Heboh Mobil Fortuner Pengusaha Kuliner di Kuningan Dicoret-coret, Ada Tulisan Indonesia Korban PPKM
Viral video berdurasi 31 detik yang memperlihatkan Mobil Fortuner milik salah seorang pengusaha kuliner di Kuningan dicoret-coret.
Penulis: Ahmad Ripai | Editor: Mutiara Suci Erlanti
Laporan Kontributor Kuningan, Ahmad Ripai
TRIBUNCIREBON.COM,KUNINGAN - Viral video berdurasi 31 detik yang memperlihatkan Mobil Fortuner milik salah seorang pengusaha kuliner di Kuningan dicoret-coret.
Video beredar sejak hari kamarin Minggu (18/7/2021), ternyata kendaraan roda empat milik H Muhamad Ali alias Ali Action sekaligus pengusaha kuliner Rumah Makan Seafood dan Pecel Lele di Kuningan.
Saat ditemui di rumahnya di lingkungan Pasapen, Kelurahan / Kabupaten Kuningan, Ali Action membenarkan bahwa aksi coretan seluruh unit mobil itu terjadi kemarin.
"Iyaz coretan ini kami lakukan kemarin, semua merupakan unek - unek dan keluhan hati, akibat atau dampak PPKM Darurat," kata Ali kepada wartawan seraya memperlihatkan coretan di mobilnya tadi, Senin (19/7/2021).

Ali menegaskan bahwa coretan pada mobil tersebut tidak menyangka akan heboh di dunia maya dan jagat Kuningan.
Pasalnya, sebaran video banyak nomor masuk yang menanyakan langsung sebab akibat tindakan kepada pengusaha kuliner tersebut.
"Dari kemarin habis coret-coret, saya dirumah saja dan banyak yang menghubungi serta menanyakan. Kenapa mobilnya di coretan tulisan begitu? Dari beberapa kontak masuk ada yang langsung dibales atau di jawab saat menelpon. Ya, jawaban hanya sekedar curahan hati dampak PPKM," katanya.
Teramati coretan di mobil itu banyak kalimat bertuliskan, Indonesia korban PPKM, Jika Kita Terlalu Jujur Kita Tertipu, PPKM Bikin Sengsara, Kami Manusia, Indonesia Butuh Makan.
"Iya tulisan ini semua tentang curahan hati. Kemudian coretan di mobil kami bisa dibersihkan. Apalagi ini dibalut sama skolite," ujar Ali yang mengaku sempat menjadi korban PPKM dan bayar denda akibat melanggar Prokes Covid19 di masa PPKM.
Mengenai denda yang dikenakan, Ali menyadari bahwa pada waktu pelaksanaan PPKM Darurat ada pelanggan makan sekitar dua orang dan sewaktu itu juga kena sidak petugas Covid-19.
Sehingga harus mengikuti aturan melalui persidangan dan membayar denda sebesar Rp 3 juta.
"Iya untuk soal denda dan pelanggaran itu saya akui, saya bayar denda Rp 3 juta. Iya bagaimana pun Indonesia negara hukum dan kita perlu pemerintah sebagai pengatur kegiatan masyarakat serta pelaku usaha seperti kami," ujarnya.
Minta PPKM Disetop
Sebanyak 4 komponen masyarakat yang tergabung dalam Himpunan PASAL (Paguyuban Pedagang Pasar Kepuh) Kuningan, KIBAR 19, Forum Masyarakat Kuningan (Formatku) dan Paguyuban Pasar Ciawigebang mendesak pemerintah Kabupaten Kuningan untuk tidak melakukan perpanjangan PPKM Darurat. Alasannya, pelaksanaan PPKM Darurat tidak memberikan kenyamanan bagi warga saat melakukan aktivitas seperti biasanya.
"Ada beberapa aturan PPKM Darurat di Kabupaten Kuningan ini yang dirasa sangat memberatkan masyarakat. Malah mematikan roda perekonomian dan tidak adanya jaminan hidup dari pemerintah," ungkap Atas sekaligus Ketua Forum Masyarakat Kuningan (Formatku) disela pelaksanaan audensi tadi di Ruang Purbawisesa, Komplek Setda Pemda Kuningan di Jalan Siliwangi, Senin (19/7/2021).
Atang meminta pemerintah Kuningan bisa merasakan bagaimana dampak daripada pelaksanaan PPKM sekarang. Terlebih dengan wacana perpanjangan PPKM Darurat yang akan dilakukan serentak di Jawa - Bali.
"Kita akan menolak aturan-aturan yang menyengsarakan rakyat ini hingga ada putusan diubah," kata Atang lagi.
Baca juga: Penjual Buah di Majalengka Ketiban Rezeki Nomplok saat PPKM Darurat, Sehari Dapat Rp 1,5 Juta
Baca juga: Polisi Borong Dagangan PKL dan Bagikan Sembako Saat Razia PPKM Darurat di Indramayu
Sejumlah kelompok yang terlibat tadi memberikan sejumlah barang yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti korek kuping (Cotton Bath), Obat tetes mata dan sendal jepit.
"Pemberian Cotton Bath, obat tetes mata dan sendal jepit. Itu sebagai bentuk kadeudeuh masyarakat kepada penyelenggara pemerintahan di daerah.
Seperti Cotton Bath itu agar bisa mendengarkan aspirasi, kemudian obat tetes mata itu agar mereka (pemerintah) bisa melihat dan memantau bagaimana kondisi masyarakat serta sendal jepit itu juga sebagi simbol bahwa masyarakat bukan tempat untuk di manfaatkan dalam kekuasaan yang lima tahunan ini," ujarnya.