Dukung Pertumbuhan Ekonomi dan Pengurangan Emisi Karbon Dengan Konversi Motor Listrik

Bengkel konversi motor termasuk industri di bidang otomotif yang potensial mendatangkan keuntungan besar sekaligus mendukung pengurangan emisi karbon

Tribuncirebon.com/Mutiara Suci Erlanti
Tampilan motor konversi listrik milik Hardy Motor. Hardy Motor merupakan bengkel konversi yang mengubah motor BBM menjadi energi listrik dengan menggunakan tenaga baterai. 

Jika persyaratan lokal purchase maupun TKDN terpenuhi, maka industri KBM bisa mendapatkan insentif, baik fiskal maupun nonfiskal.

“Kita sudah menyaksikan ada banyak produk-produk lokal yang sebenarnya sudah diproduksi di Indonesia. Walaupun komponennya masih ada yang dari luar, tapi komponen lokalnya sudah cukup tinggi. Bahkan, ada beberapa yang sudah mendekati 40 persen. Oleh karena itu, Kemenperin terus mendorong supaya pabrikan-pabrikan ini memperbesar komponen lokalnya,” jelas Faisol.

Selain itu, untuk menarik investasi dan mempercepat pembentukan ekosistem kendaraan listrik, pemerintah Indonesia juga melakukan perubahan target nilai TKDN dari sebelumnya minimum 40 persen sampai tahun 2023, menjadi minimum 40 persen sampai tahun 2026, minimum 60 persen hingga tahun 2029, dan minimum 80 persen pada tahun 2030 dan seterusnya.

Faisol menjelaskan, perubahan itu bakal mewujudkan harapan dalam memajukan industri otomotif dalam negeri yang berpengaruh besar terhadap perekonomian nasional.

“Kita ingin semua produsen otomotif itu bisa membuat pabrik di Indonesia, karena punya dampak sosial dan ekonomi yang tinggi termasuk penyerapan lapangan pekerjaan,” ungkapnya.

Faisol menegaskan, jika pabrik-pabrik otomotif besar di Indonesia yang di dalamnya memiliki rantai pasok yang didukung oleh industri kecil dan menengah tak dilindungi, maka akan mengakibatkan persoalan industrial yang cukup panjang. 

Hal itu disebabkan banyaknya tenaga kerja yang terlibat serta industri yang juga panjang.

Selaras dengan hal itu, Ketua Satgas Transisi Energi Nasional, Rachmat Kaimuddin menyampaikan sejumlah negara tetangga telah menyiapkan peralihan menuju Electric Vehicle (EV), salah satunya Thailand.

Sehingga, potensi pasar otomotif dikuasai oleh kendaraan listrik bukan hal yang mustahil. 

“Jadi, mungkin satu statistik yang saya selalu bawa adalah puncak penjualan kendaraan konvensional itu di tahun 2017. Dari tahun 2017 sampai hari ini, penjualan kendaraan konvensional di dunia itu sudah turun. Artinya, langkah transisi itu pasti harus kita tempuh,” jelas Rachmat Kaimuddin.

Jika dilihat dari pasar otomotif Electric Vehicle saat ini, Rachmat mengungkapkan, merek-merek Electric Vehicle yang masuk ke Indonesia menyuguhkan berbagai produk-produk berkualitas tinggi. 

Terlepas dari itu, Rachmat Kaimuddin menekankan bahwa tugas pemerintah Indonesia khususnya Kemenperin ialah untuk menjaga dan memastikan agar masyarakat yang ingin membeli kendaraan listrik mendapatkan produk yang baik.

“Jadi jangan sampai nanti barang yang kurang baik yang masuk ke customer kita,” ungkapnya. (Tribuncirebon.com/Mutiara Suci Erlanti)

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved