Lempar Batu dan Dobrak Pintu Pascapelantikan Perangkat Kasepuhan Versi Raharjo, TNI-Polri Berjaga
Aparat TNI-Polri yang berjaga di dalam area Keraton Kasepuhan berupaya melerai dan membubarkan dua kelompok ini.
Penulis: Ahmad Imam Baehaqi | Editor: Machmud Mubarok
Kegiatan tersebut juga digelar secara terbatas dan hanya dihadiri keluarga Rahardjo yang merupakan cucu Sultan Sepuh XI, Tadjoel Arifin Djamaluddin Aluda Mohammad Samsudin Radjaningrat.
Jumenengan itu pun dipimpin Dewan Kelungguhan, Raden Udin Kaenudin. Bahkan, diikuti juga sejumlah tokoh ulama dan lainnya.
Raharjo Djali menyampaikan, jumenengan telah direncanakan lama namun baru digelar karena kebijakan PPKM yang diberlakukan di Kota Cirebon.
Baca juga: Keraton Kasepuhan Disegel, PRA Luqman Zulkaedin Disebut Tak Pantas Sebagai Sultan Sepuh XV
Baca juga: Pangeran Kuda Putih Tak Peduli Siapa yang Bertahta di Keraton Cirebon: Hanya Ingin Luruskan Sejarah
Karenanya, pihaknya pun sangat membatasi undangan yang hadir dalam tradisi penobatan sultan tersebut.
"Kami memutuskan prosesi ini hanya dihadiri keluarga, dan tetap memerhatikan prokes secara ketat," kata Raharjo Djali saat konferensi pers di Umah Kulon kompleks Keraton Kasepuhan, Kamis (19/8/2021).
Ia mengatakan, setelah prosesi jumenengan keluarga besar Keraton Kasepuhan memberinya gelar Sultan Aloeda II.
Pihaknya juga bersyukur pelaksanaan jumenengan tersebut berjalan lancar tanpa adanya hambatan apapun.
Selain itu, Raharjo menegaskan tradisi itu tidak diselenggarakan secara mendadak, karena disiapkan matang dari jauh-jauh hari.
"Kami juga menyampaikan permohonan maaf karena tidak mengundang banyak pihak dalam jumenengan kemarin," ujar Raharjo Djali.
Keluarga besar Kesultanan Cirebon secara tegas tidak mengakui Luqman Zulkaedin maupun Raharjo Djali sebagai Sultan Keraton Kasepuhan.
Perwakilan keluarga besar Kasultanan Cirebon, Elang Tommy Iplaludin Dendabrata, mengakui penolakan itu bergulir sejak rencana Luqman dinobatkan sebagai Sultan Sepuh XV pada Agustus 2020.
Namun, menurut dia, belum selesainya permasalahan itu muncul sosok Raharjo Djali yang menggelar jumenengan dan memproklamirkan diri sebagai Sultan Keraton Kasepuhan belum lama ini.
"Kami tegas menolak mereka berdua sebagai Sultan Keraton Kasepuhan," ujar Elang Tommy Iplaludin Dendabrata saat ditemui di Keraton Kanoman, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Senin (23/8/2021).
Baca juga: Kisruh Keraton Kasepuhan Cirebon, Pengelola Taman Air Goa Sunyaragi Minta Pemerintah Turun Tangan

Ia mengatakan, sejak setahun lalu keluarga besar Kesultanan Cirebon tidak mengakui jumenengan Luqman yang kini bergelar Sultan Sepuh XV.
Belum selesai penolakan itu karena Luqman hingga kini masih bertakhta, muncul Raharjo yang menggelar jumenengan di Umah Kulon kompleks Keraton Kasepuhan Cirebon pada Rabu (18/8/2021) malam.