"Yang terjadi di lapangan, seperti enggak ada upaya itu, minta surat izin, memaksa untuk membatalkan karena itu wilayah publik misalnya, itu enggak ada sama sekali.
Seperti enggak ada upaya membatasi, yang ada sebatas melokalisir, tapi itupun mengambil ruang-ruang publik. Seharusnya yang dilakukan itu, lakukan upaya persuasif, datangi Habib Rizieq, kan enggak ada. Ketika mereka do something, efek do somethingnya itu yang enggak ada," ucap dia.
Dengan kondisi itu, wajar masyarakat jadi bertanya pada aparat keamanan.
Aksi dukungan pada Nikita Mirzani di Bundaran Hotel Indonesia dibubarkan, sedangkan kerumunan massa terkait Habib Rizieq dibiarkan.
"Jadi publik bertanya, ini polisi kok jadi kaya takut sama Habib Rizieq Shihab, enggak boleh itu. Harus ada langkah-langkah, kalaupun langkah itu tidak berhasil, karena kurang personil misalnya, dianggap tidak mampu. Ini terkesan enggak ada sama sekali.
Negara kelihatan enggak bertaring, orang kan jadi marah. Harusnya aparat keamanan ke depan menghadapi situasi seperti ini, siapapun dia, kalau jadi (berkerumun), lo gw ambil (tangkap). Kalau enggak tegas repot," ucap dia.
Seperti diketahui, dua jenderal di Polri, menjabat kapolda dicopot Kapolri.
Baca juga: Kapolda Jawa Barat dan Metro Jaya Jadi Korban Habib Rizieq Shihab, Dicopot Kapolri dari Jabatannya
Baca juga: Mantan Kapolda Jabar Agung Budi Maryoto Masuk Daftar Calon Pengganti Kapolri Jenderal Pol Idham Azis
Pencopotan itu diduga terkait kasus kerumunan massa di Megamendung dan Petamburan.
Kapolda Jabar Irjen Rudy Sufahriady saat ditemui pada Sabtu (14/11/2020) di Jatinangor mengatakan, kegiatan di Megamendung berlangsung dengan aman.
Namun, dia mengakui banyak pelanggaran protokol kesehatan dilakukan oleh massa.