mubarok
TribunCirebon.com/Eki Yulianto
Sekelompok emak-emak di Desa Jatiserang, Kecamatan Panyingkiran, Kabupaten Majalengka menyulap limbah plastik menjadi barang yang bernilai ekonomi. 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto

TRIBUNCIREBON.COM, MAJALENGKA - Sekelompok emak-emak Blok/Desa Jatiserang, Kecamatan Panyingkiran, Kabupaten Majalengka membuat berbagai barang berharga dari limbah plastik bungkus kopi.

Limbah tersebut disulap menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi.

Meski belum dipasarkan secara luas, barang-barang tersebut tentunya berpotensi menambah pundi-pundi penghasilan yang saat ini sedang sulit karena pandemi Covid-19.

Limbah plastik tersebut disulap menjadi barang yang cantik, seperti tas, dompet, tikar serta berbagai barang lainnya.

Emak-emak di desa tersebut mengaku telah menekuni kreativitasnya sebagai perajin tas dan tikar dari limbah plastik selama beberapa tahun terakhir ini.

Baca juga: Viral Gadis 12 Tahun Asal Gresik Tulis Surat untuk PM Australia, Minta Stop Ekspor Sampah Plastik

Baca juga: Persib Raih Tiga Poin Usai Kalahkan Barito Putera, Robert Alberts: Kami Kurang Kreatif Menyerang

Baca juga: Ridwan Kamil: Meski Pandemi, Industri Kreatif Berbasis Digital di Jabar Tumbuh 40 Persen

Bahkan, adanya pandemi yang mana kegiatan di luar rumah terbatas, kegiatan tersebut semakin ditekuni.

Yanti (48), salah satu perajin atau emak-emak dari Desa Jatiserang mengaku, ia menjadi perajin tidak melalui kursus atau ikut pelatihan di lembaga-lembaga pelatihan.

Namun, Yanti mengolah limbah plastik, dari ide-ide yang dihasilkannya secara otodidak yang dilihat dari chanel YouTube.

Bahan-bahan yang biasa disiapkannya untuk membuat tas dan yang lainnya, yaitu plastik bekas bungkus kopi instan dan gunting.

Dalam satu hari, emak-emak yang berjumlah kurang lebih 30 orang itu bisa menghasilkan hingga 5 unit barang dari limbah plastik tersebut.

"Kami bisa membuat sampah-sampah menjadi sebuah tas, tikar, dan berbagai kerajinan lainnya. Ini berkat keinginan kami untuk lebih bisa memanfaatkan waktu luang kami di tengah pandemi Covid-19," ujar Yanti kepada Tribun, Rabu (22/9/2021).

Yanti mengaku, kegiatan tersebut berawal dari tekadnya untuk mengurangi sampah yang berada di desanya.

Sementara, tiap hari Yanti bersama ibu-ibu lain mengumpulkan limbah plastik bungkus kopi instan, baik plastik kopi kapal api, luwak serta jenis plastik bungkus kopi lainnya.

"Satu unit barang bisa dihargai dari yang termurah Rp 25 ribu dan paling mahal Rp 150 ribu bergantung ukuran dan jenisnya. Semakin sulit membuatnya akan semakin mahal," ucapnya.

Sumber: Tribun Cirebon
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved