INI Mitos-mitos di Rumah Rumah Adat Panjalin Majalengka, Kalau Dilakukan Bisa Bikin Hidup Tak Tenang
Salah satu mitos yang berkembang tersebut, yakni pantangan menggunakan kayu bekas bangunan Rumah Adat Panjalin.
Penulis: Eki Yulianto | Editor: Machmud Mubarok
“Kalau melihat hasil penelitian ini dibangun pada zaman wali yaitu Syekh Syarif Hidayatullah. Rumah Panjalin ini menjadi saksi bisu dari penyebaran Islam di wilayah ini,” ujar Juru Pelihara Rumah Adat Panjalin, I Ang Saeful Ikhsan (48) saat ditemui di lokasi, Jumat (2/4/2021).
Saeful menceritakan, sejarah pembangunan rumah adat ini tidak terlepas dari tokoh-tokoh penyebar agama islam di Panjalin.
Menurut I Ang, saat itu Sunan Gunung Jati memerintahkan Syekh Syahroni atau disebut warga Panjalin sebagai Pangeran Atas Angin untuk menyebarkan Islam ke barat Pulau Jawa.
Salah satunya, yakni mengajak penguasa di Rajagaluh untuk memeluk Islam.
Syekh Syahroni kemudian bertemu dengan utusan Mataram yakni Nyi Larasati.

"Keduanya pun menikah dan memilih tinggal di sebuah hutan yang penuh dengan pohon rotan," ucapnya.
Masih kata Saeful, Syekh Syahroni pun dikaruniai putri yakni Seruni.
Di wilayah itulah Syekh Syahroni mensyiarkan Islam.
Setelah dewasa, Seruni bertemu dengan Raden Sanata seorang santri dari Pager Gunung yang juga masih keturunan darah biru dari kerajaan Talaga.
Raden Sanata pun kemudian berusaha meminang Seruni, kendati demikian Syekh Syahroni memberikan syarat agar Raden Sanata mampu membabat hutan rotan yang sangat luas.
Raden Sanata pun akhirnya dapat membabat hutan rotan itu dan mendirikan sebuah rumah panggung untuk memenuhi syarat Syekh Syahroni.
Rumah itulah yang menjadi rumah adat Panjalin.
Setelah menikahi Seruni, Raden Sanata pun banyak belajar pada Sykeh Syahroni.
Di tempat itu pula, Raden Sanata mensyiarkan Islam terlebih setelah banyak orang yang membuka pemukiman di wilayah tersebut.
"Panjalin itu sebutan orang Cirebon zaman dulu, yang sekarangnya disebut rotan. Dulu di sebelah utara juga ada pesantren Lontang Jaya, KH Amin Sepuh Ciwaringin dan KH Abdul Halim juga santri dari sana dan di Selatan ada juga Ki Dul Mu'in juga menyebarkan Islam,” jelas dia.