Keraton di Cirebon
KISAH Sunan Gunung Jati Taklukkan Naga Raksasa yang Berubah Manjadi Pusaka Sakti Mandraguna
Salah satu kisah kesaktian atau karomah yang dimiliki Sunan Gunung Jati adalah mampu menaklukkan ular naga raksasa.
Pada saat salat Idul Fitri dilaksanakan, Sunan Gunung Jati membawa keris itu dalam pinggangnya.
Keris itu kemudian dinamai oleh Sunan Gunung Jati dengan nama Keris Sang Hyang Naga karena keris tersebut mulanya berwujud seekor naga besar.
Konon kemudian, keris Sang Hyang Naga dijadikan sebagai pusaka pribadi oleh Sunan Gunung Jati.
Pusaka sakti mandraguna
Keris ini dalam catatan yang lain disebutkan sangat bertuah, bahkan keris inilah yang nantinya digunakan oleh Sunan Kudus untuk mengeksekusi mati Syekh Siti Jenar.
Diceritakan pula pada pupuh LVI.13 - LVIII.06, Naskah Mertasinga, bahwa suatu hari Sunang Gunung Jati pergi bertafakur sambil membawa keris Sang Hyang Naga ke Gunung Jati.
Selain itu, Sunan Gunung Jati juga sempat menulis surat di Gunung Jati dengan menggunakan daun sebagai kertasnya, surat itu ditujukan kepada anaknya di Banten yang isinya meminta Sunan Sebakingkin, agar menyuruh cucunya yang bernama Kapil (nama panggilan untuk Maulana Muhammad) untuk pergi menunaikan ibadah haji, sebab dialah yang kelak akan menjadi raja.
Baca juga: Keunikan Keraton Kanoman: Mulai Sejarah hingga Ragam Bangunan yang Ada di Dalamnya
Surat itu dibawa terbang oleh keris Sang Hyang Naga menuju Banten. Keris itu terbang dengan cepat, cahayanya terang bagaikan andaru (bintang jatuh) di tengah malam.
Sesampainya di Banten keris itu turun di istana Banten. Semua yang ada di Dalem Puri terkejut melihatnya, mereka mengira bahwa ada bintang jatuh.
Keris tersebut jatuh di hadapan Pangeran Sebakingkin. Dengan penuh ketakjuban Sunan Banten melihat keris yang jatuh di hadapannya itu, dia mengetahui bahwa itu adalah Keris Sang Hyang Naga milik ayahandanya. Segera surat itu dibacanya, yang isinya minta agar cucunya disuruh naik haji.
Dikabarkan, saat itu juga Sunan Banten langsung membalas surat tersebut dan menyatakan akan melaksanakan perintah Sunan Gunung Jati. Surat balasan itu juga kembali dibawa terbang oleh keris Sang Hyang Naga.
Baca juga: Menyingkap Kondisi Naskah Kuno di Keraton Cirebon, Butuh Perhatian Serius
Setelah mendapat surat balasan dari anaknya, singkat cerita, Sunan Gunung Jati yang masih berada di Gunung Jati dan sudah berusia 120 tahun, dikabarkan meninggal dunia.
Sunan Kalijaga segera memberitahukan berita duka cita itu kepada seluruh sanak keluarga. Tak lama, para santri dan para sanak saudara semua menangis dengan sedihnya, mereka bingung ketika mengetahui bahwa jenazah Sinuhun telah tiada. Dikabarkan, jenazah Sunan Gunung Jati dibawa para malaikat ke langit.
Ketika Sunan Kalijaga, Syekh Datuk Khofi, dan Pangeran Machdum tiba di Gunung Jati, mereka hanya melihat wangkingan (ikat pinggang) dan jubah Sunan Gunung Jati saja.
Lalu, Sunan Kalijaga segera menyingsingkan lengan bajunya untuk menggali liang lahat. Kepada Syekh Datuk Khofi dan Pangeran Machdum, Sunan Kalijaga berkata, "Biarlah kalian jangan ikut-ikut, biar aku sendiri saja yang menguburkan pakaian itu".