Kisah Abang Pengkian di Tugu 0 Km Indramayu, Puluhan Tahun Setia Tunggu Majikan yang Sewa Jasanya
Kebanyakan masyarakat di Indramayu mengenal para buruh serabutan itu dengan sebutan Abang Pengkian. Keberadaan Abang Pengkian ini pun sudah lama ada
Penulis: Handhika Rahman | Editor: dedy herdiana
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - Ito (50) adalah salah satu dari puluhan buruh serabutan yang biasa mangkal di tugu 0 kilometer Indramayu di Jalan Letnan Jenderal S Parman Indramayu.
Kebanyakan masyarakat di Indramayu mengenal para buruh serabutan itu dengan sebutan Abang Pengkian. Keberadaan Abang Pengkian ini pun sudah lama ada, sejak puluhan tahun lalu.
Ciri khas sepeda ontel dan perkakas pekerjaan kasar seperti pengki, pacul, arit, golok dan lain sebagainya menjadi ciri khas Ito bersama puluhan Abang Pengkian yang biasa mangkal di sana.
Baca juga: KISAH Suami Berbulan-bulan Rawat Istri yang Sakit di Majalengka, Kerap Menyuapi hingga Memandikan
Mereka biasa manggal dari pukul 07.00 WIB sampai dengan siang hari setiap harinya untuk menunggu majikan yang mau menyewa jasa mereka.
Semua pekerjaan dilakoni Ito dan teman-temannya dengan senang hati, mulai dari mengarit, mengangkut pasir, dan pekerjaan kasar lainnya, apapun mereka lakukan demi mendapat upah untuk dibawa pulang ke rumah.
"Tapi hari ini belum dapat sama sekali," ujar Ito kepada Tribuncirebon.com, Selasa (19/7/2022).
Pada siang ini, ada tiga Abang Pengkian yang terlihat manggkal di Tugu 0 Kilometer, baik Ito, Didi (55), maupun Awarid (60), ketiganya belum mendapat orderan sama sekali.
Meski demikian, diakui Ito, hal tersebut bukan masalah besar. Lanjut dia, yang terpenting adalah usaha dahulu dan tidak hanya diam bermalas-malasan.
"Bisa pulang dengan selamat itu juga rezeki, disyukuri saja karena tidak ada kerjaan lain," ujar dia.
Ito sendiri menggeluti pekerjaan sebagai Abang Pengkian terhitung sudah lebih 25 tahun lamanya atau sejak usianya masih muda.
Ia mengikuti jejak ayahnya yang dahulu juga merupakan Abang Pengkian di Tugu 0 Kilometer.
Baca juga: Kisah Dani, Pemuda Desa Belawa Cirebon, Bisa Terbitkan 5 Buku di Masa Pandemi Covid-19
Disampaikan Ito, selama menjalani profesi tersebut, hasil yang didapat tidak menentu, tergantung kesepakatan harga yang disepakati dengan penyewa jasa.
Berapa pun hasil yang diterima, kata dia harus disyukuri.
Tidak jarang pula, Ito dan teman-temannya mengaku tidak mendapat orderan pekerjaan sama sekali walau sudah menunggu seharian.
