Belajar dari Rumah di TVRI
Link Live Streaming Belajar dari Rumah di TVRI Sabtu 23 Mei 2020, Anak Seribu Pulau dan Subak Bali
Tayangan pada Sabtu (23/5/2020) pukul 08.00-08.30 paling ditunggu anak-anak yaitu Cerita Sabtu Pagi Anak Seribu Pulau: Timor Timur.
Penulis: Machmud Mubarok | Editor: Machmud Mubarok
10.30 - 11.00 Ragam Indonesia
- Nusa Rasa Palembang
- Nusa Rasa Bali
21.30 - 23.00 WIB Film: Nada-Nada Kecil
• Tangisan Haru Ratusan Karyawan Yogya Indramayu yang Dirumahkan, Imbas PSBB, Manajemen Rugi Miliaran
• Sudah 3.671 Kendaraan Diputarbalikan di Cek Poin Exit Tol Cileunyi, Diduga Penumpangnya Mau Mudik
Salah satu yang jadi materi dalam Ragam Indonesia adalah Subak Bali.
Dilansir dari buleleng.go.id,
Subak adalah sebuah organisasi yang dimiliki oleh masyarakat petani di Bali yang khusus mengatur tentang manajemen atau sistem pengairan/irigasi sawah secara tradisional, keberadaan Subak merupakan manifestasi dari filosofi/konsep Tri Hita Karana.
Tri Hita Karana berasal dari kata "Tri" yang artinya tiga, "Hita" yang berarti kebahagiaan/kesejahteraan dan "Karana" yang artinya penyebab. Maka dapat disimpulkan bahwa Tri Hita Karana berarti “Tiga penyebab terciptanya kebahagiaan dan kesejahteraan”. Penerapannya didalam sistem subak yaitu:
- Parahyanganyaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan.
- Pawonganyaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan sesamanya.
- Palemahanyakni hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam dan lingkungannya.
Kata "Subak" merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa Bali, kata tersebut pertama kali dilihat di dalam prasasti Pandak Bandung yang memiliki angka tahun 1072 M. Kata subak tersebut mengacu kepada sebuah lembaga sosial dan keagamaan yang unik, memiliki pengaturan tersendiri, asosiasi-asosiasi yang demokratis dari petani dalam menetapkan penggunaan air irigasi untuk pertumbuhan padi.
Subak bagi masyarakat Bali tidak hanya sekedar sistem irigasi, tetapi juga merupakan konsep kehidupan bagi rakyat Bali itu sendiri. Dalam pandangan rakyat Bali, Subak adalah gambaran langsung dari filosofi Tri Hita Karana tersebut.
Sebagai suatu metode penataan hidup bersama, Subak mampu bertahan selama lebih dari satu abad karena masyarakatnya taat kepada tradisi leluhur. Pembagian air dilakukan secara adil dan merata, segala masalah dibicarakan dan dipecahkan bersama, bahkan penetapan waktu menanam dan penentuan jenis padi yang ditanam pun dilakukan bersama.
Sanksi terhadap berbagai bentuk pelanggaran akan ditentukan sendiri oleh warga melalui upacara atau ritual yang dilaksanakan di pura. Harmonisasi kehidupan seperti inilah yang menjadi kunci utama lestarinya budaya Subak di pulau dewata.
Struktur Organisasi Subak
Anggota subak atau juga biasa disebut dengan krama subak adalah para petani yang memiliki garapan sawah dan mendapatkan bagian air pada sawahnya. Didalam anggota subak juga terdapat beberapa kelompok yang disebut dengan Sekaa, Krama subak digolongkan menjadi 3, yaitu:
- Krama aktifadalah anggota yang aktif seperti krama pekaseh, sekaa yeh atau sekaa subak.
- Krama pasifyaitu anggota yang mengganti kewajibannya dengan uang atau natura karena beberapa penyebab yang biasa disebut dengan Pengampel atau Pengohot.
- Krama luputyaitu anggota (krama) yang tidak aktif didalam segala macam kegiatan subak karena tugasnya seperti kepala desa atau Bendesa Adat.
Pengurus (Prajuru) Subak terdiri dari:
- Pekaseh/Kelian adalah bertugas sebagai kepala subak.
- Pangliman/Petajuh bertugas menjadi wakil kepala subak.
- Peyarikan/Juru tulis adalah sebagai sekretaris.
- Petengen/Juru raksa adalah memiliki tugas sebagai bendahara.
- Saya/juru arah/juru uduh/juru tibak/kasinoman mempunyai tugas dalam urusan pemberitahuan atau pengumuman.
- Pemangku adalah bertugas khusus dalam urusan ritual/keagamaan.
Kelompok (Sekaa) di dalam subak dibagi menjadi:
- Sekaa Numbeg, yaitu sebuah kelompok yang mengatur hal pengolahan tanah.
- Sekaa Jelinjingan, kelompok yang bertugas untuk mengatur pengolahan air.
- Sekaa Sambang, yaitu kelompok yg memiliki tugas dalam hal pengawasan air dari pencurian, penangkap atau penghalau binatang perusak tanaman seperti burung maupun tikus.
- Sekaa Memulih/Nandur, yaitu kelompok yang bertugas dalam hal penanaman bibit padi.
- Sekaa Mejukut yaitu kelompok yang bertugas menyiangi padi.
- Sekaa Manyi adalah kelompok yang bertugas menuai/memotong/mengetam padi.
- Sekaa Bleseng yaitu kelompok yang memiliki tugas mengangkut ikatan padi yang telah diketam dari sawah ke lumbung.
Sebagai organisasi yang bersifat otonom dalam mengurus organisasinya sendiri, subak dapat menetapkan peraturan yang dikenal dengan sebutan awig awig, sima, perarem. Di dalam awig awig tersebut dimuat hal-hal dan ketentuan pokok, isi pokok dalam awig awig adalah mengatur mengenai hal parahyangan, pawongan dan pelemahan sedangkan ketentuan dan hal yang lebih detail dimuat di dalam pararem sebagai pelaksanaan awig awig subak. Awig awig subak memuat tentang hak dan kewajiban dari warga subak serta memuat tentang sanksi atas pelanggaran hak dan kewajiban tersebut.
Jaringan Irigasi Subak
Para ahli juga menyebutkan bahwa Subak juga sebagai sistem teknologi yang sudah menjadi budaya di Bali. Subak sebagai metode teknologi dari budaya asli petani Bali. Fasilitas yang utama dari irigasi subak (palemahan) untuk setiap petani anggota subak adalah berupa pengalapan (bendungan air), jelinjing(parit), dan sebuah cakangan (satu tempat/alat untuk memasukkan air ke bidang sawah garapan).