Video Viral

Kakek di Kuningan Ini Sebut Virus Corona Berasal dari Kelong Wewe, Klaim Obatnya Adalah Kedongdong

video tersebut pertama kali diupload di channel youtube pribadinya bernama Pak Ero lima bulan yang lalu.

Penulis: Ahmad Ripai | Editor: Machmud Mubarok
TribunCirebon.com/Ahmad Ripai
Ero Juhro (48) atau Abah Uwo ramai diperbincangkan di media sosial karena menyebut virus corona berasal dari Kelong Wewe. 

Laporan Kontributor Kuningan,Ahmad Ripai

TRIBUNCIREBON.COM, KUNINGAN - Video seorang kakek yang mengaku dapat membasmi virus korona ramai diperbincangkan di media sosial.

Video tersebut diunggah oleh akun instagram @artgram pada Jumat 14 Agustus 2020 kemarin. Kemudian, akun tersebut diketahui milik budayawan bernama Budi Dalton.

Dalam unggahannya terdapat enam slide video seorang kakek berbicara mengenai cara menyembuhkan seseorang yang terpapar korona hingga dari mana virus tersebut berasal.

"Korona itu awalnya karena codot (kelelawar) ditembak, ular dibunuh. Codot punya ratu namanya kelong wewe, kalau ular naga. Dia makhluk siluman dia sakti akhirnya nyemburin virus," ucap kakek dalam salah satu video itu.

PAN Minta Kasus Anak Amien Rais Tak Diperpanjang Lagi, Bawa Nama Novel Baswedan dan Uang Negara

Daftar Harga HP Samsung Terbaru Agustus 2020: Galaxy A01 Core, Galaxy M31 Hingga Galaxy S20 Ultra

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Cuaca Ekstrem Sabtu 15 Agustus 2020, Hujan Petir di Sejumlah Daerah

Kakek tersebut juga mengaku bisa membasmi virus korona menggunakan buah kedongdong.

"Caranya jangan dikupas lima biji ditumbuk sampai halus," ujarnya.

Kemudian kalau mau makannya harus baca dua kalimat syahadat. "Mau agama apapun harus baca dua kalimat syahadat," kata sang kakek.

Hasil penelusuran diketahui kakek tersebut memiliki nama lengkap Ero Juhro (48) atau lebih dikenal dengan Abah Uwo yang merupakan warga Desa Lengkong, Kecamatan Garawangi, Kabupaten Kuningan.

Menurutnya video tersebut pertama kali diupload di channel youtube pribadinya bernama Pak Ero lima bulan yang lalu.

"Iya benar di video itu saya sendiri yang bicara direkam oleh anak saya," ungkap Abah Uwo saat ditemui di rumahnya, Sabtu (15/8/2020).

Sekadar informasi, video Abah Uwo soal penanganan virus corona sejak hampir enam bulan terakhir jumlah pengunjungnya terus mengalami peningkatan.

Seperti di channel youtube pribadinya, yakni Ero Juhro alias Abah Uwo, ada sebanyak dua video yang memiliki jumlah pengunjung hingga 15 ribu kali ditonton. 

Kasus Hadi Pranoto

Sebelum Abah Uwo, ada pula orang yang mengklaim menemukan obat vaksin Covid-19. Dialah Hadi Pranoto.

Hadi Pranoto mengklaim temuan antibodi Covid-19 itu telah menyembuhkan banyak orang dari infeksi virus corona.

Ia menyebut sebagai seorang profesor, pakar mikrobiologi, sekaligus Kepala Tim Riset Formula Antibodi Covid-19. 

Baru-baru ini, Hadi diwawancara oleh musisi Erdian Aji Prihartanto atau Anji, yang diunggah dalam video Youtube pada 31 Juli 2020.

Dalam video tersebut, Hadi menyebutkan bahwa cairan antibodi Covid-19 yang ditemukannya bisa menyembuhkan ribuan pasien Covid-19.

Cairan antibodi Covid-19 tersebut diklaim telah didistribusikan di Pulau Jawa, Bali, dan Kalimantan.

 Daftar Harga HP Vivo Terbaru Agustus 2020: Vivo X50 Rp 6,9 Juta, Vivo Z1 Pro Rp 3,4 Juta

 ZODIAK Hari Ini, Senin 3 Agustus 2020: Gemini Dapat Kabar Mengejutkan, Capricorn Merasa Tak Dihargai

 Daftar Harga HP Vivo Terbaru Agustus 2020: Termasuk Spesifikasi Vivo X50 & X50 Pro yang Baru Dirilis

Hadi juga menyebutkan telah memberikan cairan antibodi Covid-19 tersebut kepada ribuan pasien di Wisma Atlet, dengan lama penyembuhan 2-3 hari.

