Kuliner Majalengka
Menilik Brem, Makanan Tradisional Khas Majalengka, Disebut Sulit Temukan Penerus untuk Membuatnya
Di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat ada jajanan tradisional yang sempat begitu terkenal yakni brem.
Penulis: Eki Yulianto | Editor: Mutiara Suci Erlanti
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto
TRIBUNCIREBON.COM, MAJALENGKA- Di tengah banyaknya jajanan modern saat ini, makanan tradisional kini sulit ditemukan.
Di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat ada jajanan tradisional yang sempat begitu terkenal yakni brem.
Brem merupakan jenis kuliner jajanan jaman 'Baheula' di kota angin.
Kuliner brem ini masih bisa ditemukan di Blok Rajakepok, Desa Bantrangsana, Kecamatan Panyingkiran.
Baca juga: Belum Afdol Wisata ke Cirebon kalau Belum Mencicipi Kuliner Khas Nasi Jamblang, Ini Rekomendasinya
Kuliner yang memiliki rasa manis serta sedikit asam ini masih tetap eksis dan lumayan diminati meski ditengah gempuran kuliner jaman kekinian.
Di desa tersebut ada dua warga yang saat ini masih bertahan memproduksi brem.
Emak Darti dan Pak Dede adalah dua warga yang masih tekun membuat kuliner khas daerah Madiun itu.
"Ya Alhamdulillah masih produksi, meski gak sebanyak dulu. Di sini cuma dua, saya sama Pak Dede yang masih produksi brem ini," ujar Darti (68) kepada media, Sabtu (20/8/2022).

Darti mengaku, usaha brem ini telah berjalan secara turun-temurun.
Akan tetapi, di generasinya saat ini ia mengaku masih belum mengetahui nasib brem Bantrangsana selanjutnya.
Baca juga: Mencicipi Cobek Iga Bakar Ala Rumah Makan Saung Iga Majalengka, Penyajian dan Rasanya Khas
Mengingat penerusnya hampir tidak ada.
"Usaha jajanan ini sudah dijalani sekitar tahun 70-an. Usaha ini turun-temurun. Saya sih berharap ada penerusnya. Tapi itu kan kembali pada anak-cucu. Kalau harapan mah ada penerusnya lagi," ucapnya.
Kendati demikian, Emak Darti rata-rata dalam sehari biasa memproduksi brem sekitar 10 kilogram.
Hanya saja produksi dengan jumlah tersebut, ia buat jika memasuki musim kemarau.
Namun saat musim hujan, produksinya tidak terlalu banyak.
"Musim hujan kayak gini mah paling 5-8 kilogram sehari. Soalnya susah proses pengeringan bahan bremnya. Kalau bahan cuma ketan sama ragi. Nah sekarang kemarau sehari bisa 10 kilogram," jelas dia.
Brem yang merupakan fermentasi ketan ini, disebut Emak Darti, bahwa brem buatnya ini bisa berkhasiat untuk obat jerawat dan ibu hamil.
Adapun harga per satuan brem ini ia bandrol Rp 250.
"Ini suka ada yang mengunakan buat obat jerawat juga, bahkan buat yang ngidam juga ada. Kalau dijual mah biasanya Rp 25 ribu itu dapat 100 biji brem," katanya.
Sementara, Brem Bantrangsana ini berbeda dari brem-brem yang biasa ditemukan. Biasanya brem berbentuk segi panjang atau kotak.
Brem Bantrangsana ini bentuknya bulat dan berbentuk pipih.
"Cuma dua jenis yang bulat itu dari airnya (fermentasi ketan). Kalau yang satunya itu dari ampas ketannya," ujar Darti.