Sebanyak 3 dari 20 Unit Kamera Pengintai Macan Tutul di Kawasan Gunung Ciremai Kuningan Hilang

Kehilangan kamera yang terpasang di sejumlah titik kawasan Gunung Ciremai, tentu sudah dilaporkan ke petugas kepolisian.

Penulis: Ahmad Ripai | Editor: Mumu Mujahidin
Tribuncirebon.com/Ahmad Ripai
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) Kuswando saat ditemui di ruangan kerjanya di Kuningan Jawa Barat, Selasa (20/10/2020). 
Laporan Kontributor Kuningan, Ahmad Ripai
TRIBUNCIREBON.COM, KUNINGAN – Sebanyak 3 unit kamera dari total 20 unit kamera trap pengintai spesies macan tutul di kawasan Gunung Ciremai hilang.
“Kehilangan unit kamera itu diduga oleh ulah tangan manusia alias dicuri, kan gak mungkin hewan lain ngambil kamera tersebut,” ungkap Kepala Balai Taman nasional Gunung Ciremai (BTNGC) Kuswando saat ditemui di ruang kerjanya, di Desa Manislor, Kecamatan Jalaksana, Kuningan – Jawa Barat, Selasa (20/10/2020).
Kehilangan kamera yang terpasang di sejumlah titik kawasan Gunung Ciremai, tentu sudah dilaporkan ke petugas kepolisian.
”Iya sudah kami laporkan ke Polisi,” ujarnya.
Mengingat, kata dia, kamera trap itu merupakan media untuk melakukan peneletian dan perkembangan hewan liar di habitat Gunung Ciremai.
“Dari kehilangan itu, kami masih melakukan pendataan ulang dan sekarang makin gencar melakukan monitoring,” katanya.
Pasalnya, kata dia, jumlah populasi spesies macan tutul atau macan kumbang di kawasan Gunung Ciremai jumlahnya mengalami peningkatan.
“Sebab info dari warga, pendaki dan petugas TNGC saat monitoring itu pernah melihat kawanan macan beda ukuran,” katanya.
Kawanan macan beda ukuran, kata dia, ini jelas hasil kembangbiak yang terjadi oleh mamalia besar di hutan. 
“Betul, ada macan saat berjalan itu ukurannya kecil (remaja, red) dan dewasa, artinya terjadi perkembanganbiakan hewan tersebut,” katanya.
Taksiran jumlah, Kuswando menduga ada sebanyak 3-4 ekor spesies macan termasuk Slamet Ramadan (macan Kumbang, red). 
“Jumlah spesies macan itu lebih banyak, ini dilengkapi dengan hasil penelitian dari jejak, kotoran dan cara mereka berada di titik pangideran atau penjelajahannya,” katanya. 

Baca juga: Sekitar 26 Hektar Lahan di Kawasan Gunung Ciremai Terbakar, TNGC Ungkap Penyebab Kebakaran

Baca juga: Lirik Lagu Mars Hari Santri Nasional, Lengkap dengan Sejarah Penetapan Hari Santri Nasional

Dilepasliarkan Juli 2019

Macan tutul Jawa (panthera perdus melas) bernama Slamet Ramadhan yang dilepasliarkan di Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), Kabupaten Kuningan, keberadaannya berhasil terekam kamera perangkap atau camera trap.

Humas TNGC, Agus Yunantara, mengat‎akan, keresahan pihak TNGC akhirnya terjawab saat kegiatan monitoring yang dilakukan sejak awal November 2019, berhasil menemukan keberadaan Slamet Ramadhan setelah dilepasliarkan pada 9 Juli 2019.

"Macan itu‎ berada di area perbatasan ekosistem hutan alam dan semak belukar, berjarak 3,5 kilometer. Arah selatan dari wisata alam Bukit Seribu Bintang," kata Agus saat dihubungi, Selasa (19/11/2019).

Agus mengatakan, Slamet mampu menjelajah sekitar 8,5 kilometer dari batas kawasan TNGC dan permukiman penduduk dan diketahui sering beraktivitas di ekosistem Gunung Ciremai yang berjauhan dengan pusat aktivitas manusia.