Namun video itu menuai kontroversi.  YouTube menghapus video musisi Erdian Aji Prihartanto atau Anji yang mewawancarai Hadi Pranoto soal klaim temuan obat Covid-19.

Video berjudul "Bisa Kembali Normal? Obat Covid-19 Sudah Ditemukan!!." di akun dunia MANJI itu tidak lagi bisa diakses sejak Minggu (2/8/2020) malam.

"Video ini telah dihapus karena melanggar Pedoman Komunitas YouTube," tulis keterangan saat membuka link video tersebut.

Sejumlah tanggapan datang dari berbagai kalangan. Musisi yang juga dokter, Teuku Adifitrian atau Tompi mengatakan, Anji perlu mengecek latar belakang orang yang diwawancara terlebih dahulu.  Selain itu, sebuah temuan medis juga seharusnya dipresentasikan secara ilmiah.

"Lagi heboh banget ama berita @duniamanji wwcra profesor penemu obat covid , bukan GAK MUNGKIN loh, bs ajaa bener. Tp begini anji, sebuah penemuan apalagi medis ya... HARUS di presentasikan dengan tata cara ilmiah, supaya teruji terukur dan bs diulang," tulis Tompi melalui akun Twitter @dr_tompi.

Musisi Fiersa Besari juga mengomentari video tersebut melalui akun Twitter @FiersaBesari.

Fiersa mengunggah foto kolase bidik layar YouTube Anji saat wawancara Hadi Pranoto dan foto Hadi Pranoto dengan keterangan sebagai keluarga penyelenggara acara hajatan di Bogor.

Sutradara Joko Anwar juga mengomentari video tersebut. Joko Anwar menyindir pernyataan Hadi Pranoto yang menyebut perlu suhu panas di atas 350 derajat celcius untuk bisa membunuh Covid-19.

"Virus yang begitu kuat dosisnya. Terbunuh dengan sirkulasi udara. Negara agraris ada panas, hujan dan sebagainya. Please be responsible, people. Ini tentang nyawa banyak orang. Btw, baja meleleh di 1370 derajat Celcius," tulis Joko Anwar di Twitter.

Pembodohan

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan yang pernah menjadi Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto, angkat bicara soal klaim obat Covid-19 Hadi Pranoto tersebut.

Achmad Yurianto, yang biasa disapa Yuri, menganggap hal tersebut sebagai pembodohan.

"Tidak usah ngeyel, saya enggak akan menanggapi hal-hal tidak jelas seperti itu, ini sudah pembodohan namanya," kata Yuri, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (2/8/2020).

Menurut Yuri, klaim dalam video tersebut tidak pernah menjelaskan bagaimana obat herbal yang diklaim ampuh untuk Covid-19. Selain itu, kata Yuri, tidak pernah menyebutkan obat herbal itu dia cari dari mana.

"Apa dia pernah mengatakan herbalnya ada di mana? Kan enggak pernah. Coba cermati baik-baik videonya, apa dia ngomong nyarinya di mana herbalnya, kan enggak juga," ujar Yuri.

Tak hanya meragukan obat herbal tersebut, Yuri juga mempertanyakan sosok Hadi Pranoto. "Sekarang dia ada di mana dan profesor dari mana? Coba cari jurnalnya di Google, ada enggak nama dia," kata Yuri.

Yuri mengatakan, belum ada bukti ilmiah obat herbal yang bisa menyembuhkan Covid-19. Oleh karena itu, Yuri beranggapan bahwa klaim tersebut saat ini hanya menimbulkan keresahan di masyarakat. 

Ia juga menduga, klaim itu semata-mata hanya karena ingin meraih kepopuleran. "Buktinya ada enggak? Kan baru video yang viral itu saja kan? Ini namanya bikin masyarakat tambah panik namanya," ujar Yuri.

"Menurut saya, itu sengaja dinarasikan begitu biar populer," lanjut dia.

Oleh karena itu, Kemenkes tak akan menanggapi lebih jauh klaim tersebut.  "Kita capek kalau hanya mengurusi hal-hal tidak penting seperti ini," kata Yuri.

Tunjukkan bukti Yuri juga meminta Hadi Pranoto untuk datang kepada pemerintah jika memang benar-benar telah menemukan obat untuk Covid-19.

"Kalau memang dia menemukan, suruh datang ke pemerintah dan suruh menunjukkan buktinya," papar Yuri.

Saat ditanya mengenai imbauan untuk masyarakat, Yuri berpesan agar tidak terpengaruh atau terjerumus kepada hal-hal yang belum tentu kebenarannya.

Menurut Yuri, masyarakat kini sudah selektif dalam menerima informasi. "Masyarakat kan sudah pintar, masa bodoh banget sih masyarakat," kata dia.

Harus Teruji

Anggota Bidang Kesekretariatan, Protokoler, dan Public Relations Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Abdul Halik Malik meminta semua pihak menyampaikan informasi mengenai Covid-19 secara jelas sehingga tak menimbulkan kebingungan di masyarakat.

Hal ini disampaikan Halik menanggapi kontroversi klaim obat Covid-19 oleh Hadi Pranoto yang disampaikan melalui video yang ditayangkan kanal Youtube milik musisi Anji.

Dalam video itu, Hadi tak hanya mengklaim sudah menemukan obat virus corona jenis baru, tetapi juga menyampaikan sejumlah informasi yang dinilai bisa salah dipahami.

Misalnya, Hadi mengungkapkan bahwa dokter hanya membutuhkan waktu selama 2-3 hari untuk menyembuhkan pasien Covid-19, vaksin Covid-19 hanya akan semakin merusak organ, masker tidak dapat mencegah transmisi Covid-19, dan beberapa informasi lainnya yang menjadi perbincangan publik.

Mengenai klaim obat Covid-19, Halik mengatakan, sebaiknya tidak menyampaikannya ke publik sebelum benar-benar teruji dan terbukti.

"Sebaiknya tidak memberikan informasi dan harapan yang berlebihan sebelum itu teruji atau terbukti," ujar Halik saat dihubungi Kompas.com, Minggu (2/8/2020).

Menurut Halik, jika yang bersangkutan memang mempunyai temuan baru, sebaiknya didaftarkan. Demikian pula jika ada hasil penelitian terkait obat Covid-19 yang diklaimnya, seharusnya dipublikasikan.

"Berikan kesempatan kepada otoritas yang berwenang dan pihak-pihak yang kompeten untuk ikut menyampaikannya ke publik, masyarakat sudah dibanjiri oleh berbagai misinformasi," ujar Halik.

"Mari tetap bijak dalam berbagi informasi, beri kabar yang baik dan benar," lanjut dia. 

Mengenai pernyataan Hadi lainnya yang menyebutkan bahwa pasien Covid-19 bisa disembuhkan dalam waktu 2-3 hari, Halik mengatakan, kasus Covid-19 baik yang membutuhkan perawatan maupun tanpa gejala tetap harus isolasi selama 10-14 hari sebelum dinyatakan sembuh.

"Standar penanganan kasus Covid-19 saat ini mengacu pada pedoman yang dbuat oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementerian Kesehatan," ujar Halik.

Ia juga meluruskan pernyataan yang menyebut bahwa vaksin bisa merusak organ tubuh. Halik mengatakan, vaksinasi adalah metode yang sudah terbukti efektif dalam membentuk kekebalan terhadap sebuah penyakit.

Kekebalan alamiah bisa terbentuk jika sudah terjangkit penyakit, tetapi bisa juga dibentuk dengan bantuan vaksin.

"Vaksin Covid-19 diyakini bisa menjadi solusi untuk membentuk kekebalan terhadap penyakit ini dan mempercepat terbentuknya herd immunity di masyarakat," ujar Halik.

Sebelumnya diberitakan, pernyataan-pernyataan yang disampaikan Hadi, terutama soal klaim obat Covid-19, menimbulkan kontroversi.

Pemerintah, melalui Satgas Covid-19, mengatakan, ada prosedur yang harus dilalui untuk mengklaim produk herbal berupa jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.

"Silakan cek produk yang diklaim oleh Hadi Pranoto apakah sudah terdaftar di BPOM atau Kementerian Kesehatan," kata Juru Bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (2/8/2020).

Jika ramuan herbal tersebut masih dalam tahap penelitian dan belum ada bukti ilmiah tentang keamanan dan efektivitasnya, Wiku mengatakan, tidak boleh dikonsumsi oleh masyarakat.

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved