DUKA Keluarga Pramugari Korban Sriwijaya Air Jatuh, Ada yang Asal Parongpong, Ada yang Rajin Salat
JATUHNYA pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak di perairan Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1), sisakan duka bagi keluarga penumpang dan kru
Telepon Ibu
Duka mendalam juga dirasakan Mia Tresetyani Wadu (22), yang Sabtu lalu juga bertugas sebagai pramugari di Sriwijaya Air.
Ardi Samuel Cornelis Wadu (25), kakak Mia, mengatakan, hari itu adiknya seharusnya tidak ikut pada penerbangan tersebut. Namun, jadwal Mia tiba-tiba diganti.
"Tiba-tiba jadwalnya di-switch," ujarnya, kemarin.
Mia, kata Ardi, menjadi pramugari di Sriwijaya Air sejak tiga tahun lalu.
Ardi mengaku, ia sebenarnya sudah meminta adiknya untuk kembali ke Denpasar dan mencari pekerjaan lain.
"Dia bilang enggak apa-apa, masih ingin jadi pramugari, sejak SMA ingin jadi pramugari," katanya.
Ginsir, kakak sepupu Mia, mengatakan Mia sempat menelepon ibunya sebelum Sriwijaya Air hilang kontak dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu.
Dalam percakapan telepon itu, Mia sempat bercerita penerbangannya delay gara-gara hujan deras.
“Ya, sekitar dua jam sebelum kejadian, Mia sempat kontak ibunya, Ni Luh Sudarni. Ibu berpesan untuk berhati-hati,” kata Ginsir.
Johny Lay, paman Mia juga sempat bercerita bahwa dua minggu lalu Mia sempat berpesan kepada orang tuanya untuk mempersiapkan dan membersihkan rumahnya karena ia berencana berlibur dan berkunjung ke rumah bersama teman-temannya.
Terlebih, saat Natal kemarin, Mia tidak bisa pulang ke rumah.
Orangtua Mia pun melaksanakan pesan Mia tersebut.
“Sesaat sebelum berangkat, Mia masih menghubungi orang tua, bilang mau tugas. Biasanya bilang mau berangkat. Mia dengan orangtua, setiap akan penerbangan mau berangkat pasti menghubungi orangtua, begitu pula setelah tiba,” bebernya. (syarif pulloh/tribunetwork/and/nas/wly)