Keraton di Cirebon
Mengungkap Makna Tawurji bagian dari Tradisi Rebo Wekasan yang Digelar di Keraton Kanoman Cirebon,
Dalam gelaran tradisi Tawurji yang merupakan salah satu rangkaian dari acara utama disebut tradisi Rebo Wekasan, ternyata memiliki makna tersendiri
Terutama musibah pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh negeri di berbagai belahan dunia.
Arimbi mengkui, tahun ini tradisi tawurji digelar secara terbatas untuk mencegah penyebaran Covid-19.
"Kali ini, tradisi rebo wekasan termasuk tawurji dan ngapem hanya diikuti kalangan famili dan abdi dalem keraton," ujar Ratu Raja Arimbi Nurtina.

Padahal, biasanya tradisi tersebut didatangi ratusan warga yang ingin berebut uang koin yang ditebar saat tawurji.
Selain itu, keluarga dan abdi dalem Keraton Kanoman yang mengikuti tradisi tersebut diharuskan mengenakan masker dan menjaga jarak.
Namun, Arimbi memastikan kekhusyukan dan esensi tradisi Rebo Wekasan tidak berkurang sama sekali meski digelar terbatas.
Baca juga: Menyingkap Sejarah Goa Sunyaragi Tempat Bermain Putra-putri Keraton Cirebon, Ada Sederet Hal Mistis
Ia menyampaikan, tradisi tawurji bermula dari upaya perlindungan murid-murid Syekh Lemah Abang yang dianggap sesat disertai nasib mereka yang terlunta-lunta.
Sunan Gunung Jati pun memutuskan untuk melindungi mereka dan memberikan uang koin sebagai bekal untuk bertahan hidup.
Peristiwa itu terjadi tepat pada hari rabu terakhir bulan Safar dan bertepatan dengan tradisiĀ Ngapem di Bangsal Paseban Keraton Kanoman Cirebon.
Karenanya, kini tradisi rebo wekasan di Keraton Kanoman diisi dengan ngapem dan tawurji sebagai bentuk sedekah agar terhindar dari segala marabahaya.
"Kegiatannya jiga diisi memanjatkan doa bersama ke hadirat Allah SWT dan tawasul para wali serta leluhur raja-raja Keraton Kanoman terdahulu," kata Ratu Raja Arimbi Nurtina. (Tribuncirebon.com/Ahmad Imam Baehaqi)