Piagam Penghargaan MURI Tari Topeng Terbanyak di Indramayu Tuai Pro Kontra, Begini Kata Akademisi
Piagam penghargaan MURI atas pemecahan rekor pagelaran tari topeng kelana terbanyak dalam rangka Hari Jadi ke-495 Indramayu menuai pro kontra.
Penulis: Handhika Rahman | Editor: dedy herdiana
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - Piagam penghargaan MURI (Museum Rekor Dunia Indonesia) atas pemecahan rekor pagelaran tari topeng kelana terbanyak dalam rangka Hari Jadi ke-495 Indramayu menuai pro kontra.
Sebagian masyarakat merasa kecewa. Mereka menyayangkan penulisan nama pada piagam tersebut dianugerahkan kepada Bupati Indramayu Nina Agustina.
Baca juga: Mengenal Filosofi dan Makna Mendalam Tari Topeng Indramayu, Ternyata Ini Arti Topengnya Warna Merah
Tidak sedikit dari netizen yang mengungkapkan rasa kecewa mereka di media sosial.
Pro kontra piagam penghargaan ini pun turut ditanggapi oleh kalangan akademisi di Kabupaten Indramayu.
Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan Polindra, Emin Haris mengatakan, dibalik pro kontra itu, penghargaan tersebut patut diapresiasi bersama karena sebagai upaya melestarikan budaya.
Hanya saja, penulisan penganugerahan atas nama Bupati Indramayu Nina Agustina kemungkinan menjadi pemicu polemik itu terjadi di tengah masyarakat.
"Karena sebagian masyarakat juga ikut mendukung, mereka berkontribusi bersama (memecahkan rekor), kalau namanya justru menjadi personality Bupati mungkin ini menjadi kontroversi," ujar dia kepada Tribuncirebon.com, Senin (17/10/2022).

Emin Haris menyampaikan, penganugerahan atas nama Bupati Indramayu Nina Agustina sebenarnya sah-sah saja.
Namun, alangkah lebih baiknya penganugerahan itu dituliskan dengan diberikan kepada Pemerintah Kabupaten Indramayu atau Kabupaten Indramayu.
Sehingga, masyarakat yang ikut berkontribusi juga bisa merasakan memiliki penghargaan MURI yang berhasil dipecahkan secara bersama-sama.
"Secara umum sah sah saja. Tapi secara moral ya ada yang merasa terciderai karena masyarakat juga sama-sama ikut antusias," ujar dia.
Terlebih kata Emin Haris, pemecahan rekor MURI tersebut atas dasar inisiatif masyarakat yang ingin ikut berkontribusi. Mereka menggunakan biaya pribadi untuk membeli atau menyewa perlengkapan tari topeng.
Termasuk transport untuk datang ke lokasi yang juga ditanggung pribadi.
Ia juga menyarankan, jika memungkinkan piagam penghargaan tersebut direvisi sehingga tidak menimbulkan polemik.