Labkesda Jabar Mampu Periksa 3.000 Lebih Sampel Swab Test Per Hari, Warga Diminta Sukarela Ikut Tes

Targetnya pada pekan pertama 25.000 sampel dengan sasaran seluruh PDP, ODP, tenaga kesehatan, pedagang pasar, pemudik domestik dan dari luar negeri,

Editor: Machmud Mubarok
Humas Jabar
Aktivitas petugas Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat saat mengambil sampel dahak dan lendir tenggorokan hidung (swab test) anggota Klaster GBI Lembang, di Kota Bandung, Minggu (29/3/20). 

Tim dari ITB dan Unpad merupakan sebagian kecil dari 26 lab satelit yang membantu dalam tes masif baik uji usap maupun rapid tes. Saat ini di Jabar total ada 20 laboratorium RTPCR (Real Time PCR) dan enam laboratorium TCM (Tes Cepat Molakular). Labkes Jabar sebagai lab induk sendiri kini telah memiliki enam mesin PCR dan tiga mesin ekstraksi. Masih menunggu mesin PCR mobile.

Menurut Ema, semua perangkat lab tersebut sejauh ini telah memeriksa 65.032 tes uji usap. Itu data per 15 Juni 2020, belum termasuk 3.156 sampel baru selesai didiagnosis. Target uji usap di Jabar sendiri mencapai 150.000 dengan sasaran seluruh PDP, ODP, tenaga kesehatan, pemudik domestik dan dari luar negeri, serta dan sasaran lain hasil penyelidikan epidemologi.

Sebetulnya, kata dr Emawati, lab satelit yang tersebar di berbagai daerah memiliki kapasitas pemeriksaan 1.000-2.500 sampel per hari. Namun karena keterbatasan SDM dan kekurangan bahan habis pakai, lab-lab satelit tersebut belum maksimal.

Dia berharap lab-lab satelit memiliki kemampuan periksa yang rata dan sebesar lab induk sehingga tes masif akan jauh lebih cepat, akurat, efektif, dan efisien. Menurutnya, antara lab induk dan lab satelit sudah bekerja sama dengan baik, yakni saling berkoordinasi dan melengkapi segala kekurangan.

Emawati menjelaskan laboratorium merupakan salah satu penentu diagnostik yang hasilnya digunakan untuk data dan peningkatan tindak lanjut penanganan di rumah sakit, contact tracing, serta penelitian.
Dari sampel uji usap yang dikumpulkan misalnya, dapat dilanjutkan ke tingkat genome sequencing, yakni memeriksa sampel yang sudah positif dengan rate tertentu dan berasal dari klaster- klaster unik.

“Nantinya kita dapat lihat apakah sampel ini berasal dari Asia, Eropa atau tempat lain. Kita juga bisa lihat strain-nya, apakah dia ganas, sedang, atau ringan. Ini semua berguna untuk penentuan diagnosa terapi, serta penyelidikan dan penentuan kebijakan akan jauh lebih akurat,” kata Emawati.

Sebelumnya sampel uji usap yang datang ke labkes rata-rata 1.000 sampel per hari. Namun karena ada Pekan Swab Massal, sampel melonjak hingga melebihi 3.000 dan semuanya sudah diselesaikan.

Tenaga pendukung di lab induk ada 70 orang yang bekerja setiap hari dengan sistem sif terdiri dari 20 tenaga administrasi, 30 tenaga ekstraksi, 20 bekerja di bagian PCR. Untuk menyelesaikan target 2.500 uji usap pada Pekan Swab Massal, yang dibutuhkan laboratorium adalah kepastian sampel yang datang adalah sampel yang masuk sasaran.

Selanjutnya yang yang dibutuhkan adalah kualitas pemeriksaan yang terjaga dengan cara jumlah SDM yang dibutuhkan minimal tetap terpenuhi. Kemudian bahan habis pakai dan support dari reagent baik ekstraksi maupun PCR yang selalu tersedia. (Sam)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved