Bogor Depok Bekasi Tolak PSBB Ala Jakarta, Sepakat Jalankan Pembatasan Sosial Berskala Mikro

perlakuan PSSB ini dilakukan berbeda sehingga pihaknya menyimpulkan PSBM adalah metode yang paling pas untuk situasi perbedaan seperti ini.

Editor: Machmud Mubarok

Ketua Divisi Pelacakan, Pengujian, dan Manajemen Laboratorium Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar, Siska Gerfianti, mengatakan sebagian besar penambahan kasus ini berasal dari penularan yang ditemukan di klaster keluarga atau rumah tangga, perkantoran, bahkan industri.

Protokol kesehatan pencegahan Covid-19, katanya, memang diterapkan secara ketat di kebanyakan perkantoran dan industri.

 Polisi Ungkap Fakta Lain Kasus Pembunuhan Seorang Istri oleh Suaminya Sendiri di Indramayu

 Hutan di Sekitaran Gunung Tangkubanparahu Terbakar, Api Merambat dari Daerah Sukawana

 Ini Bacaan Sholawat Nabi yang Dipakai Ustaz Ujang Busthomi Melawan Dukun Santet & Usir Setan Belek

Namun, katanya, para pekerja ini lupa untuk menerapkan protokol kesehatan, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan, di luar tempat kerjanya.

Kebanyakan, katanya, penularan Covid-19 disebabkan hal-hal yang kerap dianggap remeh di luar lingkungan pekerjaan. Bahkan hal ini pun sampai dibawa ke rumah mereka dan akhirnya menulari keluarganya.

"Contoh yang salah satu industri di Karawang, kemungkinan penularannya di halte. Saat menunggu bus, mereka ngobrol tanpa masker, berbagi jajanan atau cemilan. Mereka tidak sadar kalau itu membahayakan mereka. Padahal selama di tempat kerja, semua protokol kesehatan sudah ketat," kata Siska di Gedung Sate, Selasa (8/9).

Setelah penyebaran Covid-19 di klaster industri terjadi di Bekasi dan Karawang, katanya, ruangan khusus merokok di industri tersebut ditiadakan.

Hal ini disebabkan sejumlah pekerja diduga tertular Covid-19 di tempat tersebut saat mereka bersantai dan mengobrol tanpa masker di ruang tersebut, sampai kebiasaan meminum kopi bersama dalam satu gelas yang sama.

Sedangkan di klaster rumah tangga atau keluarga, katanya, terjadi akibat salah satu anggota keluarga bepergian kemudian pulang ke rumah tanpa membersihkan diri terlebih dulu. Atau anggota keluarga ini terinfeksi saat berada di luar rumah, kemudian menularkannya kepada keluarganya.

"Mungkin dikira sudah aman ya sebentar ke supermarket atau ke pasar, pas pulang ke rumah tidak membersihkan diri dulu. Akhirnya keluarga tertular. Ini yang banyak kami dapatkan, mulai banyak yang meremehkan hal-hal kecil yang padahal sangat penting," katanya.

Hal ini pun menjadi penyebab penularan klaster tenaga kesehatan di Jawa Barat yang terjadi sebelumnya.

Saat bekerja, mereka melakukan protokol kesehatan dengan ketat, dengan alat pelindung diri yang lengkap, namun mereka mengabaikan protokol kesehatan saat berkumpul atau makan bersama rekan-rekannya di saat istirahat.

"Penambahan kasus yang meningkat sejak beberapa hari lalu, kebanyakan pertama adalah klaster industri. Memang waktu itu melonjaknya hampir sekitar 500 kasus dalam sehari. Lalu juga yang sedang naik ini adalah klaster rumah tangga," katanya.

Untuk menanggulanginya, pihaknya berkomitmen meningkatkan pengetesan Covid-19 yang kini sudah 585.598 pemeriksaan, terdiri atas rapid sebanyak 297.579 pengetesan dan swab test atau PCR sebanyak 288.019.

"Alhamdulillah target kita untuk 50.000 tes per minggu lalu sudah terlampaui, total yang kita periksa sebanyak 54.000 orang. Kita memang mengejar 105.000 pengetesan masif untuk dua minggu ini, ditambah untuk yang PCR portable," katanya. (Sam)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved