TEGA, Tak Bisa Kerjakan Soal Matematika, Siswa Kelas 4 Telinganya Dihekter Gurunya
Seorang guru menusuk telinga seorang murid menggunakan hekter karena tidak menyelesaikan tugas matematika yang dia berikan.
Akun tersebut menyertakan caption pada postingannya.
"Stop kekerasan di lingkungan pendidikan
Tidak adakah cara yg lbh bijak bu guru???
Senakal dan sebandel apapun anak didik kita??!
Itu kepala bukan batok kelapa
Ibu punya kaki itu untuk berjaln bukan untuk menendang kepala.
Lokasi SMPN1 PEKALONGAN , Lampung Timur.
Kejadian kamis siang 26 september 2019.
Mohon ditindak lanjut instansi dan dinas terkait apapun alsnnya tdk dibenarkan kekerasan berada di lingkup sekolahan." Tulis akun gosip itu.
Unggahan tersebut langsung ramai dikomentari warganet.
"Kalo sperti ini dilaporkan saja, tp klo djewer, dcubit, atau dcukur rambutnya itu masih wajar, malah dlu dlempar pnghapus kayu, dsabet penggaris besar 100cm krn mmng anaknya nakal dan ga bisa dbilangin, udh gtu kita pulang diem2 aja, klo ngadu malah tambah dimarahin, mereka bilangnya malu2in ibu/ayah aja." Komen akun @pipitmaliqi.
"Orang tuanya blm tentu begitukan anaknya .. guru seenaknya tendang2 kepala anak orang .. sinii anak ibu gantian ditendang kepalanya mauuu ?? Sebandel bandelnya anak orang ya jangan kayak gitu .. guru itu di gugu lan di tiruu .. segera deh di tindak lanjuti dan segera di keluarkan saja .. gak ada atitude baik dalam mengajar," tambah akun @chikanugroho88.
• Guru Silat Tega Setubuhi Paksa Siswi di Kamar Kos Hingga Empat Kali, Modus Iming-imingi Hal Ini
• VIRAL Kekerasan di Sekolah Kembali Terjadi, Guru Menyabet dan Tendang Kepala Siswanya
• VIRAL Guru Diam di Gerbang Sekolah Bawa Handuk & Ember, Razia Siswi yang Dandan Dihapus Pakai Handuk
Sekali lagi, kekerasan bukanlah jalan keluar dalam menyelesaikan masalah.
Ada baiknya apapun permasalahannya sebaiknya dibicarakan secara baik-baik dan dengan kepala dingin.
Jika masalah tak kunjung menemukan jalan keluar, sebaiknya undang pihak-pihak terkait untuk menengahi, agar tak terjadi kekerasan dan tak menimbulkan trauma mendalam bagi mental si anak. (*)