Khutbah Idulfitri

Teks Naskah Khutbah Idulfitri 2025, Sederhana Tapi Sangat Bermakna

Berikut naskah teks khutbah Idulfitri yang bisa Anda bawakan di tahun ini.

Editor: taufik ismail
Tribuncirebon.com/Handhika Rahman
Pelaksanaan salat Idul Fitri di Alun-alun Puspawangi Indramayu, Rabu (10/4/2024). 

Dalam konteks ini, ibadah puasa merupakan sarana yang diberikan oleh Allah agar manusia mampu mempertahankan kefitrahannya itu. Ibadah puasa mengajarkan kepada kita agar menghilangkan atau meminimalisasi nafsu-nafsu kemanusiaan dan meneladani sifat-sifat ketuhanan.

Ibadah puasa pun mengisyaratkan agar manusia senantiasa agar dapat melakukan yang terbaik, ikhlas, jujur dan nilai-nilai kebaikan lainnya. Jika manusia mampu melakukan pesan-pesan moral ibadah puasa itu dalam kehidupannya, maka layaklah ia berada dalam kefitrahannya dan mendapatkan predikat muttaqin. Mudah-mudahan, kita semua yang hadir di tempat ini termasuk di dalamnya, amin.

Jamaah Salat Idul Fitri Rahimakumullah

اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ!

Memahami fitrah manusia sejatinya juga menyadari akan hakikat dirinya. Allah SWT telah memberi kepercayaan kepada manusia untuk memegang tugas kehambaan dan tugas kekhalifahan. Sebagai hamba, manusia diciptakan dengan tujuan untuk beribadah kepada Allah. Hal ini dinyatakan dalam firman-Nya:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَ اْلإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ

Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS al-Dzariyat [51]: 56)

Fungsi kehambaan (abid) relasinya adalah dirinya secara personal kepada Tuhannya. Manusia merupakan makhluk yang diciptakan oleh Tuhan (khaliq) sehingga berkewajiban untuk berterima kasiih kepada-Nya. Ia harus patuh, tunduk, tanpa reserve terhadap apapun yang diperintahkan oleh Tuhan. Siapa yang melanggar akan ketentuan itu dinyatakan sebagai orang yang mengingkari akan hakikat dirinya, yang dalam bahasa keagamaan disebut kufr.

Dalam QS. al-Dzariyat [51]: 56 di atas secara tegas dikatakan bahwa manusia merupakan yang diciptakan (makhluq) sedangkan Tuhan sebagai yang menciptakan (khaliq). Keterciptaan manusia ini membuat keharusan bagi manusia untuk beribadah, menyerahkan diri secara total kepada Tuhan.

Penyerahan diri kepada Tuhan ini dalam banyak hal tidak mengedepankan validitas secara rasional. Oleh karena itu, jika dinyatakan dalam bentuk garis maka fungsi kehambaan ini dapat digambarkan dengan garis vertikal, di mana posisi Tuhan berada di atas sedangkan manusia berada di bawah.

Patut digarisbawahi bahwa bentuk-bentuk kehambaan ini memiliki muatan dan fungsi-fungsi sosial yang perlu diimplementasikan secara sosial. Sebab, yang membutuhkan penyembahan manusia bukanlah Tuhan, tetapi manusia itu sendiri. Tuhan bukanlah Dzat yang memiliki kebutuhan, oleh karenanya Dia tidak bersifat kurang (naqish). Akan tetapi, justeru manusialah yang membutuhkan akan makna sosial dari bentuk-bentuk kehambaan ini. Oleh karena itu, orang yang berhasil dalam beribadah adalah orang yang mampu memanivestasikan muatan dari praktek ibadah itu dalam ranah sosial.

Jamaah Salat Idul Fitri Rahimakumullah

Sebagai khalifah, manusia adalah makhluk yang diberi kepercayaan oleh Allah Swt. untuk memakmurkan bumi dan alam semesta ini. Relasinya adalah manusia dengan sesama manusia dan dengan alam. Firman Allah menyatakan:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً

Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." (QS al-Baqarah [2]: 30)

Halaman
1234
Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved