Survei SSGI 2024, Prevalensi Stunting di Kabupaten Majalengka Menurun 6,46 Persen

Prevalensi stunting di Kabupaten Majalengka berdasarkan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI) 2024 menurun 6,46 persen

Tribuncirebon.com/Ahmad Imam Baehaqi
Penjabat Bupati Majalengka, Dedi Supandi 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Ahmad Imam Baehaqi


TRIBUNCIREBON.COM, MAJALENGKA - Prevalensi stunting di Kabupaten Majalengka berdasarkan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI) 2024 menurun 6,46 persen.


Penjabat Bupati Majalengka, Dedi Supandi, mengatakan, berdasarkan SSGI itu prevalensi stunting yang pada 2023 mencapai 24 persen pada 2024 menurun menjadi 17,54 persen.


Menurut dia, penurunan prevalensi stunting berdasarkan SSGI yang dilaksanakan pada akhir 2024 itu menandakan keberhasilan upaya Pemkab Majalengka menekan kasus stunting.

Baca juga: Pj Bupati Cirebon Soroti Kemiskinan hingga Penanganan Stunting: Masih Ada yang Perlu Ditingkatkan


"Dari hasil riskesdas (riset kesehatan dasar) SSGI prevalensi stunting di Majalengka pada 2024 menurun menjadi 17,46 persen," kata Dedi Supandi saat ditemui di Pendopo Bupati Majalengka, Jalan KH Abdul Halim, Kecamatan/Kabupaten Majalengka, Rabu (15/1/2025).


Ia mengatakan, SSGI 2024 dilaksanakan di 78 desa dan kelurahan se-Kabupaten Majalengka, dan dari 707 balita yang diukur sebanyak 124 balita dinyatakan stunting.


Pihaknya mengakui, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI belum mengumumkan secara resmi hasil SSGI 2024 di Kabupaten Majalengka.


Namun, berdasarkan data awal yang diterimanya terdapat penurunan prevalensi stunting di Kabupaten Majalengka dibanding tahun sebelumnya.


Stunting sendiri merupakan kondisi ketika tinggi badan anak lebih rendah dari rata-rata untuk usianya, dan disebabkan kekurangan nutrisi yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama.

Baca juga: Halaman Belakang Kantor Kecamatan Lohbener Disulap Jadi Kadang Ayam, Telurnya Untuk Anak Stunting


"Pemkab Majalengka telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi stunting dari mulai pendampingan intensif kepada ibu hamil dan anak hingga berusia dua tahun, dan mengedukasi remaja dan calon pengantin," ujar Dedi Supandi.


Selain itu, upaya lainnya ialah memberikan makanan tambahan dan vitamin, memetakan kasus, mengintervensi remaja yang anemia, dan memastikan ibu hamil diperiksa minimal enam kali selama kehamilan.


"Kami juga selalu menekankan puskesmas untuk mengedukasi masyarakat agar bayi yang baru lahir diberikan ASI eksklusif selama enam bulan," kata Dedi Supandi.

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved