Rusia Serang Ukraina
Ukraina harus Penuhi 4 Syarat Ini Jika Ingin Rusia Hentikan Serangannya, Mutlak Tak Gabung NATO
Juru Bicara Kremlin Rusia, Dmitry Peskov membeberkan empat hal krusial yang menjadi tuntutan Rusia terhadap Ukraina untuk bisa dipenuhi.
Rusia telah lama menuntut agar Ukraina setuju untuk mengesampingkan bergabung dengan North Atlantic Treaty Organisation (NATO).
Rusia menyatakan syarat Ukraina tak boleh gabung NATO adalah mutlak.
Hal tersebut lantaran, Rusia khawatir Ukraina bisa dijadikan pangkalan NATO dan negara itu memiliki dukungan militer besar untuk merebut Semenanjung Krimea.
Baca juga: Rusia Tetapkan Sejumlah Negara yang Dianggap Tak Bersahabat, Berikut Daftarnya
Mengakui Krimea Sebagai Wilayah Rusia
Selanjutnya, mengakui Semenanjung Krimea sebagai wilayah Rusia.
"Kami juga telah berbicara tentang bagaimana mereka harus mengakui bahwa Krimea adalah wilayah Rusia dan bahwa mereka perlu mengakui bahwa Donetsk dan Lugansk adalah negara merdeka. Dan hanya itu. Itu akan berhenti sebentar lagi." kata Peskov.
Dikutip Sputniknews Krimea memisahkan diri dari Ukraina dan bergabung kembali dengan Rusia pada Maret 2014 setelah kudeta Maidan di Kiev.
Krimea telah menjadi bagian dari Ukraina sejak 1954.
Pemimpin Uni Soviet saat itu, Nikita Khrushchev memberi wilayah ini pada Ukrania yang kemudian menjadi bagian dari Uni Soviet hingga negara ini bubar pada 1991.
Sejak saat itu, Krimea menjadi wilayah semiotonom dari negara Ukraina yang memiliki ikatan politik kuat dengan Ukraina, namun memiliki ikatan budaya yang kuat dengan Rusia.
Krimea memiliki badan legislatif sendiri, Dewan Tertinggi Krimea beranggotan 100 wakil rakyat dan kekuasaan eksekutif dipegang Dewan Menteri yang dipimpin seorang ketua yang berkuasa atas persetujuan Presiden Ukraina.
Baca juga: NATO Ungkap Alasan Tak Ikut Campur Soal Invasi Rusia ke Ukraina: Takut Terjadi Perang Penuh di Eropa
Mengakui Republik Separatis Donetsk dan Lugansk sebagai negara merdeka
Rusia mengakui dua negara baru itu dengan nama Republik Rakyat Donestk (DPR) dan Republik Rakyat Luhansk (LPR).
Kedua wilayah itu sebenarnya telah memisahkan diri dari Ukraina sejak 2014 atau setelah kudeta terhadap pemimpin Ukraina pro-Rusia yang terpilih secara demokratis.
Sejak itu, lebih dari 14.000 orang tewas dalam pertempuran antara tentara Ukraina dan separatis pro-Moskow di sana.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/cirebon/foto/bank/originals/anggota-layanan-ukraina-terlihat-di-lokasi-pertempuran.jpg)