DUKA Keluarga Pramugari Korban Sriwijaya Air Jatuh, Ada yang Asal Parongpong, Ada yang Rajin Salat
JATUHNYA pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak di perairan Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1), sisakan duka bagi keluarga penumpang dan kru
TRIBUNCIREBON.COM - JATUHNYA pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak di perairan Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1), menyisakan duka yang dalam bagi keluarga para penumpang dan kru pesawat yang menjadi korban.
Salah satunya keluarga Oke Dhurrotul (23), pramugari asal Kampung Manglayang, Desa Cihanjuang Rahayu, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.
Ditemui di kediamannya, di Kecamatan Parongpong, Minggu (10/1), Destri (24) mengaku masih syok dan sulit percaya bahwa saudara sepupunya ikut menjadi korban dalam tragedi jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182.
Sebab, sejauh yang ia tahu, Oke bukanlah pramugari Sriwijaya Air, melainkan pramugari NAM Air.
Baca juga: Mahasiswi Laporkan Ibu Kandungnya ke Polisi, Bujukan Dedi Mulyadi untuk Cabut Laporan Ditolaknya
Baca juga: INI KEHEBATAN Denjaka, Pasukan Khusus TNI AL yang Nyelam ke Dasar Laut Cari Pesawat Sriwijaya SJ 182
Baca juga: Download Lagu dan Lirik Sholawat Allahul Kafi Versi Nissa Sabyan ft Fitriana, Viral di Media Sosial
Meski bukan saudara kandung, kata Destri, hubungannya dengan Oke sangat dekat.
Hampir setiap hari, mereka selalu saling kontak, termasuk hari pada saat Sriwijaya jatuh di perairan sekitar Kepulauan Seribu.
Destri mengatakan, pertama tahu ada pesawat jatuh sekitar pukul 14.30.
"Namun, awalnya saya kira itu bukan pesawat yang ditumpangi saudara saya karena dia kerjanya di NAM Air. Namun, setelah itu ternyata banyak yang menghubungi saya, katanya ada nama Oke Dhurrotul dalam manifes. Akhirnya saya coba konfirmasi benar apa enggak. Saya juga hubungi saudara saya itu, tapi ceklis terus. Ternyata benar, " ungkapnya.
Belakangan, Destri akhirnya tahu, meski sehari-hari bertugas di NAM Air, hari Sabtu itu Oke bertugas di Sriwijaya sebagai kru tambahan.
"Saat itu dia duduk di penumpang. Dia baru bekerja nanti saat penerbangan dari Pontianak ke Jakarta," ujarnya.
Destri mengatakan, pihak keluarga sudah berangkat ke Jakarta untuk mencari kabar terbaru.
"Keluarga kini masih di sana, menunggu kabar sambil menjalani tes DNA," ujarnya.
Baca juga: Arie Untung Mengenang Sang Kakak Kelas Captain Pilot Afwan yang Jadi Korban Sriwijaya Air Jatuh
Baca juga: Ini Bacaan Zikir dan Doa Pagi dari Rasulullah SAW, Luar Biasa Manfaatnya, Selamat Dunia dan Akhirat
Baik Banget
Tak hanya Oke, pramugari NAM Air yang Sabtu lalu bertugas di Sriwijaya Air.
Rekan Oke, Isti Yudha Prastika (35) juga ikut dan duduk di salah satu kursi penumpang.
Hingga kemarin, Isti juga belum ditemukan.
Irfan Defrizon, kakak Isti, mengatakan keluarga sudah iklas untuk menerima apa pun yang terjadi dengan Isti.
"Kalau orang baik cepat lah diambil. Takut dia berbuat dosa lagi mungkin, makanya orang baik cepat diambil," kata Irfan.
Ia mengatakan, Isti adalah sosok wanita yang baik. Tidak hanya kepada keluarga, tetapi juga teman dan tetangga sekitar.
"Dia baik banget. Baik banget lah orangnya sama keluarga, sama saudara, sama tetangga," ujarnya.
Irfan mengatakan, Isti juga orang yang rajin beribadah. Kepribadiannya juga menyenangkan karena kerap melempar canda.
"Dia enggak pernah ngomong kasar, salatnya rajin, puasanya rajin. Orangnya humoris juga," ujarnya.
Terakhir kali Isti mengunjungi rumah orangtuanya di Pamulang adalah akhir tahun lalu.
"Dua minggu lalu ke sini (rumah orangtua). Dia bikin makanan di sini, tapi saya enggak ketemu. Saya ketemu terakhir pas Lebaran," ucap Irfan.
Jumat (8/1) malam lalu, kata Irfan, Isti sempat berkomunikasi dengan ibundanya melalui video call.
Isti menghubungi dari rumahnya di kawasan Tangerang. Saat itu Isti baru saja pulang bertugas.
"Kontak-kontakan video call sama ibu, sepupu, sama istri saya juga, bareng-bareng," kata Irfan.
Ia mengatakan, Sabtu itu Isti seharusnya tak berada di pesawat Sriwijaya Air SJ 182.
"Kan memang baru pulang paginya. Ternyata dia menggantikan temannya untuk rute Pontianak-Jakarta," ucap Irfan.
"Jadi dia numpang ke pesawat yang rute Jakarta-Pontianak. Sriwijaya sama Nam Air kan satu grup."
Telepon Ibu
Duka mendalam juga dirasakan Mia Tresetyani Wadu (22), yang Sabtu lalu juga bertugas sebagai pramugari di Sriwijaya Air.
Ardi Samuel Cornelis Wadu (25), kakak Mia, mengatakan, hari itu adiknya seharusnya tidak ikut pada penerbangan tersebut. Namun, jadwal Mia tiba-tiba diganti.
"Tiba-tiba jadwalnya di-switch," ujarnya, kemarin.
Mia, kata Ardi, menjadi pramugari di Sriwijaya Air sejak tiga tahun lalu.
Ardi mengaku, ia sebenarnya sudah meminta adiknya untuk kembali ke Denpasar dan mencari pekerjaan lain.
"Dia bilang enggak apa-apa, masih ingin jadi pramugari, sejak SMA ingin jadi pramugari," katanya.
Ginsir, kakak sepupu Mia, mengatakan Mia sempat menelepon ibunya sebelum Sriwijaya Air hilang kontak dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu.
Dalam percakapan telepon itu, Mia sempat bercerita penerbangannya delay gara-gara hujan deras.
“Ya, sekitar dua jam sebelum kejadian, Mia sempat kontak ibunya, Ni Luh Sudarni. Ibu berpesan untuk berhati-hati,” kata Ginsir.
Johny Lay, paman Mia juga sempat bercerita bahwa dua minggu lalu Mia sempat berpesan kepada orang tuanya untuk mempersiapkan dan membersihkan rumahnya karena ia berencana berlibur dan berkunjung ke rumah bersama teman-temannya.
Terlebih, saat Natal kemarin, Mia tidak bisa pulang ke rumah.
Orangtua Mia pun melaksanakan pesan Mia tersebut.
“Sesaat sebelum berangkat, Mia masih menghubungi orang tua, bilang mau tugas. Biasanya bilang mau berangkat. Mia dengan orangtua, setiap akan penerbangan mau berangkat pasti menghubungi orangtua, begitu pula setelah tiba,” bebernya. (syarif pulloh/tribunetwork/and/nas/wly)