Kisah Inspirasi Memet dan Nenih
Ini Rahasia Sukses Dagang ala Pemilik Toserba UD Putra TS yang Omsetnya Puluhan Miliar
Untuk Anak Muda, Ini Rahasia Dagang yang Tak Banyak Orang Mau Jalani dari Pemilik Toko UD yang Omsetnya Puluhan Miliar
Penulis: Adhim Mugni Mubaroq | Editor: Dwi Yansetyo Nugroho
Laporan Kontributor Adim Mubaroq
TRIBUNCIREBON.COM, MAJALENGKA - Bagi sebagian orang, bisnis mungkin soal keberuntungan, modal besar, atau koneksi elite. Tapi bagi pasangan suami-istri Memet Tasmat dan Neni Herlina, bisnis adalah soal konsistensi, kejujuran, dan kerja keras yang tak kenal waktu. Tak ada yang instan. Tak ada yang tiba-tiba viral.
Yang ada adalah dagangan sendirian berjalan kaki menyusuri desa/kelurahan di Majalengka. Lalu dagang di Pasar Lawas Majalengka, pindah punya lapak di Pasar Cigasong, kemudian membuat toko permanen di depan Pasar Cigasong, ada ujian dan membuat Toserba UD Putra TS, yang berlokasi di Jalan Raya Desa Baribis, Kecamatan Cigasong, Kabupaten Majalengka.
Perjalanan mereka dimulai bukan dari ruko besar atau swalayan megah, tapi dari peluh dan debu jalanan. Mereka bawa keliling dengan mobil L300 tua, dari pasar ke pasar, dari desa ke kota.
Baca juga: Kisah Inspirasi Memet dan Nenih, Lulusan SMA Kini Punya Toserba Terbesar di Majalengka
Dengan pakaian anak dan pakaian dalam yang dijual keliling dari Talaga dan Cikijing di Kabupaten Majalengka, hingga menembus pasar-pasar di Ciamis, Tasikmalaya, bahkan hingga kota Tasik, Memet dan Neni menjajakan barang dagangan mereka dengan sistem “beli putus—boleh tukar.”
Yang unik, barang yang tidak laku bisa ditukar atau dikembalikan. Bahkan, kalau ukuran pakaian tidak sesuai, pembeli bisa menukar dengan ukuran yang pas. Jika diganti dengan barang yang harganya lebih murah, kelebihan uang akan dikembalikan tanpa basa-basi.
“Kami pagi sampai malam berjualan, sampai ganti baju makan dalam mobil, kadang istirahat di Masjid. Lalu jualan di lapak pasar Cigasong. Kami sampai saat ini menerapkan prinsip, istiqoamh dan jujur,” ujar Neni, saat berbincang dengan Tribun, Minggu (25/5/2025).
Sikap ini jarang ditemui di toko-toko lain. Namun bagi pasangan ini, pelayanan bukan sekadar transaksi, melainkan membangun kepercayaan. Dan itulah yang membawa mereka naik kelas: dari pedagang keliling menjadi pemilik swalayan dan travel umrah.
Dalam wawancara panjang dengan kami, sang istri membagikan prinsip yang mereka pegang teguh: fokus, ulet, jujur dan konsisten /istiqomah dalam berjualan).
“Kalau jualan tuh harus fokus. Jangan sengah-sengah. Kami konsisten jualan, meski awal-awal tahun merintis tidak ada untung,” katanya sambil tersenyum mengenang masa awal jualan di pasar Tegal Gubug.
Pada tahun-tahun awal, bahkan tak ada satu pun pelanggan tetap. Tapi lapaknya tetap buka tiap Jumat dan Sabtu. Hujan atau panas, dagangan tetap digelar.
“Pembeli itu datang karena percaya, dan percaya datang dari konsistensi,” katanya.
Menurutnya, usaha itu tidak ada yang instan, setelah lebih dari 20 tahun kemudian, usaha mereka berkembang menjadi ritel pakaian, toko grosir, punya cabang, jualan via online hingga biro perjalanan umrah dan haji.
Modal Tak Selalu Uang, Tapi Harus Punya Nyali
Banyak orang menyerah karena merasa tidak punya modal. Tapi menurut Memet dan Neni, modal bisa dicari. Awal mula merintis jualan, modal Memet hanya Rp. 1,5 juta dari orang tua. Dan berkembang berkat dukungan istri dan sang mertua.
Kejujuran yang Mengundang Berkah dan Repeat Order
Kejujuran menjadi fondasi utama usaha mereka. Bila ada kancing copot, mereka akan jujur memberitahu. Bila harga turun setelah pembeli membayar, uang kelebihan akan dikembalikan.
"Dagang itu kita juga cari berkah. Orang beli lagi karena percaya. Itu datang dari kejujuran,” ucap Neni.
Ia mengingatkan generasi muda agar tidak mudah menyerah setelah usaha baru berjalan sebulan.
“Kalau sepi langsung males, itu bukan pengusaha, itu cuma nyoba-nyoba. Orang sekarang cuma lihat hasil, padahal prosesnya gelap, panjang, dan kadang pahit," ucapnya.
Kini Jadi Toserba Sukses dengan Omzet Puluhan Miliar
Usaha mereka kini menjelma menjadi Toserba UD Putra TS di Majalengka. Omzetnya kini menyentuh angka puluhan bahkan ratusan miliar rupiah. Tak hanya satu, mereka kini memiliki cabang usaha di Tegal Gubug, Kabupaten Cirebon, serta **mengelola biro travel haji dan umrah kelas menengah yang dipercaya banyak warga.
Namun, prinsip dagangnya tak berubah: tetap melayani dengan jujur, tetap boleh tukar barang meski sudah dibeli, dan tetap mengembalikan kelebihan uang bila ada selisih harga.
"Kami tidak ada mentor bisnis, kami belajar dari pembeli. Kebutuhan pembeli, kebutuhan masyarakat, kami berusaha untuk memenuhinya," kata Memet.
Baca juga: Kisah Inspirasi Memet dan Nenih, Lulusan SMA Kini Punya Toserba Terbesar di Majalengka
Tips untuk Generasi Muda: Mau Dagang? Ini Pesan Memet dan Neni
1. Mulai dari yang kecil, tapi konsisten. Jangan gengsi jadi pedagang keliling.
2. Fokus satu bidang dulu, jangan lompat-lompat.
3. kerja keras, saling mendukung.
4. Berani jujur, meski rugi sedikit.
5. Layanan after-sales yang tulus bikin pelanggan balik lagi.
6. Istiqomah jadwal buka usaha, meski hari itu dagangan tak laku.
7. Belajar dari siapa pun, kapan pun. Coba pemuhim keinginan pembeli.
8. Anggap usaha sebagai ladang ibadah dan amal.
9. Ibadah. (Salat, sedekah, ngaji, berdzikir hingga berbakti pada orang tua).
Baca juga: Kisah Inspirasi Memet dan Nenih, Lulusan SMA Kini Punya Toserba Terbesar di Majalengka
Kini, swalayan mereka menjadi tempat favorit warga sekitar. Pembeli bukan hanya datang untuk belanja, tapi juga untuk merasa nyaman—karena tahu, di toko milik Memet dan Neni, kejujuran adalah pelayanan utama, bisa ditukar dan mengutamakan keingin pembeli. Dan semuanya berawal dari satu hal: tidak gengsi, tidak menyerah, dan tidak bohong.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.