Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto
TRIBUNCIREBON.COM, CIREBON- Target ambisius Presiden Prabowo Subianto untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen dinilai tak realistis dan sudah dimentahkan oleh menterinya sendiri, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Kritik tajam datang dari Heru Subagia, eks relawan Ganjar Pranowo di Cirebon yang kini aktif sebagai pengamat politik dan ekonomi.
Ia menyebut, target ekonomi 8 persen sebagai mimpi kosong yang sulit tercapai dalam waktu dekat.
“Dari awal saya termasuk penentang garis keras target pertumbuhan 8 persen yang dipatok oleh Presiden terpilih."
Baca juga: Bomber Maut Alef Firmino Asal Brasil dan Jurgen Locadia dari Belanda Makin Dekat ke Persebaya
"Publik bahkan menghujat saya karena kritik ini dianggap hina dan tidak memberikan kesempatan bagi Prabowo untuk tumbuh,” ujar Heru saat diwawancarai Tribun, Rabu (2/7/2025).
Menurut Heru, banyak pihak menuduh kritiknya bersumber dari kekecewaan atas kekalahan Ganjar di Pilpres 2024.
Namun ia menegaskan, pendapatnya murni berdasarkan analisis ekonomi dan bukan karena dendam politik.
“Sungguh miris tuduhan itu. Padahal keyakinan Prabowo merealisasikan pertumbuhan ekonomi 8 persen itu kian binal dan bernafsu."
Baca juga: Ternyata Ini Motif Pria Asal Kuningan yang Nekat Bikin Laporan Palsu Jadi Korban Begal
"Tapi kenyataannya, baru tiga bulan menjabat, pertumbuhan itu sudah dikoreksi,” ucapnya.
Heru menyinggung pernyataan Sri Mulyani yang memotong proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 menjadi 4,7 hingga 5 persen, menyusul revisi dari lembaga internasional seperti Bank Dunia dan IMF.
“Ini bukan lagi omon-omon. Bank Dunia dan IMF pun sudah memangkas proyeksi ekonomi Indonesia."
"Jadi, mimpi 8 persen itu bukan hanya tidak realistis, tapi sudah tergulung oleh data dan kenyataan,” jelas dia.
Baca juga: POTRET Kapolres Indramayu Sambut Hangat Kedatangan Polisi Cilik Dermayu Usai Tampil di Monas
Ia mengutip pernyataan Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, di mana disebutkan bahwa untuk mencapai pertumbuhan 5,9 persen saja, Indonesia butuh investasi baru minimal Rp 7.500 triliun pada tahun 2026.
“Pertumbuhan ekonomi tinggi tidak mungkin tercapai tanpa pertumbuhan investasi yang signifikan."