Korban Lingkaran Setan Perpeloncoan Pramuka SMAN 1 Ciamis Berjumlah 18 Siswa, Ini Kata Polda Jabar
Sebelumnya, sejumlah siswa kelas X SMAN 1 Ciamis mengalami luka memar diduga akibat dipelonco saat kegiatan pramuka.
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nazmi Abdurahman.
TRIBUNCIREBON.COM, BANDUNG - Korban luka akibat insiden Lingkaran Setan saat kegiatan Pramuka di SMAN 1 Ciamis, diketahui berjumlah 18 orang.
Hal itu diungkapkan Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol Ibrahim Tompo, saat dihubungi, Jumat (14/1/2022).
"Akibatnya ada 18 orang junior tersebut menderita luka luka lebam," ujar Ibrahim Tompo.
Saat ini, kata dia, Polres Ciamis masih melakukan penyelidikan, dengan memanggil saksi-saksi termasuk penyelenggara kegiatan tersebut.

"Langkah yang dilakukan, ada upaya pemeriksaan awal, visum dan memeriksa saksi juga koordinasi dengan kepala cabang dinas pendidikan," katanya.
Menurut Tompo, saat ini baru ada tiga terlapor yang dipanggil untuk menjalani pemeriksaan awal.
"Kami masih menunggu hasil visum sebelum naik jadi penyidikan, sekarang masih penyelidikan," ucapnya.
Sebelumnya, sejumlah siswa kelas X SMAN 1 Ciamis mengalami luka memar diduga akibat dipelonco saat kegiatan pramuka.
Orang tua korban yang tak terima, kemudian melaporkan peristiwa tersebut kepada polisi.
Baca juga: Atalia Kamil Buka Suara Soal Kasus Lingkaran Setan dalam Kegiatan Pramuka di SMAN 1 Ciamis
Istri Ridwan Kamil Angkat Bicara
Selaku Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Barat Atalia Praratya Ridwan Kamil buka suara soal kasus pemukulan anggota Pramuka di Ciamis.
Atalia Praratya mengatakan peristiwa pemukulan anggota pramuka di Gugus Depan Pangkalan/Basis SMAN 1 Ciamis bukanlah kegiatan resmi Pramuka.
"Kegiatan Lingkaran Setan bukanlah kegiatan resmi Pramuka. Kegiatan ini murni diinisiasi senior/alumni yang dilakukan tanpa izin sekolah/gugus depan dan tidak dihadiri oleh pembina dan pelatih," katanya melalui akun instagramnya, Kamis (13/1).
Dihubunhi sebelumnya, Atalia menjelaskan mengenai Lingkaran Setan berdasarkan informasi yang diterimanya. Kejadian ini dialami para anggota Pramuka secara bersamaan.
"Sebetulnya ini kejadiannya bareng, jadi ini saling pukul. Kalau info yang saya dapat memang pemukulannya itu kayak melingkar, kemudian akhirnya senior turun tangan ikutan. Tapi detailnya belum bisa disampaikan seperti apa," katanya.

Ia mengatakan atas nama pimpinan Kwarda Pramuka Jabar memohon maaf kepada semua pihak atas kejadian tersebut dan bersama-sama akan memastikan kejadian seperti itu tidak terulang kembali.
Adapun beberapa arahan yang perlu dilakukan adalah moratorium atau penghentian sementara kegiatan pramuka yang ada di gudep SMAN 1 Ciamis. Ia pun meminta usut tuntas kasus ini.
"Menginstruksikan agar semua pihak melakukan pembenahan dan konsolidasi, memperbaiki stuktur dan pola pembinaan yang akan berdampak pada pemutusan mata rantai kejadian serupa di seluruh jenjang organisasi Pramuka," tuturnya.
Kegiatan pramuka, katanya, harus selalu dibimbing oleh Pembina atau Pembantu Pembina dan bukan dipercayakan kepada senior ataupun alumni.
Baca juga: Pembangunan Jembatan Gantung Pramuka di Cirebon Pecahkan Dua Rekor Muri Sekaligus
Ia pun menyatakan mendorong jomitmen bersama seluruh stakeholder, termasuk kegiatan kesiswaan lain, untuk sekolah ramah anak.
Sebelumnya, Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Barat Atalia Praratya Ridwan Kamil memberikan arahan untuk memberlakukan moratorium kegiatan Pramuka di SMAN 1 Ciamis.
Pemberhentian sementara kegiatan kepramukaan ini dilakukan sehubungan dengan terjadinya pemukulan kepada sejumlah anggota Pramuka yang menodai kegiatan kepramukaan SMAN 1 Ciamis.
"Arahan dari saya adalah melakukan moratorium atau memberhentikan sementara kegiatan pramuka yang ada di Gugus Depan SMAN 1 Ciamis," kata Atalia saat dihubungi, Rabu (12/1).
Ia pun menginstruksikan kepada semua Pramuka di Jabar untuk melakukan pembenahan dan konsolidasi demi memperbaiki struktur dan tata tertib masing-masing.
"Agar nanti berdampak pada pemutusan mata rantai hal-hal yang berkaitan dengan hal seperti ini. Salah satunya adalah tidak melibatkan alumni untuk kegiatan kepramukaan, tetapi melibatkan pelatih dan pembina," katanya.
Ia menyatakan sangat penting untuk memperbaiki pola pembinaan Pramuka di Jabar. Selanjutnya ia memberikan arahan agar SMAN 1 Ciamis memberikan komitmen penuh untuk sekolah ramah anak.
"Jadi artinya bahwa kegiatan-kegiatan ini bisa saja terjadi tidak hanya di kegiatan kepramukaan, karena organisasi kesiswaan banyak sekali. Dari mulai PMR, Paskibra, Pecinta Alam, dan sebagainya," tuturnya.
Baca juga: Mamay Kaget Anaknya Pulang Dengan Muka Bonyok, Alami Kekerasan di Kegiatan Latihan Pasukan Tongkat
Ia mengatakan sekolah harus melakukan perlindungan secara utuh melalui komitmen sekolah ramah anak. Hal ini dilakukan dalam berbagai jenjang dan bidang organisasi.
Ia mengatakan Kwarda Jabar tengah fokus untuk langsung membantu korban dari peristiwa ini.
Pihaknya pun fokus pada pembenahan karena khawatirnya kegiatan tidak saja terjadi di SMAN 1 Ciamis, namun bisa juga terjadi di sekolah-sekolah lain.
Ia mengatakan telah menghubungi langsung orang tua korban dan orang tua korban sangat mengerti mengenai kegiatan tersebut. Awalnya, ia berpikir orang tua korban akan sangat marah dengan hal yang menimpa anaknya.
"Beliau memahami. Saya pikir tadinya pasti marah, tapi ibunya tidak. Beliau berterima kasih banyak dapat perhatian dari semuanya, dari mulai ada Ketua PKK Kabupaten Ciamis, Ketua DPRD Ciamis, semua turun tangan khususnya untuk pengobatan dan lain-lain," katanya.
Berdasarkan informasi yang didapatnya, kejadian ini menodai Latihan Pasukan Tongkat (Paskat) Ambalan Ciungwanara SMAN 1 Ciamis.
Pada 6 Januari 2022, katanya, Ambalan Ciungwanara SMAN 1 Ciamis melaksanaakan kegiatan penerimaan anggota. Kegiatan tersebut mendapat izin dari pihak sekolah. Bahkan kegiatan dihadiri pembina pramuka dan diikuti 70 anggota pramuka.
Kemudian pada 8 Januari, dari 70 anggota pramuka, sebanyak 18 sampai 21 orang di antaranya masuk Pasukan Tongkat.
Mereka inilah yang mendapat pemantapan dari seniornya. Namun kegiatan ini tidak mendapat izin dari pihak sekolah.
"Kegiatan ini tidak dihadiri pembina pramukanya. Kegiatan ini dilakukan untuk siswa Kelas XI. Nah ada indikasi di kegiatan ini ada kegiatan untuk melakukan aksi saling tampar yang kemungkinan ada suruhan dari seniornya," katanya.
Baca juga: Guru Perempuan Jadi Tersangka Kasus Susur Sungai yang Menewaskan 11 Siswa MTs Harapan Baru Ciamis
Salah satu dari mereka yang mendapat tamparan ini mengalami luka cukup berat di pipi, gusi, rahang, dan bahu. Ia bahkan mengalami demam.
Atalia pun menyatakan sangat prihatin dengan kejadian seperti ini yang entah masih saja terjadi. Ia mengatakan kegiatan berdampak ini adalah kegiatan di luar kegiatan resmi kepramukaan.