video
VIDEO - Pengusaha Keripik Pisang Kuningan Rugi Besar Saat Masa Pandemi Covid-19
Padahal untuk setiap harinya, kata Ibad, sebelum pandemi Covid-19 terjadi, keuntungan cukup banyak.
Penulis: Ahmad Ripai | Editor: Machmud Mubarok
Kontributor Tribuncirebon.com/Ahmad Ripai
Rumah produksi Kripik pisang di Desa Sukadana Kecamatan Ciawigebang, Kuningan
Laporan Kontributor Kuningan, Ahmad Ripai
TRIBUNCIREBON.COM,KUNINGAN – Nur Ibad (43) Warga Blok Manis Desa Sukadana, Kecamatan Ciawigebang Kabupaten Kuningan, kini sukses sebagai pengusaha keripik pisang di tanah kelahirannya.
Pengusaha kripik pisang yang akrab disapa Mang Ibad, saat ditemui disela aktivitasnya menerangkan, menjalani usaha hingga memiliki karyawan cukup banyak, saat ini masuk usia prokdusi ke-6 tahun jalan.
“Ini mulanya sekedar iseng bikin cemilan keripik pisang,” kata Ibad, Jum’at (12/6/2020).
Sebab, kata Ibad, sebelum menjalani sebagai pengusaha keripik pisang saat ini, dirinya bekerja sebagai kuli bangunan.
“Dulu saya sebagai kuli bangunan,” katanya.
Seiring berjalan waktu dan mulai dari iseng membuat keripik pisang, kata Ibad menjelaskan, sewaktu itu membuat keripik pisang dengan kemasan mungil yang dititipkan ke tiap warung sekitar tetangga rumah.
“Waktu pertama saya coba bikin keripik dengan kemasan kecil dan masih ingat, harga jualnya pun gopean (Rp 500),” katanya.
Saat menjalani penitipan keripik pisang disetiap warung tetangga, kata Ibad, lambat laun mengalami peningkatan penjualan yang cukup cepat dan memuaskan.
“Sehingga dari sana, jumlah produksi keripik pisang mengalami peningatan, untuk mengikuti pasar,” katanya.
Harga Jual Keripik Pisang
Mengenai harga jual dalam bentuk kemasan yang tersedia itu seberat 2 Kg.
“Nah, untuk harga per kilonya itu sebesar Rp 30 ribu untuk konsumen langsung yang datang dan Rp 28 ribu untuk sales atau untuk dijual kembali,” katanya.
Patokan harga itu dihitung dari tingkat pembuatan saat melakukan produksi keripik pisang.
“Juga dihitung dari modal yang dikeluarkan. Adapun perbedaan harga untuk sales, karena terjadi kerjasama dan kita lakukan sepert ini, untuk berbagi keuntungan,” ungkapnya.

Untuk pemasaran, kata dia, keripik pisang olahan warga Desa Sukadana ini, bukan hanya di pasarkan di wilayah Kuningan saja.
“Pemasaran ada juga di wilayah Cirebon dan daerah lainnya,” ujarnya.
Bahan Baku Keripik Pisang
Sebagai bahan baku dalam pembuatan keripik pisang, kata dia, kebetulan pisang yang digunakannya yakni pisang nangka.
“Waktu belum besar seperti ini, pisang nangka di dapat dari tetangga desa sekitar,” katanya.
Tidak cukup mengandalkan pasokan pisang nangka dari tetangga desa sekitar.
“Kami terus mencari informasi, untuk pembelian pisang dengan jumlah banyak. Nah, kesempatan itu muncul karena jumlah produksi yang sebelumnya kerjasama dengan para sales yang datang kerumah,” katanya.
Tak lama kemudian, kata Ibad, dalam pemenuhan kebutuhan pisang nangka dengan jumlah besar.
• BREAKING NEWS: Pasien Positif Covid-19 di Kabupaten Cirebon Bertambah Dua Orang, Total Ada 8 Orang
“Saya membeli pisang nangka ini langsung dari Daerah Banjar – Ciamis. Karena, pasokan pisang nangka dari daerah Kuningan sendiri jarang terbagi dengan jumlah banyak,” kata Ibad.
Dalam pembelian harga pisang sebagai bahan pembuatan keripik pisang, Ibad membeli dengan harga per kilonya itu Rp 4-5 ribu.
“Harga beli tergantung pasokan pisang banyak dan tidaknya. Namun untuk saat ini, jumlah pisang nangka untuk bahan baku sebagai makanan olahan sangat banyak,” katanya.
Proses Pembuatan Keripik Pisang Masih Tradisonal
Menyinggung soal produksi keripik pisang, lanjut Ibad menjelaskan, semua aktivitas dalam produksi dilakukan secara manual.
“Semua belum pakai mesin, coba saja lihat. Mulai dari mengupas pisang, merendam untuk dikasih bumbu, lanjut mengiris hingga menggoreng itu dilakukan secara manual,” ujarnya.
Dalam menjaga kualitas dan memiliki cita rasa tinggi, kata Ibad, keripik pisang hasil olahan atau industri rumah ini.

“Sering menjadi peserta festival kuliner atau makanan. Ya setiap kegitan apapun tingkat pemerintahan, keripik pisang saya selalu menjadi pajangan di stand,” ujarnya.
Terlebih dalam proses pembuatan, dimulai memberikan bumbu dapur dan hingga masuk wajan penggorengan.
“Ini alami tanpa menggunakan tenaga mesin. Ya akibat belum ada bantuan saja,” kata Ibad lagi.
Di masa Pandemi Covid-19 Hingga Menghadapi AKB (Adaptasi Kebiasaa Baru)
Semasa masa pandemi Covid-19 seperti saat ini, kata dia, tentu membuat pegalaman buruk dalam pengembangan usaha keripik pisang.
“Sebab dalam waktu kemarin, atau selama sebulanan itu berhenti total dan tidak produksi sama sekali,” ujarnya.
Alasan itu akibat berkurangnya pasar dan keterhambatan sirkulasi ekonomi yang terjadi di semua aspek kehidupan.
• VIDEO - Pabrik Roti di Desa Megucilik Cirebon Ludes Dilalap Si Jago Merah Diduga Karena Korsleting
“Bulan kemarin libur, karena susah pemasaran. Hitungan rugi jelas sangat terasa oleh kami,” katanya.
Kerugian tampak dari jumlah produksi hingga menghadapi adaptasi kebiasaan baru atau dikenal dengan New Normal.
“Jumlah produksi paling 20 persen dan kerugian sisanya atau 80 persenan,” ujarnya.
Padahal untuk setiap harinya, kata Ibad, sebelum pandemi Covid-19 terjadi, keuntungan cukup banyak.
“Cukup menjanjikan untuk usaha dalam meraup keuntungan,” katanya.
Hal itu muncul dari total yang dikalkulasikan berapa banyak jumlah ketersedian keripik pisang untuk para konsumen.
“Dulu sebelum musim corona, untuk keuntungan sehari bisa masuk untung Rp 1 jutaan dari sebanyak 50 kg saat produksi pembuatan keripik pisang,” katanya.
Ibad berharap dalam usahanya bisa kembali normal, seperti sebelum terjadi masa pandemi Covid-19.
“Kemudian juga, sebagai harapan bisa mendapat perhatian dalam penambahan modal untuk meningatkan jumlah produksi usahanya,” katanya. (*)