"Kalau bisa berbincang dengan Si Hitam Bertutul ini, banyak hal yang ingin ditanyakan, mulai sudah ketemu pasangan atau belum dan sudah memangsa apa saja," katanya.

Dari‎ penampakan camera trap, dapat disimpulkan kalau Slamet Ramadhan dalam kondisi sehat, hal tersebut terlihat dari tubuhnya yang jauh lebih kekar dibandingkan saat pelepasliaran beberapa bulan lalu.

Agus berharap, Slamet Ramadhan dapat berinteraksi secara normal dengan macan tutul Jawa penghuni asli Gunung Ciremai, baik sebagai pesaing atau pasangan, sehingga populasinya tetap terjaga.

"Selain itu, keberadaan dia mendukung untuk kesehatan ekosistem kawasan TNGC,"katanya.

Slamet Ramadhan, beberapa waktu lalu diketahui masuk perkampungan warga di Kabupaten Subang dan dilepasliarkan di sisi utara Gunung Ciremai.

Slamet Ramadhan macan tutul
Slamet Ramadhan macan tutul (Istimewa)

Pelepasliaran Slamet Ramadhan dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI melalui Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, Badan TNGC, dan pihak terkait lainnya.

Saat dilepasliarkan, Slamet Ramadhan dibawa ke dalam kandang khusus yang dilengkapi lubang-lubang kecil di setiap sisinya,‎ Hal itu dilakukan agar macan tutul tersebut tidak stres karena berdekatan dengan manusia.

Hewan yang seluruh tubuhnya berwarna hitam itupun terdengar menggeram,‎ Bahkan, sesekali satwa langka yang dilindungi itu juga mengaum dan seolah-olah menerkam penutup kandangnya. 

Sensor di Leher

 Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) memasangi alat khusus pada leher Slamet Ramadhan, Macan tutul Jawa yang dilepasliarkan pada Juli 2019.

Pemasangan alat khusus pada leher Slamet Ramadhan, agar pergerakan hewan‎ bernama latin panthera perdus melas‎ tersebut, dapat selalu terpantau oleh petugas BTNGC.

Humas TNGC, Agus Yunantara, mengatakan alat tersebut sebagai antisipasi agar Slamet Ramadhan tidak kembali ke permukiman warga dan mengganggu keselamatan warga.

Tetapi, kata Agus, meskipun sudah pasang dileher Slamet Ramadhan, keberadaannya tidak terdeteksi dan hanya terekam olah Camera trap milik petugas.

Slamet Ramadhan macan tutul
Slamet Ramadhan macan tutul (Istimewa)

"Terekam pada Minggu (17/11/2019)," kata Agus saat dihubungi, Selasa (19/11/2019).

‎Macan tutul Jawa yang dilepasliarkan di Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), Kabupaten Kuningan, keberadaannya berhasil terekam kamera perangkap atau camera trap.

Keresahan pihak TNGC akhirnya terjawab saat kegiatan monitoring yang dilakukan sejak awal November 2019, berhasil menemukan keberadaan Slamet Ramadhan setelah dilepasliarkan pada 9 Juli 2019.

"Macan itu‎ berada di area perbatasan ekosistem hutan alam dan semak belukar, berjarak 3,5 kilometer. Arah selatan dari wisata alam Bukit Seribu Bintang," kata Agus.

Agus mengatakan, Slamet mampu menjelajah sekitar 8,5 kilometer dari batas kawasan TNGC dan permukiman penduduk dan diketahui sering beraktivitas di ekosistem Gunung Ciremai yang berjauhan dengan pusat aktivitas manusia.

Dari‎ penampakan camera trap, dapat disimpulkan kalau Slamet Ramadhan dalam kondisi sehat, hal tersebut terlihat dari tubuhnya yang jauh lebih kekar dibandingkan saat pelepasliaran beberapa bulan lalu.

Agus berharap, Slamet Ramadhan dapat berinteraksi secara normal dengan macan tutul Jawa penghuni asli Gunung Ciremai, baik sebagai pesaing atau pasangan, sehingga populasinya tetap terjaga.

"Selain itu, ini pun mendukung untuk kesehatan ekosistem kawasan TNGC,"katanya.

Slamet Ramadhan, beberapa waktu lalu diketahui masuk perkampungan warga di Kabupaten Subang dan dilepasliarkan di sisi utara Gunung Ciremai.

Pelepasliaran Slamet Ramadhan dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI melalui Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, Badan TNGC, dan pihak terkait lainnya. 

4 Satwa Dilindungi di Ciremai

 Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) di Kabupaten Kuningan, saat ini ditempati oleh sejumlah satwa yang dilindungi, sebagiannya hasil dari sita dan dilepasliarkan oleh tim.

Beberapa ‎satwa yang dilindungi di Gunung Ciremai, yaitu, macan tutul Jawa (panthera pardus melas), elang Jawa (nisaetus bartelsi), surili (presbytis), kukang (nycticebus), dan kodok merah (leptophryne cruentata).

Humas TNGC, Agus Yunantara, mengatakan, populasi hewan-hewan yang berada di Gunung Ciremai tersebut, sebagian besar populasinya mengalami peningkatan.

"Hewan-hewan tersebut adalah spesies kunci Gunung Cirebon," kata Agus saat dihubungi, Selasa (19/11/2019).

Diberitakan sebelumnya, macan tutul Jawa (panthera perdus melas) bernama Slamet Ramadhan yang dilepasliarkan di Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), Kabupaten Kuningan, keberadaannya berhasil terekam kamera perangkap atau camera trap.

Agus mengat‎akan, keresahan pihak TNGC akhirnya terjawab saat kegiatan monitoring yang dilakukan sejak awal November 2019, berhasil menemukan keberadaan Slamet Ramadhan setelah dilepasliarkan pada 9 Juli 2019.

"Macan itu‎ berada di area perbatasan ekosistem hutan alam dan semak belukar, berjarak 3,5 kilometer. Arah selatan dari wisata alam Bukit Seribu Bintang," kata Agus.

Slamet Ramadhan mampu menjelajah sekitar 8,5 kilometer dari batas kawasan TNGC dan permukiman penduduk dan diketahui sering beraktivitas di ekosistem Gunung Ciremai yang berjauhan dengan pusat aktivitas manusia.

"Kalau bisa berbincang dengan Si Hitam Bertutul ini, banyak hal yang ingin ditanyakan, mulai dari, sudah ketemu pasangan atau belum dan sudah memangsa apa saja," katanya.

Dari‎ penampakan camera trap, dapat disimpulkan kalau Slamet Ramadhan dalam kondisi sehat, hal tersebut terlihat dari tubuhnya yang jauh lebih kekar dibandingkan saat pelepasliaran beberapa bulan lalu.

Agus berharap, Slamet Ramadhan dapat berinteraksi secara normal dengan macan tutul Jawa penghuni asli Gunung Ciremai, baik sebagai pesaing atau pasangan, sehingga populasinya tetap terjaga.

"Selain itu, ini pun mendukung untuk kesehatan ekosistem kawasan TNGC,"katanya.

 Karhutla Padam, BPBD Majalengka Tutup Posko Tanggap Darurat di Taman Nasional Gunung Ciremai

 Kisah Relawan Penjinak Api di Gunung Ciremai, Kekurangan Logistik hingga Didatangi Makhluk Astral

 Dilepasliarkan Bulan Juli, Keberadaan Slamet Ramadhan Si Macan Tutul Jawa Berhasil Terekam Kamera

Slamet Ramadhan, beberapa waktu lalu diketahui masuk perkampungan warga di Kabupaten Subang dan dilepasliarkan di sisi utara Gunung Ciremai.

Pelepasliaran Slamet Ramadhan dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI melalui Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, Badan TNGC, dan pihak terkait lainnya. (*)

Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved