Pohon Durian Perwira di Majalengka Ini Ditaksir Berumur 2,5 Abad, Terus Berbuah Sampai Kini

Saking besarnya pohon Durian Perwira diklaim sudah berusia 250 tahun atau 2,5 abad lebih.

Penulis: Eki Yulianto | Editor: Machmud Mubarok
Istimewa
Pohon Durian jenis Sinapeul yang usianya sudah ratusan tahun ada di Blok Sinapeul, Desa Ujungberung, Kecamatan Sindangwangi, Kabupaten Majalengka. 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto

TRIBUNCIREBON.COM, MAJALENGKA - Sebuah pohon durian jenis perwira yang usianya sudah berabad-abad ada di Kabupaten Majalengka.

Ya, lokasinya ada di Blok Sinapeul, Desa Ujungberung, Kecamatan Sindangwangi, Kabupaten Majalengka.

Di lokasi tersebut terdapat pohon yang usianya ditaksir mencapai 2,5 abad.

Blok Sinapeul sendiri dikenal dengan sentral buah durian lokal.

Di sana hampir setiap warga memiliki pohon durian di masing-masing lahan.

Baca juga: Masuk Kategori Rawan Bencana, TB Hasanudin Sumbang Senjata Penanggulangan Bencana di Majalengka

Baca juga: Seorang Ibu Muda dan Bayi 6 Bulan Terpaksa Mendekam di Rutan Gara-gara Unggahan di Media Sosial

Baca juga: Baru Dilantik Jadi Bupati Indramuyu, Nina Agustina Hadapi Banjir di Rumahnya, Tanggul Sungai Jebol

Pohon yang dinamai Durian Perwira tersebut memiliki ukuran batang yang sangat besar dan tinggi.

Pohon Durian Perwira itu tampak sangat berbeda dari pohon durian lain di Blok Sinapeul.

Pohon Durian Perwira sendiri tumbuh tepat di pekarangan rumah seorang warga bernama Titin Susilawati (49). 

Titin dan suaminya Heri Saptanto (53) yang juga merupakan petani sekaligus pedagang durian mengaku pohon tersebut sudah ada sejak zaman kolonial Belanda.

Ditemui Sabtu (27/2/2021) di rumahnya, Titin mengaku pohon Durian Perwira saat ini menjadi induk dari pohon-pohon durian di Desa Ujungberung.

"Ini pohon induk, jadi durian di desa ini mayoritas induknya ya ini, pohon Durian Perwira," ujar Titin.

Saking besarnya pohon Durian Perwira diklaim sudah berusia 250 tahun atau 2,5 abad lebih.

Namun Titin tidak mengetahui persis berapa usia pohon durian tersebut.

"Usianya kalau pastinya saya tidak tahu karena udah ada dari dulu sejak kakek nenek saya juga sudah ada. Kira-kira ya usianya 250 tahun mah ada pohon Durian Perwira ini," ucapnya.

Bahkan kata Titin, pohon Durian Perwira sudah mendapat sertifikasi dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

Sertifikasi itu sudah diberikan sejak tahun 1992 lalu.

Sayangnya saat ini, papan sertifikasi yang tadinya terpampang di pohon tersebut sudah hilang entah kemana.

Titin juga menjelaskan nama Durian Perwira merupakan pemberian dari seorang pelanggan durian yang seringkali berkunjung ke rumahnya.

Pelanggan itu menurutnya merupakan seorang perwira TNI saat itu bernama Kuntara.

"Yang menamakan Durian Perwira itu jenderal TNI dulu tahun 90-an namanya Pak Kuntara," jelas dia.

Meski sudah berusia 2,5 abad lebih pohon Durian Perwira hingga saat ini masih terus berbuah.

Bahkan buah durian dari pohon perwira itu menjadi primadona bagi para pecinta buah bernama ilmiah Durio itu.

"Sampai sekarang masih berbuah, kemarin bulan Desember panennya. Sekali berbuah lumayan banyak sih, tapi saya lupa berapa sekali panen buahnya, tidak tentu," imbuhnya.

Desa Ujungberung memang dikenal sebagai sentralnya durian lokal di Kabupaten Majalengka.

Di desa ini durian yang terkenal bernama Durian Sinapeul.

Nama itu tidak lepas dari asal muasal durian tumbuh yakni di Blok Sinapeul. 

Produksi Menurun

Tahun ini tampaknya bukan merupakan tahun yang baik bagi petani durian di Kabupaten Majalengka.

Pasalnya, cuaca buruk yang terjadi pada awal tahun 2021 ini membuat sebagian besar petani durian mengalami kerugian.

Salah satu petani asal Desa Sindangwangi/Kecamatan Sindangwangi, Kabupaten Majalengka, Uto Kusyadi (61) mengaku, hasil panen tahun ini tidak banyak dari pada tahun sebelumnya.

Penyebabnya adalah curah hujan yang ekstrem di bulan Januari-Februari menjadi alasannya.

"Biasanya satu kebun itu setiap musim durian bisa sampai menghasilkan 500 buah. Tapi tahun ini hanya 200-300 buah atau turun 40 persen," ujar Uto saat sedang menjajakan duriannya di Desa Sindangwangi, Sabtu (27/2/2021).

Baca juga: Ratusan Bhabinkamtibmas Polresta Cirebon Dilatih Jadi Pelacak Kontak Erat Pasien Covid-19

Baca juga: Baru Dilantik Jadi Bupati Indramuyu, Nina Agustina Hadapi Banjir di Rumahnya, Tanggul Sungai Jebol

Baca juga: Karyawati Bank Lapor ke Polisi, Ngaku Dihamili Pengusaha Sukses: Baru Tahu Dia Punya Istri dan Anak

Menurut Uto, curah hujan juga sedikit mempengaruhi cita rasa yang dihasilkan.

Namun kembali lagi, setiap pohon juga memiliki karakter masing-masing.

"Jadi, ada yang memang masih bisa tahan dengan cuaca. Ada yang tidak. Kalau tahan dengan cuaca mungkin cita rasa sedikit berkurang, misal agak legit, tidak legit banget. Nah, kalau pohon yang tidak tahan cuaca, bisa lembek duriannya dan tidak enak," ucapnya.

Untuk para penikmat durian sendiri, sambung pensiunan guru ini, bahwa jika seseorang tersebut memang menyukai makan durian, hal itu tidak jadi masalah.

Sementara, jika hanya sebatas mencicipi, pasti yang bersangkutan menyatakan ketidakpuasannya terhadap cita rasa durian tersebut.

"Jadi tergantung, kalau orangnya yang betul-betul gemar durian, dia sadar sendiri bahwa musim durian lagi begini, ya sudah dinikmati seadanya begitu," jelas dia.

Sementara, jumlah penjualan sendiri, Uto menambahkan bahwa musim panen durian tahun ini hanya mampu menjual sebanyak 50-100 buah.

Sedangkan, pada musim panen-panen sebelumnya bisa mencapai 200 buah per hari.

"Saya jual bervariasi, dari harga Rp 35 ribu hingga Rp 150 ribu. Bergantung ukuran, jenis dan cita rasanya. Di saya sendiri, menjual durian jenis Montong, Sinapeul dan lokal. Jenis durian lokal biasa disebut Durian Saber," katanya.

Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved