Kisah Dokter di RS Wisma Atlet, Klaster Liburan Bikin Jungkir Balik, Nakes Pun Sempat ''Chaos''
Simak kisah seorang dokter di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Kemayoran, ini menarik agar semua orang lebih menyadari pentingnya protokol kesehatan
"Sejawat saya mulai kelelahan, bahkan banyak yang jatuh sakit. Jumlah pasien terus meningkat dengan jumlah tenaga kesehatan yang malah berkurang. Kami benar-benar jungkir balik dua minggu itu," katanya.
Baca juga: Solusi Jokowi Atasi Kasus Covid-19 yang Tembus 1 Juta, Minta Karantina Wilayah Sampai Level RT/RW
Baca juga: Kasus Covid-19 di Indonesia Capai 1 Juta, Pemerintah Mau Lakukan Apalagi ya, Apa Solusinya Lockdown?
Klaster liburan
Dita mengaku sempat berbincang dengan salah satu pasien, sambil menanyakan keluhan dan riwayat penyakit.
Seorang pasien mengakui ia bersama rekan-rekan sekantornya baru saja pulang dari liburan.
"Mereka adalah teman sekantor yang menikmati liburan ke Labuan Bajo, dengan percaya diri karena hasil swab test negatif. Alhasil menikmati liburan dengan euforia dan lupa tidak berarti jika hasil swab test negatif akan negatif selamanya. Liburan akhirnya berakhir di Wisma Atlet dan menambah beban kami para tenaga medis yang sudah jungkir balik," kata dia.
Dita dan rekan-rekan tenaga kesehatan yang menyadari adanya klaster liburan Tahun Baru ini hanya dapat geleng-geleng kepala dan menghela napas sambil berkata, "Selamat datang kluster liburan".
"Cerita penambahan kasus Covid-19 ini bagi saya lebih heboh dari sinetron televisi. Menguras fisik dan emosi, karena saya tidak habis pikir mengamati pola pikir sebagian masyarakat. Pandemi belum usai, vaksinasi baru saja dimulai dan butuh waktu untuk mendapatkan kekebalan tubuh," ujarnya.
Macam-macam pertanyaan seketika terbersit dalam otak Dita.
"Apa kami tenaga medis sangat kurang mengedukasi? Kenapa sudah hampir satu tahun pandemi berlalu, masyarakat tetap bebal?" kata dia.
Dita menyadari salah-menyalahkan satu sama lain memang kodrat manusia, tapi nihil gunanya dalam keadaan ini.
Menurut dia, saat ini yang dibutuhkan hanya lah kesadaran masyarakat.
Sebab, hari ke hari kasus positif terus bertambah.
Di saat di beberapa negara lain sudah mulai melandai, grafik Covid-19 di Indonesia terus saja naik-naik ke puncak gunung.
"Bahkan sudah tidak tampak seperti gunung di Indonesia lagi, Gunung Everest mungkin lebih cocok," kata dia.
Di akhir tulisannya, Dita pun menyelipkan pesan kepada masyarakat.