Tradisi Rebo Wekasan di Utara Majalengka Masih Terjaga, Lakukan Salat Tolak Bala dan Bikin Kue Apem
Tradisi turun temurun dilakukan warga Kabupaten Majalengka Utara saat memasuki hari Rabu terakhir di Bulan Safar.
Penulis: Eki Yulianto | Editor: dedy herdiana
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto
TRIBUNCIREBON.COM, MAJALENGKA - Tradisi turun temurun dilakukan warga Kabupaten Majalengka Utara saat memasuki hari Rabu terakhir di Bulan Safar.
Hari Rabu terakhir di Bulan Safar dikenal dengan sebutan Rebo Wekasan.
Bisanya mereka melakukan salat tolak bala dan membuat makanan khsusus yang yang dikaitkan dengan makna Rebo Wekasan.
Seperti yang dilakukan oleh warga Desa Bantarwaru, Kecamatan Ligung dan Desa Putridalem, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka, Rabu (6/10/2021).
Baca juga: Niat Shalat Sunah Rebo Wekasan, Dilengkapi Doa-doa Tolak Bala Beserta Terjemahannya
Mereka memiliki tradisi yang sudah turun temurun setiap kali Rebo Wekasan tiba.
Adapun tradisi yang mereka lakukan adalah melaksanakan aalat tolak bala dan membuat kue apem.

Tradisi Rebo Wekasan di Desa Bantarwaru, Kecamatan Ligung dan Desa Putridalem, Kecamatan Jatitujuh itu sampai saat ini masih terjaga.
Di dua desa itu, sejumlah warga tampak menyempatkan waktu untuk melaksanakan salat tolak bala berjamaah di Musala.
Sebelum salat tolak bala dimulai, sejumlah kaum muslimin terlihat melantunkan salawat bersama-bersama di musala.
Baca juga: Rabu Wekasan 6 Oktober 2021 Disebut Bakal Turun Banyak Bencana, Ini Tata Cara Sholat Tolak Bala
Di Desa Bantarwaru, Salat Tolak Bala mulai dilakukan sekitar pukul 08.00 WIB.
"Kalau dulu waktu di Pesantren, biasanya salatnya teh sore hari. Kalau di sini mah, sudah turun temurun dilaksanakannya pagi," kata imam Salat Tolak Bala di Musala Darussalam, Blok Minggu, Desa Bantarwaru Abdurahman kepada media, Rabu (6/10/2021).
"Setelah salat, kami wirid dan doa bersama. Bacaannya ya seperti yang diajarkan dari orang tua," lanjut dia.
Hal serupa dilakukan sejumlah warga di Desa Putridalem.
Bahkan, selain salat, di desa ini ada budaya dalam bidang 'kuliner,' yakni membuat kue apem.